Gridhot.ID -Sebuah fakta mengejutkan disampaikan oleh kapten kapal pengangkut2.750 ton amonium nitrat, yang kemudian meledak di Beirut, Selasa (4/8/2020).
Dia meyakini bahwa majikannya, pemilik kapalMV Rhosus yang dipimpinnya secara sengaja membiarkan kapal tersebut ditahan di Beirut.
Banyak keputusan-keputusan dari sang majikan yang mengarah pada dugaan dari pria bernamaBoris Prokoshev tersebut.
Mulai dari perubahan rute saat kapal sudah berlayar hingga seolah membiarkan para awaknya tak betah hingga akhirnya memilih untuk meninggalkan kapal tersebut begitu saja di Beirut.
Termasuk di antara trik licik dari sang pemilik kapal adalah dengan sengaja menawarkan kapten untuk menambah muatan yang nyaris mustahil dilakukan.
Bahkan tidak hanya mustahil, muatan tambahan yang tiba-tiba muncul di Beirut tersebut membuat awak kapal berpikir ulang untuk tetap menaiki kapal tersebut.
Sebab, jika muatan tersebut dinaikkan, maka satu hal yang pasti terjadi: kapal tersebut akan hancur sebelum sampai tujuan.
Muatan apa yang dimaksud? Simak uraiannya berikut ini.
Kapten kapal MV Rhosus yang bertugas saat muatan 2.750 ton amonium nitrat disita otoritas pelabuhan berkata, majikan kapal rakus.
Kapal MV Rhosus diperintahkan memutar ke Beirut karena persoalan finansial, dan diminta mengangkut kargo tambahan demi menambal kekurangan dana.
"Mereka (majikan) rakus," kata Boris Prokoshev kapten kapal MV Rhosus pada 2013, dikutip dari Reuters Jumat (7/8/2020).
Prokoshev berkata, kapal itu membawa 2.750 ton bahan kimia dari Georgia ke Mozambik, yang sangat mudah terbakar.
Kapal kemudian diperintahkan memutar ke Beirut untuk memuat beberapa alat berat, guna diantar ke Pelabuhan Aqaba di Yordania.
Rencananya setelah berlabuh di Yordania, kapal Rhosus baru bisa berangkat lagi ke tujuan semula di Afrika, di mana amonium nitrat itu akan dikirim ke pabrik bahan peledak.
Namun pada akhirnya kapal itu tak pernah meninggalkan Beirut. Mereka gagal memuat kargo tambahan setelah berulang kali mencoba.
Situasi diperparah dengan perselisihan panjang mengenai biaya pelabuhan.
"Itu tidak mungkin (dilakukan)," kata Prokoshev (70) tentang muatan kargo ekstra tersebut.
"Itu bisa menghancurkan seisi kapal dan saya berkata tidak," katanya kepada Reuters melalui telepon rumahnya di Sochi, Rusia.
Kapten dan pengacara untuk beberapa kreditur menuduh majikan sengaja meninggalkan kapal dan membiarkannya ditahan.
Beberapa bulan kemudian karena alasan keamanan, muatan amonium nitrat diturunkan dan disimpan di gudang dermaga.
Pada Selasa (4/8/2020) waktu setempat, timbunan itu terbakar dan meledak tidak jauh dari area permukiman kota.
Ledakan dahsyat itu menewaskan sedkitnya 145 korban jiwa dan melukai 5.000 orang. Lebih dari 500.000 orang kehilangan tempat tinggal, karena bangunan-bangunan kini rata dengan tanah.
Seandainya tidak mengambil kargo tambahan, kapal itu mungkin bisa beranjak dari Beirut.
Mandor kapal asal Ukraina, Boris Musinchak menceritakan, para anak buah kapal (ABK) sudah menaruh muatan alat-alat berat termasuk ekskavator dan penggiling jalan, di atas pintu ke palka kargo yang menyimpan amonium nitrat di bawahnya.
Tapi saat alat-alat berat itu dimuat, pintu penahannya rusak.
"Kapal itu tua dan pintu penutupnya bengkok," ucap Musinchak melalui telepon. "Kami memutuskan untuk tidak mengambil risiko."
Kapten dan tiga awak kapal menghabiskan waktu 11 bulan di dalam kapal, saat sengketa hukum berlangsung berlarut-larut.
Mereka tidak dibayar dan persediaan makanannya menipis. Begitu mereka bisa pulang, muatan amonium nitrat diturunkan.
"Muatan itu sangat eksplosif. Itulah kenapa disimpan di kapal saat kami di sana... Amonium nitrat itu memiliki konsentrasi yang sangat tinggi," ujar Prokoshev.
Kapal MV Rhosus kabarnya tenggelam di tempatnya ditambatkan di pelabuhan Beirut.
Dalam surel yang dikirim seorang pengacara ke Prokoshev pada 2018, kapal itu dikatakan tenggelam "baru-baru ini". (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kapten Kapal Rhosus: Majikan Rakus Paksa Ambil Kargo Tambahan di Beirut"