Laporan Wartawan GridHot, Desy Kurniasari
GridHot.ID - 21 tahun sudah Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia.
Provinsi ke-27 ini diketahui resmi memisahkan diri dari Indonesia pada 20 Mei 2002 atau pasca-refrendum.
Namun, bagaimana kondisi negara yang bertetangga dengan Provinsi Nusa Tenggara Timur itu?
Melansir Kompas.com, pada Minggu (5/7/2020) berdasarkan laporan resmi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Timor Leste terbilang masih lambat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara.
Negara dengan nama resmi Republica Democratica de Timor Leste ini masih jadi salah satu negara paling miskin di dunia.
Menurut Bank Dunia, pertumbuhan investasi swasta di Timor Leste itu masih saja melempem dari tahun ke tahun pasca-merdeka, ini terkait dengan stabilitas politik dan ekonomi di negara itu yang masih bergejolak.
Ekonomi Timor Leste sempat diprediksi bakal semakin terpuruk di 2020 karena pandemi virus corona (Covid-19) dan kondisi politik yang belum stabil.
Pemerintah Timor Leste sudah mencairkan dana sebesar 250 juta dari Petroleum Fund di mana 60 persennya digunakan untuk penanganan Covid-19.
Virus corona memperburuk ekonomi Timor Leste yang berkontribusi pada menurunnya kunjungan turis asing ke negara itu, melambatnya perdagangan ekspor-impor, dan besarnya pengeluaran pemerintah untuk menanggulangi pandemi.
Dilansir GridHot dari The Oekusi Post, salah satu program pemerintah Timor Leste yang saat ini dipimpin oleh Perdana Menteri Taur Matan Ruak adalah mengelabui petani.
Pemerintah Timor Leste mengatakan akan mempromosikan hasil pertaniannya, namun yang terjadi justru sebaliknya.
Pada kenyataannya, pemerintahan Timor Leste lebih memilih untuk mengimpor beras tak layak dari luar negeri meski sudah tidak bergizi lagi.
Pada Kamis (13/8/2020) terdapat sekitar tiga anggota menteri yang berbondong-bondong menjemput 6.000 ton beras impor dari Vietnam.
Mereka sangat berani dan senang sekali memamerkan beras impor yang akan dijadikan ketahanan pangan nasional.
Mereka tak malu mengimpor beras yang bahkan sudah berkurang kadar gizinya.
Kendati demikian, mereka tetap rela mengeluarkan uang ribuan dollar AS untuk membelinya.
Tiga menteri pun jemput bola mendatangi pelabuhan Dili ketika beras tersebut sudah tiba.
Ketiga menteri tersebut ialah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Joaquim Amaral, Menteri Perhubungan dan Komunikasi José Agustinho da Silva, Menteri Pariwisata, Perdagangan dan Industri José Lucas do Carmo da Silva.
Joaquim Amaral mengatakan bahwa pemerintah membeli beras impor tersebut dengan tujuan mengantisipasi kelaparan saat wabah Covid-19.
"Hari ini kami datang ke sini untuk menyaksikan beras yang kami beli selama krisis Covid-19.
Saat itu, semua negara tidak menjual beras karena upaya pemerintah melakukan negosiasi dengan pemerintah Vietnam, membeli beras untuk menjamin stok nasional kita," kata Menteri Joaquim. (*)