Berani Tuduh Iran Ciptakan Teroris di Sidang PBB, Raja Salman Nyatanya Bukan Sosok Sembarangan, Sang Pemimpin Arab Saudi Pernah Jadi Menteri Pertahanan, Pantas Seolah Tak Takut Diajak Perang

Kamis, 01 Oktober 2020 | 10:13
Biro Pers Setpres

Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menemui Raja Salman saat kunjungan ke Arab Saudi, Minggu (14/4). (Biro Pers Sekretariat Presiden)

Gridhot.ID - Raja Salman memang menjadi salah satu pemimpin paling disoroti di dunia.

Ketegasannya yang luar biasa membuat Arab Saudi bisa berada pada titik sekarang.

Raja Salman kini kembali menjadi sorotan lantaran ungkapan amarahnya kepada Iran dalam Sidang Majelis Umum PBB beberapa hari lalu.

Raja Salman menuding Iran telah mengeksploitasi kesepakatan nuklir tahun 2015, menciptakan jaringan teroris, dan menggunakan terorisme untuk kepentingan negaranya. Iran pun membantah semua tuduhan tersebut.

Dirangkum dari BBC.com, Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud adalah Raja Arab Saudi ketujuh. Raja Salman naik takhta pada usia 79 tahun pada 2015, setelah kematian saudaranya Raja Abdullah. Lantas, seperti apa sosok Raja Salman?

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Jaksa Pinangki Tiba-tiba Tulis Surat Permohonan Maaf untuk ST Burhanuddin dan Hatta Ali yang Ikut Terseret dalam Kasus Djoko Tjandra: Saya Tegasakan, Saya Sangat Menyesal...

Profil Raja Salman

Raja Salman lahir pada tahun 1935, putra dari pendiri Arab Saudi, Raja Abdulaziz (biasanya disebut Ibn Saud), dan istri kesayangannya, Putri Hassa al-Sudairi.

Salman adalah anak bungsu kedua dari tujuh bersaudara. Ketujuh putra Hassa yang dikenal sebagai "Sudairi Seven" kemudian menjadi faksi yang kuat di dalam keluarga kerajaan, mewariskan takhta satu sama lain.

Saudara laki-laki tertua Salman, Fahd, menjadi Raja Arab Saudi antara tahun 1982 dan 2005, sementara dua saudara laki-laki lainnya, Sultan dan Nayef, adalah putra mahkota.

Salman pun mulai masuk pemerintahan pada tahun 1954, ketika ia diangkat sebagai wakil gubernur Riyadh. Setahun kemudian, Salman dipromosikan menjadi gubernur provinsi Riyadh dan menjabat lima tahun di posisi itu, yang dipandang sebagai salah satu yang paling penting di negara itu.

Baca Juga: Ketahuan Menato Tubuh, Aurel dan Azriel Dimarahi Habis-habisan Hingga Nyaris Diusir dari Rumah oleh Ashanty, Begini Fakta Sebenarnya

Setelah tiga tahun absen, ia kembali sebagai gubernur dan mengawasi transformasi Riyadh dari kota gurun kecil menjadi kota pencakar langit, memiliki universitas, dan jaringan makanan cepat saji yang berasal dari Barat. Total, Salman menjadi gubernur provinsi Riyadh selama 48 tahun.

Lalu menjadi menteri pertahanan pada 2011 dan putra mahkota setahun kemudian. Ketika menjadi menteri pertahanan pada 2015, dia meluncurkan perang ke negara tetangga Yaman yang menyebabkan bencana kemanusiaan.

Saat menjadi Raja, sejumlah keputusannya telah membawa perubahan besar di Kerajaan Arab Saudi, dan yang paling penting adalah menetapkan putranya, Mohammed bin Salman sebagai Putra Mahkota atau penerusnya.

Suksesi Mohammed bin Salman sebagai penerus Raja Salman

Saat awal menjabat, Raja Salman menunjuk Pangeran Muqrin Bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota. Pada 29 April 2015, Salman mencopot Muqrin bin Abdul Aziz sebagai Putra Mahkota dan menunjuk keponakannya Muhammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota.

Baca Juga: Ingin Dapat Bansos Sebesar Rp 500 Ribu Tapi Belum Punya Kartu Keluarga Sejahtera, Ikuti Langkah-langkah Ini untuk Mendapatkannya

Namun, pada 2017 Raja Salman menggantikan Mohammed bin Nayef sebagai putra mahkota demi putranya, Mohammed bin Salman.

Mohammed bin Nayef juga dicopot sebagai kepala kementerian dalam negeri dan dilaporkan ditempatkan di bawah tahanan rumah.

Sementara, Mohammed bin Salman adalah putra tertua Raja Salman dari istri ketiganya, Putri Fahda binti Falah Al Hathleen.

Setelah diangkat sebagai putra mahkota, Mohammed bin Salman pun mulai mengkonsolidasikan kekuasaannya, menahan pangeran saingannya dan pengusaha miliarder atas tuduhan korupsi dan menindak para intelektual kritis, ulama, dan aktivis.

Pada Maret 2020 juga dilaporkan penangkapan tiga pangeran yang dilaporkan atas tuduhan pengkhianatan pada Maret 2020 termasuk Mohammed bin Nayef dan satu-satunya saudara laki-laki Salman yang masih hidup, Ahmed.

Baca Juga: Ingin Dapat Bansos Sebesar Rp 500 Ribu Tapi Belum Punya Kartu Keluarga Sejahtera, Ikuti Langkah-langkah Ini untuk Mendapatkannya

Hal ini memicu spekulasi bahwa Mohammed bin Salman berusaha untuk menyingkirkan saingannya dalam suksesi sebelum ayahnya yang sudah tua meninggal atau turun tahta.

Nama Mohammed bin Salman pun juga dikaitkan dengan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada tahun 2018.

Hal itu memicu kekhawatiran internasional dan seruan agar Muhammad dicopot, tetapi dia masih mendapat sokongan dari ayahnya.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Profil Raja Salman, penguasa Arab Saudi yang sempat berseteru dengan Iran.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan