GridHot.ID - Perdebatan seru terjadi dalam salah satu tayangan di stasiun TV swasta.
Perdebatan tersebut melibatkan akademisi Rocky Gerung yang berdebat dengan staf Menkominfo, Henry Subiakto.
Pada saat itu, keduanya sama-sama menjadi narasumber dalam tayangan tersebut.
Seperti biasa, Rocky selalu menyampaikan kritik pedasnya pada pemerintah.
Namun kali ini, dua narasumber yang beradu argumen dengan Rocky memberikan balasan menohok kala Rocky semena-mena menggiring asumsi.
Narasumber pertama yakni Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Henry Subiakto, yang terlibat perdebatan dengan Rocky Gerung.
Dilansir TribunWow.com, hal itu tampak dalam tayangan Dua Sisi di TVOne, Kamis (27/8/2020).
Awalnya Rocky Gerung tengah membahas temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) terkait dana pembiayaan influencer senilai Rp 90,45 miliar.
Ia menilai penggunaan jasa influencer itu adalah untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam menyosialisasikan programnya.
Henry Subiakto lantas membantah tuduhan Rocky Gerung tersebut.
"Saya yang tahu persis persoalan dana itu karena saya di Kementerian. Tidak ada yang namanya influencer di Kementerian saya," sanggah Henry Subiakto.
Ia menegaskan pihaknya tidak pernah membayar tokoh-tokoh influencer untuk melakukan komunikasi publik.
Henry mengakui dirinya pernah menggunakan jasa influencer, tetapi tidak dibayar.
"Terus terang saya pakai influencer di sini, tapi saya enggak bayar. Saya pakai Ustaz Abdul Somad, saya pakai Ustaz Haikal untuk menyuarakan kepentingan waktu itu adalah supaya Idul Fitri tidak perlu mudik," paparnya.
Selain itu, ada pula sosok tokoh besar yang disebut mengajak selebriti-selebriti untuk membantu kampanye pemerintah.
Meskipun begitu, ada temuan ICW bahwa Kemenkominfo menyediakan anggaran Rp10,83 miliar untuk influencer.
Henry kembali menjawab maksudnya adalah menjelaskan fakta tersebut dan membantah tuduhan Rocky Gerung.
Ia menilai tuduhan akademisi itu tidak berdasarkan fakta.
"Supaya orang seperti Rocky ini tahu fakta. Dia hanya bicara secara imajinasi dan teori-teori yang kadang-kadang di kampus saya sudah ketinggalan zaman," ungkap Henry.
"Saya Guru Besar Universitas Airlangga," tambahnya.
Ucapan profesor itu justru mendapat sindiran dari Rocky Gerung.
"Mudah-mudahan otakmu besar juga," sindir Rocky Gerung.
"Minimal saya profesor beneran, kalau Anda 'kan belum tentu," balas Henry.
Ia kembali menjelaskan, dana itu digunakan untuk pemberdayaan tokoh-tokoh tertentu menjadi influencer bagi masyarakat.
"Jadi ada program melatih masyarakat, karena kita tahu masyarakat sudah menggunakan media sosial."
"Ada masyarakat yang kita coba menjadi aktivis, kita dorong mereka menjadi influencer," paparnya.
Ali Ngabalin Sebut Tuduhan Rocky Gerung 'Sesat'
Di sisi lain, dalam tayangan yang sama, Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin mempertanyakan tuduhan yang dilontarkan akademisi Rocky Gerung.
Rocky Gerung tengah menyoroti temuan Indonesia Corruption Watch (ICW) terkait dana pembiayaan influencer senilai Rp90,45 miliar.
Ia menilai penggunaan jasa influencer itu adalah untuk menutupi ketidakmampuan pemerintah dalam mensosialisasikan programnya.
"Hari-hari ini memang ada ketidakpercayaan pada semua informasi pemerintah itu. Saya enggak berharap informasinya palsu, tapi faktanya orang tidak percaya," papar Rocky Gerung.
Ia menyinggung ada survei dari Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) yang menyebutkan 29 persen masyarakat masih percaya pemerintah dapat mengatasi krisis ekonomi.
"SMRC mengeluarkan survei itu setelah dana publikasi ini keluar 'kan. Itu semacam orang mau jualan sapi, sapinya kurus, supaya kelihatan beratnya, itu digelontorin air ke dalam perutnya," sindir Rocky.
Pernyataan itu segera dibantah Ali Ngabalin.
Ia menilai tuduhan Rocky tidak berdasar penelitian atau fakta di lapangan.
"Kerangka berpikir yang dipakai Rocky itu tidak sejalan dengan fakta. Kalau Rocky mengatakan fakta, maka dia harus bisa menunjukkan sebuah terminologi penelitian seperti yang dilakukan ICW," bantah Ali Ngabalin.
Ngabalin menyinggung tuduhan Rocky sebelumnya yang menyebut ada ketidakberesan dan ketidakberhasilan program pemerintah, sehingga perlu menggunakan jasa influencer.
"Atau tadi Anda memakai 'ketidakpercayaan publik'. Yang saya bilang tidak sejalan dengan terminologi itu adalah terkait dengan program pemerintah diluncurkan kepada masyarakat, tidak semua masyarakat itu pintar seperti Rocky," jelasnya.
Ia memaparkan program-program pemerintah itu perlu dijelaskan oleh sejumlah tokoh yang dikenal, seperti pemuka masyarakat, termasuk influencer.
Namun Ngabalin menyoroti tuduhan Rocky terkait adanya ketidakpercayaan pemerintah.
Menurut dia, tuduhan ini tidak berdasar dan tidak ada hubungannya.
"Kalau Rocky mengatakan fakta dan publik tidak percaya atas ketidakberesannya, apa yang dipakai? Karena ini publik lagi nonton," tegas Ngabalin.
Ngabalin menuntut Rocky menjelaskan asal tuduhannya, terutama terkait ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
Ia menilai hal ini perlu diluruskan agar informasi yang sampai ke masyarakat tidak simpang-siur, bahkan menimbulkan fitnah.
"Kalau dia menggunakan kata publik, referensi apa yang dipakai? Jangan hanya ngerecok ke sana kemari. Itu akan bisa menyebarkan fitnah dan tidak mendidik publik, 'kan Rocky suka begitu kalimatnya," katanya.
"Kalau tidak dibantah, pernyataan-pernyataan yang menyesatkan ini bisa merusak publik," tandas Ngabalin. (Brigitta Winasis)
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judulSkakmat! Bak Kena Tampar Kanan Kiri, Rocky Gerung Dilabrak Staf Menkominfo di Layar TV: Minimal Saya Profesor Beneran, Anda Kan Belum Tentu(*)