Soal Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter di Pantai Selatan Jawa, Geolog UGM Minta Masyarakat Tidak Panik: Saring Berita yang Dibaca dan Didengar

Rabu, 30 September 2020 | 07:13
Pixabay.com

Ilustrasi Tsunami

GridHot.ID - Hasil kajian dari tim indisipliner dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai potensi tsunami di selatan Jawa yang bisa mencapai ketinggian 20 meter cukup menggemparkan publik.

Terkait hal itu, Geolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Gayatri Indah Marliyani mengatakan, yang perlu digarisbawahi yaitu hasil-hasil studi yang disampaikan masih berupa skenario kejadian gempa dan tsunami yang berupa potensi bukan prediksi."Untuk menjadi prediksi, informasi yang disampaikan harus meliputi waktu, besaran magnitudo, dan lokasi kejadian.""Potensi terjadinya tsunami memang ada di selatan Jawa, tapi kapan terjadinya kita belum tahu," ujar Gayatri Indah Marliyani, dalam keterangan tertulis Humas UGM, Selasa (29/9/2020).

Baca Juga: Tsunami 20 Meter Mengancam Pantai Selatan Jawa, BPBD Banten Siapkan Mitigasi Bencana Sejak Dini, Minta Masyarakat Tidak PanikGayatri menyampaikan, skenario yang disampaikan tidak serta merta memberikan informasi kejadian gempa dan tsunami di selatan Jawa akan terjadi besok atau lusa.Oleh karena itu, meski kajian penelitian mengungkap potensi namun masyarakat diharapkan tidak perlu panik.Menurutnya, hingga saat ini masih belum ada teknologi yang terbukti bisa melakukan prediksi dengan akurasi tinggi.Hal terpenting yang bisa dilakukan masyarakat adalah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala bencana yang mungkin terjadi, termasuk bencana gempa bumi dan tsunami.

Baca Juga: Riset Tentang Gempa Megathrust Selatan Pulau Jawa Bikin Geger, Mbah Mijan Ternyata Pernah Berdoa Soal Bencana Dahsyat Sebelum Penelitian Terpublikasi: Ya Allah, Jauhkanlah...

Jika merasakan gempa besar dan sedang berada di tepi pantai, serta melihat air laut surut maka harus segera menjauhi pantai dan menuju tempat yang tinggi seperti bukit atau gedung-gedung yang tinggi."Jika berada jauh dari pantai (Gayatri menuturkan, masyarakat Indonesia yang terpenting harus diberikan pengertian bahwa mereka hidup senantiasa berdampingan dengan alam.Selain membawa bencana, tektonik Indonesia yang aktif juga membawa banyak manfaat, antara lain tanah yang subur, pemandangan indah serta berbagai kekayaan alam.

Baca Juga: Heboh Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter di Pantai Selatan Jawa, Pakar: Mungkin Tidak Terlalu Lama Lagi Akan Terjadi"Dalam menghadapi potensi bencana diharapkan untuk tidak panik, kenali bahaya di lingkungan sekitar dan pelajari cara bagaimana menyelamatkan diri. Ikuti imbauan dan arahan dari sumber yang terpercaya, saring berita yang dibaca dan didengar, serta jangan sungkan bertanya pada yang kompeten di bidangnya jika ada kebingungan agar tidak mudah termakan isu-isu yang menyesatkan," urainya.Diakuinya, riset-riset terkait dengan prediksi gempa bumi mulai dikembangkan lebih serius.Berbagai pendekatan dilakukan, antara lain dengan analisis seismisitas, gangguan pada gelombang eletromagnetik, adanya anomali emisi gas Radon, serta perubahan muka air tanah.

Baca Juga: Waspada! Tsunami Besar Hingga 20 Meter Mengancam Pantai Selatan Jawa, Peneliti ITB Beri Penjelasannya

Berbagai parameter mulai dimonitor di lokasi-lokasi yang dicurigai aktif secara tektonik oleh beberapa peneliti untuk mengetahui adanya keterkaitan antara pola anomali dan kejadian gempa bumi.Namun, ada beberapa keterbatasan dalam menerapkan metode-metode ini. Keterbatasan tersebut antara lain sensor harus berada dekat dengan sumber gempa bumi dan yang terpenting adalah melakukan validasi data secara global."Sampai saat ini penelitian mengenai prediksi gempa bumi dengan pendekatan-pendekatan ini masih belum menghasilkan prediksi yang secara konsisten memberikan korelasi yang positif.""Untuk bisa dikatakan indikatif maka hasil pantauan harus secara statistik menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara kejadian dan anomali," tegasnya.

Baca Juga: Sukses Jadi Pebisnis Ulung, Susi Pudjiastuti Pernah Borong 30 Pesawat Sekaligus di Luar Negeri, Sandiaga Uno: Kayak Beli Kacang!Menurut Gayatri, yang juga perlu diketahui di daerah subduksi aktif seperti di Sumatra dan Jawa, gempa dengan magnitudo kecil-sedang.Dengan begitu, jika ada yang membuat prediksi yang sangat umum, misalnya akan terjadi gempa dengan magnitudo M4 pada daerah sepanjang subduksi Jawa-Sumatra dalam waktu beberapa hari maka belum bisa disebut prediksi tersebut berhasil karena memang pasti terjadi meski tanpa diprediksi."Meski begitu studi tentang prediksi gempa bumi ini layak untuk terus dilakukan, sebab jika berhasil akan memberikan kemaslahatan sangat besar bagi kehidupan manusia," jelasnya.Melihat jaringan jalan di sepanjang pantai selatan Jawa yang kebanyakan jalan besar searah dengan pantai maka semestinya ada alur evakuasi masyarakat yang menjauhi pantai atau menuju area yang tinggi.

Baca Juga: Berawal dari Kisah Cinta Nyi Roro Kidul, Peneliti Malah Berhasil Bongkar Jejak Bencana Tsunami Purba di Selatan Jawa: Kecerdasan Politik

Jalur evakuasi ini memungkinkan untuk masyarakat ketika terjadi gempa dan tsunami, terutama pada area area padat penduduk atau ramai aktivitas manusia.Karenanya, pemerintah perlu menyiapkan infrastruktur yang mendukung proses evakuasi baik evakuasi mandiri maupun terkoordinir untuk antisipasi kejadian gempa dan tsunami.Ini perlu dipikirkan dan direncanakan secara jangka panjang dan berkelanjutan.Selain itu juga perlu adanya sosialisasi ke masyarakat mengenai adanya potensi bencana di wilayah Indonesia dan bagaimana menyikapinya.Sehingga dengan sosialisasi dan edukasi, masyarakat senantiasa meningkatkan kewaspaadaan dan tidak panik."Penting bagi pemerintah antara lain memasukkan materi kebencanaan dalam kurikulum pendidikan dasar hingga menengah atas, menyusun protokol penanggulangan bencana mulai di tingkat keluarga hingga masyarakat, dan mendukung riset riset yang terkait dengan kebencanaan," ujarnya.Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul "Terkait Potensi Tsunami 20 Meter di Selatan Jawa, Geolog UGM Imbau Masyarakat Tidak Panik"(*)

Tag

Editor : Siti Nur Qasanah

Sumber TribunSolo.com