Find Us On Social Media :

Citra Satelit Bongkar Semuanya, China Kepergok Sudah Hancuran Ribuan Masjid Muslim Uighur di Xinjiang, yang Bertahan Harus Rela Hilangkan Wujud Kubah di Bangunannya Demi Keamanan

Suku Uighur mayoritas memeluk Islam.

Gridhot.ID - Isu kontroversi tentang perlakuan China terhadap kaum muslim Uighur memang sudah sangat mendunia.

Bahkan China sampai mendapat kecaman dari berbagai negara akibat perlakuannya.

Kini ada bukti baru yang tak bisa disangkal China terkait penyiksaannya terhadap kaum muslim Uighur.

Otoritas China telah menghancurkan ribuan masjid di Xinjiang, menurut sebuah lembaga think tank Australia, dalam laporan terbaru tentang pelanggaran hak asasi manusia yang meluas di wilayah bergolak tersebut.

Baca Juga: Merengek Hingga Gejol-gejolkan Kaki, Bocah Ini Tak Ingin Lepas dari Gendongan Tentara, Kapten Rum Patria: Ia Selalu Ingin Ikut dengan Kami

Kelompok hak asasi manusia mengatakan, lebih dari satu juta orang Uighur dan orang-orang Muslim lainnya telah ditahan di kamp-kamp di Xinjiang, dengan penduduk ditekan untuk menghentikan kegiatan tradisional dan keagamaan.

Melansir Channel News Asia, sekitar 16.000 masjid telah hancur atau rusak, mengacu laporan Institut Kebijakan Strategis Australia (ASPI) yang keluar Jumat (26/9) berdasarkan citra satelit yang mendokumentasikan ratusan situs suci umat Islam dan pemodelan statistik.

Sebagian besar kehancuran telah terjadi dalam tiga tahun terakhir dan diperkirakan 8.500 masjid hancur total, sebut laporan ASPI, dengan lebih banyak kerusakan di luar pusat Kota Urumqi dan Kashgar.

Banyak masjid yang lolos dari pembongkaran telah menghilangkan kubah dan menaranya, menurut laporan ASPI, yang memperkirakan kurang dari 15.500 masjid utuh dan rusak dibiarkan berdiri di sekitar Xinjiang.

Baca Juga: Semua Perabot Jadi Abu Dilalap Api, Korban Kebakaran di Semarang Takjub Lihat Al Quran dan Tasbih yang Masih Utuh Hampir Tak Tersentuh: Kulkas Aja Habis Terbakar!

Jika benar, itu akan menjadi jumlah terendah rumah ibadah Muslim di wilayah tersebut sejak dekade pergolakan nasional yang dipicu oleh Revolusi Kebudayaan pada 1960-an.

Sebaliknya, tidak ada gereja Kristen dan kuil Buddha di Xinjiang, yang dipelajari oleh ASPI, yang rusak atau hancur.