Find Us On Social Media :

Harumkan Nama Indonesia dengan Jadi Juara Olimpiade Internasional, Siswa Berprestasi Luar Biasa Ini Malah Gagal Lolos SBMPTN dan SNMPTN: Prestasi yang Sudah Saya Capai 3 Tahun di SMA Menjadi Sia-sia

Rayhan Danendra Wiracalosa saat mengikuti ajang International Olympiad of Metropolises 2019 di Moscow, Rusia

"Saya belajar sampai 12 jam saya lakuin dengan waktu tidur hanya 4-5 jam. Saya benar benar tidak mau gagal di SBMPTN," jelas Rayhan.

Ayah meninggal dunia karena stroke

Bayang-bayang gagal SNMPTN belum sepenuhnya hilang dari benak Rayhan, kini dia diberikan cobaan yang lainnya saat sang ayah menghadap ke Sang Ilahi.

Ayah Rayhan pergi untuk selama-lamanya karena penyakit stroke yang telah lama dideritanya. "Papa saya meninggal akibat serangan stroke yang dideritanya. Papa bukan hanya seorang ayah buat saya, tapi beliau seorang teman," ungkap Rayhan.

Rayhan menambahkan, setiap kali dirinya merasa lelah semasa berjuang di ajang OSN lalu, orang pertama yang selalu mendukung dan memotivasinya untuk lebih semangat adalah sang ayah.

Sang ayah, Rayhan melanjutkan, meskipun nggak punya latar belakang pendidikan Fisika, tapi selalu membantunya untuk menjadi lebih baik.

Dan Rayhan benar-benar kehilangan semuanya. "Saya benar benar kehilangan semuanya. Mungkin kehilangan PTN tidak jadi masalah, karena PTN bisa dicari dengan banyak jalur. Tapi kehilangan Papa? Apakah bisa diganti? Enggak," papar dia.

Baca Juga: Curiga Bakal Ada Parade Militer Besar-besaran, Korea Utara Kepergok Laksanakan Uji Coba Rudal Balistik Mengerikan dari Kapal Selam, Foto Satelit Jadi Bukti Persiapan Kim Jong Un untuk Pamer Senjata

Gagal lolos SBMPTN

Sepeninggal sang ayah, Rayhan tetap melanjutkan belajarnya meskipun di bawah tekanan mental. Rayhan mengaku life must go on, hidup terus berjalan, dan akan jadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Waktu tidur akhirnya saya kurangi menjadi 2-3 jam per hari," ucap Rayhan. Pada mulanya, impian Rayhan adalah ingin melanjutkan studi di jurusan teknik mesin, tetapi keinginannya itu berubah setelah ayahnya meninggal dunia. Ia berubah pikiran untuk menjadi dokter karena merasa penasaran dan ingin mengetahui lebih dalam tentang penyakit yang dialami ayahnya.

Kali ini, dia mencoba memilih jurusan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS).