Ironis! Jelas Tahu Soal Bahaya Timbun Amonium Nitrat Terlalu Lama, Pejabat Lebanon Pilih Biarkan Bahan Kimia Tersebut Menumpuk di Pelabuhan hingga Terjadi Ledakan Beirut, Surat Ini Jadi Saksinya

Kamis, 06 Agustus 2020 | 17:13
AFP

Kondisi di sekitar pelabuhan Beirut setelah ledakan terjadi.

Gridhot.ID - Ledakan dahsyat yang terjadi di Beirut Lebanon menggemparkan dunia.

Ledakan yang bersumber dari sebuah gudang bubuk kimia ini meluluh lantahkan hampir seluruh kota Beirut.

Diduga ledakan bersumber dari amonium nitrat yang menumpuk.

Baca Juga: Ngotot Tolak Hasil Investigasi Polisi, Ibu Yodi Prabowo Keceplosan Curigai Sosok Berbaju Hitam di Video, Ayah Korban Langsung Lempar Lirikan Misterius Tolak Tunjukkan Barang Bukti, Ada Apa?

Beberapa surat menunjukkan adanya bahaya akan kargo berisi amonium nitrat di pelabuhan Beirut, Lebanon, enam tahun lalu.

Kargo berisi bahan kimia yang bisa dibuat peledak maupun pupuk tanaman berton-ton itu telah memicu ledakan besar dan dahsyat yang mengguncang ibu kota Beirut pada Selasa (4/8/2020).

Sebelumnya, Kompas.com telah memberitakan bahwa korban tewas akibat ledakan meningkat dari 78 menjadi 100 orang.

Adapun sebanyak 4.000 orang mengalami luka-luka atas ledakan yang berkekuatan seperlima dari bom Hiroshima itu.

Baca Juga: Ditangkap Karena Kasus Penipuan dan Keliling Bali Sambil Bikin Film Porno, Buron Interpol Ini Bakal Ditukar dengan 2 Buronan Kelas Kakap Indonesia, Begini Kata Jubir Kemlu

Ironisnya, sebuah analisis dari rekaman dokumen yang dipublikasikan secara online menunjukkan bahwa para pejabat senior Lebanon tahu keberadaan enam tahun kargo amonium nitrat yang disimpan di sebuah gudang di pelabuhan Beirut.

Bahkan, mereka "dikatakan" di dalam dokumen itu "sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan" dari bahan peledak tersebut.

Pertanyaannya, bagaimana kargo berisi amonium nitrat itu bisa berada di sana? Berikut penjelasannya seperti dikutip Aljazeera News, Rabu (5/8/2020).

Kronologi muatan amonium nitrat

Sebuah kargo berisi amonium nitrat tiba di Lebanon pada September 2013, dari sebuah kapal kargo milik Rusia yang mengibarkan bendera Moldova. Rhosus, nama kapal itu, berdasarkan informasi dari situs pelacakan kapal, Fleetmon, sedang menuju ke Mozambik dari Georgia.

Karena mengalami masalah teknis di laut (berdasarkan rekaman data PDF pengacara yang mewakili awak kapal), para pejabat Lebanon mencegah kapal itu berlayar dan pada akhirnya kapal itu ditinggalkan oleh pemilik dan para awaknya.

Informasi itu kemudian dikuatkan oleh pihak Fleetmon.

Baca Juga: Di Kota Nggak Boleh Kumpul-kumpul Gara-gara Corona, Para Remaja Bau Kencur Ini Kepergok Dugem Massal di Bukit Savana Rinjani Langgar Segala Protokol Kesehatan, Begini Kata Pengelola

Kapal bermuatan bahan kimia berbahaya itu akhirnya "ditelantarkan" di sebuah gudang 12 di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon.

Beberapa bulan kemudian, pada 27 Juni 2014, direktur Bea Cukai Lebanon kala itu, Shafik Merhi, mengirim surat kepada seorang hakim untuk "urusan sangat mendesak" yang tidak disebutkan namanya.

Merhi meminta solusi untuk kargo tersebut, menurut dokumen yang kini telah dipublikasikan secara online.

Baca Juga: Sempat Buat Kecewa Akibat Terbakar Tak Jelas, Kapal Serbu Amfibi Tipe 075 Pertama Milik Tiongkok Langsung Buru-buru Diuji Coba, Armada China Bakal Siap Perang Tahun Depan

Pejabat itu kemudian mengirim sedikitnya lima surat lagi selama tiga tahun setelahnya, pada 5 Desember 2014, 6 Mei 2015, 20 Mei 2016, 13 Oktober 2016, dan 27 Oktober 2017.

Di dalam surat itu, pejabat Merhi meminta agar terdapat panduan dan peringatan bahwa bahan kimia yang ada di dalam kargo tersebut sangat berbahaya, ungkap direktur Bea Cukai Lebanon saat ini, Badri Daher, kepada LBCI, Rabu (5/8/2020).

Mereka menawarkan tiga pilihan, yaitu mengekspor bahan kimia tersebut, memberikan kepada militer Lebanon, atau dijual secara privat ke perusahaan bahan peledak milik orang Lebanon.

Namun, lagi-lagi tidak ada jawaban.

Setahun kemudian, Daher juga menulis kepada hakim pengadilan satu kali lagi.

Baca Juga: BPS Umumkan Perekonomian Minus, Indonesia Disebut-sebut Sudah Masuk ke Jurang Resesi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Justru Bilang Begini

(Twitter @walasmar)
(Twitter @walasmar)

Surat tentang kargo amonium nitrat sebanyak 2.750 ton di sebuah gudang di pelabuhan Beirut, Lebanon

Pada 27 Oktober 2017, Daher mendesak hakim untuk segera mengambil keputusan dengan mengatakan, "Sangat berbahaya meninggalkan barang-barang ini di tempat mereka sekarang, dan berbahaya bagi mereka yang bekerja di sana."

Akan tetapi, kenyataannya, hampir tiga tahun kemudian, amonium nitrat itu masih berada di gudang tersebut.

Baca Juga: Tiba-tiba Ucapkan Terima Kasih, Nicholas Sean dan Teman-teman Masukkan Barang-barang ke Mobil Boks, Ada Apa?

Pelabuhan Beirut "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun"

Sampai saat ini, penyebab ledakan amonium nitrat masih belum dapat dipastikan.

Namun, banyak warga Lebanon dengan cepat memberi kesimpulan: Kapal kargo amonium nitrat telah ditelantarkan dalam kondisi rusak akibat kelas politik pemerintahan mereka yang korup dan membuat para warga sangat "jijik" terhadap mereka.

Pelabuhan Beirut dijuluki "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun" karena saking banyaknya jumlah uang yang "dicuri" dari sana selama beberapa dekade.

Tuduhan itu meliputi klaim bahwa miliaran dollar dalam pajak penerimaan tidak pernah mencapai kas negara karena adanya plot meremehkan impor serta tuduhan suap yang sistematis dan meluas untuk menghindari pembayaran pajak bea cukai.

Baca Juga: Jadi Dalang di balik Penyebaran Video Panas Ariel Noah-Luna Maya-Cut Tari, Sosok Ini Masih Bebas Berkeliaran, Dituding Kebal Hukum Karena Jabatan Strategis Orang Tuanya, Benarkah?

"Beirut telah lenyap dan siapa pun yang memimpin negara itu dalam beberapa dekade terakhir tidak akan bisa lari kenyataan itu," ujar Rima Majed, seorang aktivis politik Lebanon sekaligus ahli sosiologi, dalam kicauannya di Twitter.

"Mereka adalah para kriminal dan ini ( ledakan Beirut) mungkin kejahatan terbesar mereka (dari yang terlampau banyak) sejauh ini," tandasnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Surat Ini Bukti Bahaya 2.750 Ton Amonium Nitrat di Pelabuhan "Goa Ali Baba dan 40 Penyamun" Beirut, Lebanon"

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com