Gridhot.ID - Perang Armenia dengan Azerbaijan memasuki hari keenam sejakpecahpada 27 September 2020.
Kedua negara tersebut terlibat pertempuran sengit memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.
Bahkan, perang antara Armenia dengan Azerbaijan ini juga melibatkan negara lain.
Armenia mengklaim bahwa pasukan Azerbaijan mendapat bantuan dari militer Turki.
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengklaim, memiliki bukti Azerbaijan yang memerangi pasukan Yerevan di Nagorny-Karabakh didukung Turki.
Setidaknya 130 orang tewas dalam pertempuran yang berlangsung berhari-hari itu, dan menjadi bentrokan terburuk sejak 2016 di sana.
Sementara itu Perancis, Amerika Serikat (AS), dan Rusia menyerukan diakhirinya permusuhan.
"Kami punya bukti," kata PM Nikol Pashinyan, Jumat (2/10/2020) kepada surat kabar Perancis Le Figaro yang dikutip AFP.
"Mereka menggunakan drone dan (jet tempur) F-16 Turki untuk membom wilayah sipil di Nagorny Karabakh."
Armenia sebelumnya menuduh Turki mengirim tentara bayaran untuk mendukung Azerbaijan.
Pada Senin (28/9/2020), Obervatorium Suriah untuk HAM yang berbasis di Inggris mengatakan, Turki telah mengirim setidaknya 300 proxies dari Suriah Utara.
Pernyataan terbaru Pashinyan ini diamini oleh Emmanuel Macron yang mengatakan, laporan intel juga mengungkap tentara yang ditarik dari kelompok milisi telah melintasi Turki dalam perjalanan ke Azerbaijan.
Presiden Perancis itu mengatakan, "garis merah telah dilintasi, yang tidak bisa diterima" dan menuntut penjelasan dari Ankara.
Meski begitu, dunia terus meminta Armenia dan Azerbaijan menyudahi peperangan, bahkan ketika terjadi eskalasi konflik yang mengancam akan menyedot kekuatan regional Rusia dan Turki ke dalam konflik.
Dalam seruan bersama pada Kamis (1/10/2020), Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden AS Donald Trump, dan Macron mendesak kedua pihak kembali bernegosiasi untuk menyelesaikan sengketa teritorial yang sudah berlangsung lama.
Pashinyan dan pemimpin Azerbaijan Ilham Aliyev sama-sama menolak gagasan untuk mengadakan perundingan.
PM Armenia tersebut berkata, "Nagorny Karabakh tak bisa menurunkan senjata, karena itu akan menyebabkan genosida."
"Orang-orang yang tinggal di sana menghadapi ancaman eksistensial."
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: "Sebut Azerbaijan Dibantu Turki, PM Armenia Paparkan Buktinya."
(*)