GridHot.ID - Lepas dari Indonesia, Timor Leste juga menghadapi situasi pandemi covid-19.
Namun, tak seperti negara tetangganya yang terus mencatat angka kasus covid-19, Timor Leste hanya mencatat sedikit kasus.
Negara berpenduduk 1.3.22.667 itu diketahui hanya mencatatkan 27 kasus hingga Kamis (3/9/2020) lalu.
Dikenal sebagai salah satu negara termiskin di dunia, Timor Leste justru diperkirakan bakal lebih dulu keluar dari jurang ekonomi akibat pandemi.
Bahkan Timor Leste dipastikan tidak akan mengalami banyak kerusakan, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya termasuk Indonesia.
Fredrik Sjöholm, Profesor di Departemen Ekonomi, Universitas Lund, Swedia, dalam tulisannya berjudul 'Rute Pembangunan yang Berbahaya Bagi Timor-Leste' berbicara soal Timor Leste.
Melansir East Asia Forum (19/9/2020), Di bidang politik, konflik lama antara mantan perdana menteri Mari Alkatiri dan Xanana Gusmao terus menimbulkan perombakan parlemen, kebuntuan politik, dan ketidakpastian.
Bahkan, semua anggaran publik sejak 2018 telah ditunda sehingga menyebabkan penurunan belanja publik.
Situasi politik Timor Leste berubah awal tahun ini dengan runtuhnya koalisi Gusmao, dan partai Fretilin Alkatiri bergabung dengan pemerintah pada bulan Juni.
Pemerintah sekarang sejajar dengan mayoritas parlemen dan mendapat dukungan presiden, yang mana bisa menjadi awal dari stabilitas yang lebih baik dan ketidakpastian politik yang berkurang, tetapi situasinya tetap rapuh.
Pertumbuhan ekonomi tahunan hanya sebesar 3 persen dalam beberapa tahun terakhir dan diperkirakan akan tetap rendah di tahun-tahun mendatang.
Kondisi ekonomi tersebut jauh dari pertumbuhan yang dibutuhkan untuk menjadikan Timor-Leste sebagai negara berpenghasilan menengah pada tahun 2030, seperti yang dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Strategisnya.
Kini, banyak orang Timor Leste masih hidup dalam kemiskinan yang parah hampir dua dekade setelah kemerdekaan.
Namun, di tengah situasi kacau tersebut, Timor Leste justru disebut telah menangani pandemi COVID-19 dengan baik.
Ada beberapa kasus yang dilaporkan di Timor Leste, namun tidak ada kematian.
Di sektor kesehatan, Timor Leste disebut memiliki standar yang masuk akal. Peningkatannya secara luas dianggap sebagai pencapaian utama negara itu sejak kemerdekaan.
Bahkan jika situasi pandemi berubah, diperkirakan akan berdampak kecil karena Timor-Leste memiliki populasi yang sangat muda, yang biasanya tidak terlalu terpengaruh atau 'kebal' oleh COVID-19.
Usia rata-rata Timor Leste adalah 17 tahun dan sekitar 40 persen populasi berusia di bawah 15 tahun, menjadikannya salah satu populasi termuda di dunia.
Dari segi perekonomian, ketika pandemi telah mengganggu jaringan produksi dan perdagangan internasional, Timor Leste justru dengan 'ajaib' telah terlindung dari pengaruh tersebut karena tidak diintegrasikan ke dalam ekonomi global.
Pertanian subsisten mendominasi mata pencaharian dan kurang dari 30 persen dari semua pekerjaan berbasis upah.
Industri modern terdiri dari sektor publik dan proyek infrastruktur yang dibiayai publik. Tidak ada perusahaan manufaktur atau multinasional besar di pulau itu.
Sementara pariwisata masih menunggu untuk dikembangkan, dan ekspor nonmigas terdiri dari kopi dalam jumlah sedang.
Dampak ekonomi utama masa Covid-19 di Timor Leste disebut akan datang dari bagaimana krisis memengaruhi harga minyak dan pasar saham.
Pasalnya, Timor-Leste sangat bergantung pada minyak dan gas alam, yang menghasilkan 90 persen pendapatan pemerintah.
Pendapatan ini diinvestasikan melalui Dana Perminyakan di pasar saham asing dan pengembaliannya digunakan untuk pengeluaran publik, yang mencapai sekitar 70 persen dari PDB, salah satu tingkat tertinggi di dunia.
Harga minyak yang lebih rendah dan pasar saham yang jatuh memiliki dampak negatif langsung pada pengeluaran publik di masa depan negara ini.
Harga minyak telah turun sekitar 40 persen sejak awal tahun tetapi pasar saham global belum terlalu terpengaruh oleh COVID-19.
Meski begitu penurunan yang lebih besar tidak dapat dikesampingkan karena krisis masih berlanjut dan potensi risiko yang serius terletak pada penarikan dana pemerintah yang berlebihan dari Dana Perminyakan.
Banyak pengamat memperkirakan bahwa itu bisa habis dalam satu dekade.
Menurut Fredrik Sjöholm, masuk akal dan mungkin bahwa Timor-Leste akan keluar dari pandemi dengan kerusakan yang lebih ringan daripada banyak tetangganya.
Diketahui sejauh ini Timor Leste telah mampu mengatasi pandemi.
Namun, baik pandemi atau tidak, disebut perkembangan masa depan Timor Leste tampak sangat tidak pasti.
(Khaerunisa)
Artikel ini telah tayang di Sosok.id dengan judulMiskin dan Kacau, Timor Leste Justru Dipastikan Bakal Keluar dari Jurang Covid-19 dengan Kerusakan Paling Ringan Dibanding Negara Lain Termasuk Indonesia(*)