Rugi Besar Harga Jual Tak Sebanding dengan Modal, Petani Tomat Lakukan Protes Buang Hasil Panen ke Jalanan, Maman: Biaya Upah Pemetiknya Tidak Bisa Kami Bayar

Minggu, 09 Agustus 2020 | 11:13
sripoku

Tomat dibuang ke jalanan di Pagaralam, Sumatera Selatan

GridHot.ID - Merasa kecewa, petani tomat membuang hasil panen ke jalanan.

Pasalnya, harga tomat yang semula Rp 6.000 per kilogram, kini turun drastis menjadi Rp 300 per kilogram.

Akibatnya, petani pun menggelar aksi buang hasil panen ke jalan di Pagaralam, Sumatera Selatan, Jumat (7/8/2020).

Baca Juga: Ayah Mertua Asyik Panen Jambu Bareng Mayangsari, Penampilan Mantu Bule Bambang Trihatmodjo Saat Gelar Tedak Siten Jadi Sorotan, Netizen: Njawani!

Kini, kehidupan petani tomat di Pagaralam, sungguh ironi.

Saat sedang panen, harga malah jatuh ke level yang sangat dalam.

Dari semula Rp 6.000 per kilogram menjadi Rp 300 per kilogramnya.

Petani tomat Pagaralam, Jumat (7/8/2020) dengan sengaja membuang hasil panennya di pinggir jalan.

Baca Juga: Waspada! Kemarau Panjang Bakal Diprediksi Ancam Gagal Panen, Pemerintah Tawarkan Asuransi untuk Petani, Berikut Penjelasannya

Tomat itu dibuang lantaran petani kecewa terhadap harga jual yang anjlok drastis di pasaran.

Petani mengeluh harga jual tersebut tidak seimbang dengan modal yang dikeluarkan.

Saat ini hanga tomat hanya Rp 300 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 6.000 perkilogramnya.

Dengan harga tersebut dipastikan petani akan merugi besar.

Baca Juga: Keluarga hingga Pihak Basarnas Kualahan Mencari, Petani Tua Ini Berhasil Selamat di Temukan Usai 4 Hari Hilang Secara Misterius di Hutan, Penyebabnya Bikin Geleng-geleng Kepala

Aksi buang hasil panen tomat yang dilakukan petani ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang tidak memperhatikan petani.

Pasalnya harga sayur sering sekali turun drastis secara tiba-tiba.

Seorang petani Dusun Jambat Akar, Kecamatan Dempo Utara Maman mengatakan, harga Tomat sekarang hanya dihargai sekitar Rp300 perkilogram.

Harga ini sudah berlaku sejak seminggu belakangan padahal harga terakhir tergolong bagus yakni Rp6.000 perkilo.

Baca Juga: 15 Tahun Tak Pulang Kampus Usai KKN, Mahasiswa IPB Ini Justru Pilih Melebur dengan Masyarakat Petani Desa dan Tinggalkan Bangku Kuliah, Lulus dan Dapat Gelar Insinyur Istimewa Tanpa Skripsi

"Sangat kecewa kami pak karena sekarang harga Tomat hanya Rp300 perkilo dengan para tengkulak membeli kepada petani hanya Rp 20.000 per kotak dengan satu kotak berisi sekitar 60-70 kilok," ujarnya.

Petani mengaku harga sebesar itu tidak memberi keuntungan pada petani karena modal untuk penanaman buah tomat yang tergolong tinggi.

"Jangankan untung biaya upah pemetiknya saja tidak bisa kami bayar jika harganya cuma Rp300 ini pak," katanya

Ia menyebut, di lahan setengah hektar miliknya saja membutuhkan modal hingga Rp70 juta hingga panen.

Baca Juga: Putrinya Minta HP Buat Belajar Online, Petani Ini Bunuh Diri Liat Ponsel Pemberiannya Dibanting di Depan Mata, Hal Ini Jadi Pemicunya

Modal ini digunakan untuk pembelian pupuk, obat-obatan/pestisida, perawatan lahan dan pembelian plastik.

Untuk jenis yang ia tanam yakni Tomat jenis Sirpo yang berumur delapan kali panen dan perlima hari sekali bisa dipetik.

"Harapan kami kepada pemerintah agar bisa memperhatikan petani dengan memberikan harga yang sepadan," ungkapnya.

Baca Juga: Petaka Sekolah Online, Pria Ini Stres Berat Setelah Ponsel yang Baru Saja Dibeli Dibanting Anaknya Sendiri, Duit Hasil Bertani Tak Cukup Buat Beli HP Canggih, Pilih Bunuh Diri Setelah Depresi

Ratusan Petani di Medan Jalan Kaki Menuju Istana Merdeka

Ratusan petani di Medan Sumatera Utara melakukan jalan kaki menuju Istana Negara jakarta, Kamis (25/6/2020).

Para petani tersebut start di jalan Jamin Ginting, Medan.

Ratusan petani itu long march ke Jakarta untuk menemui Presiden Joko Widodo.

Mereka ingin bertemu Jokowi untuk sampaikan aspirasi soal penyelesaian agraria antara para petani Simalingkar A dan Sei Mencirim, Deliserdang, dengan PTPN II.

Tribun Batam - Tribunnews.com
Tribun Batam - Tribunnews.com

Merebus tomat ternyata miliki manfaat yang jarang diketahui semua orang

Isak tangis mewarnai pelepasan ratusan petani yang menuju Istana Negara dengan jalan kaki.

Baca Juga: Langsung Rata dengan Tanah, Suami Ketahuan Belikan Rumah untuk Istri Muda, Wanita Ini Sewa Ekskavator Robohkan Kediaman Pelakor, Netizen: Tembok Cina Pun Bisa Dirubuhkan

Terlihat 200-an petani yang tergabung dalam Serikat Petani Simalingkar Dan Mencirim Bersatu saling berpelukan satu dengan yang lain.

Petani yang tidak ikut berangkat memberikan kata-kata semangat kepada para petani yang berangkat menuju Jakarta.

"Semangat ya, semangat kalian semua," teriak seorang ibu kepada ratusan petani yang bergerak menuju Istana.

Baca Juga: 12 Tahun Jadi TNI Gadungan, Pria Asal Medan Manfaatkan Identitasnya untuk Permudah Sang Anak Masuk Perguruan Tinggi, Aksinya Terbongkar Karena Hal Ini

"Hidup petani," balasnya teriak.

Pengamatan TribunMedan, sekitar pukul 14.50 WIB, para petani yang terdiri dari para pria, ibu, hingga nenek renta terlihat berjalan dari arah Simalingka.

Mereka menyusuri Jalan Jamin Ginting dengan berjalan kaki dan berkumpul tepat di bawah Fly Over Jamin Ginting.

Saat berjalan, para petani tersebut memakai spanduk yang dikalungkan di badannya yang bertuliskan "Negara harus lindungi Petani, "Kami Percaya Presiden Jokowi Masih Punya Hati Nurani Untuk Masyarakat", "Bubarkan PTPN II"

Dewan Pembina Serikat Petani Simalingkar Dan Mencirim Bersatu, Aris Wiyono, menyebutkan aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pemerintah.

Baca Juga: Terungkap! Pelaku Pencemaran Nama Baik Ahok Ternyata Fans Veronica Tan, Tersangka Ngaku Khilaf dan Minta Maaf, BTP Belum Berencana Cabut Laporan

Karena, areal lahan dan tempat tinggal mereka sejak 1951 telah digusur paksa oleh korporasi PTPN II.

Ia menyebutkan para petani yang digusur tersebut berasal dari Dusun Bekala Desa Simalingkar A dan Desa Sei Mencirim, Kabupaten Deliserdang.

"Aksi kita hari ini adalah aksi jalan kaki ke Jakarta terkait penanganan kasus konflik agraria yang tak kunjung selesai di Sumatera Utara ini"

Baca Juga: Keluyuran ke Tempat Hiburan Malam Saat Pandemi Covid-19, 2 Anggota Brimob Babak Belur Dihajar Oknum DPRD Sumut, Kapolresta Medan Jelaskan Penyebab Keributan

"Terutama dari kami dari Serikat Petani Simalingkar Bersatu dan Mencirim Bersatu," tuturnya saat diwawancarai Tribun.

Lebih lanjut ia menerangkan bahwa luas area yang berkonflik yang tergabung dalam SPSB dengan PTPN II seluas kurang lehih 854 Ha dan area petani yang tergabung STMB seluas kurang lebih 80 Ha.

Aris menyebutkan bahwa penggusuran yang terjadi kepada ribuan warga di kedua desa tersebut yang dilakukan oleh pengusaha bersama preman dan oknum.

sripoku

Tomat dibuang ke jalanan di Pagaralam, Sumatera Selatan

"Terkait sertifikat hak milik, artinya ini ada ketidakadilan dan pemerintah daerah diam"

Baca Juga: 7 Bulan Lulus Dari Kampus Ternama di Indoensia, Mahasiswa Ini Pilih Pulang Kampung untuk Jadi Petani, Ternyata Ini Alasannya

"Kemudian para pengusaha sudah berkonspirasi jahat dengan beberapa oknum tentunya di lingkungan aparat dan preman"

"Sehingga ini jadi kekuatan layrn untuk melawan masyarakat petani," tuturnya.

Ia menegaskan, pihaknya lakukan aksi jalan kaki ini untuk bertemu Jokowi supaya turun tangan menyelesaikan konflik agraria yang merugikan rakyat kecil.

Baca Juga: Petani dan Nelayan Merana di Tengah Wabah Corona, Pemerintah Gelontorkan 34 Triliun Subsidi Bunga Kredit, Jokowi: Saya Kira Sudah Berjalan

"Ini yang kemudian aksi jalan kaki dari Medan kami lakukan, intinya adalah untuk mencari keadilan untuk keberlangsungan hidup anak cucu," jelas Aris.

(Sp/ Wawan Septiawan/tribun-medan.com/Victory Arrival Hutauruk)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judulPetani Tomat Buang Hasil Panen ke Jalanan, Mengaku Kecewa Harga Tomat Rp 300 Per Kilogram(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Wartakotalive