Berdarah-darah Karena Pandemi Virus Corona, Demi Bertahan Hidup, Masyarakat Filipina Terpaksa Lakukan Sistem Perdagangan Barter untuk Menyambung Nyawa

Senin, 05 Oktober 2020 | 09:42
Twitter @jesicatedja

Social distancing di Filipina

GridHot.ID - Pandemi virus corona atau covid-19 sangat berdampak dalam kehidupan masyarakat.

Terlebih sejak diterapkannya lockdown atau pembatasan aktivitas.

Bahkan sejak mengalami kesulitan akibat pandemi global, masyarakatmengadaptasikan kembali kegiatan barter.

Baca Juga: Takut Angkatan Lautnya Jadi Bulan-bulanan Kapal China Usai Membelot, Filipina Minta Jaminan Perlindungan dari AS: Kami Minta Bantuan Jika Diserang Tiongkok

Sistem perdagangan barter kembali populer di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah Filipina sejak pandemi virus corona baru melanda. Barter dinilai jadi cara tepat untuk mendapatkan kebutuhan sehari-hari di tengah kesulitan ekonomi.

Kepada Reuters, Grace Lagaday, ibu rumahtangga, membagikan kisahnya yang terpaksa menukar barang-barangnya demi memenuhi kebutuhan sang anak.

Melalui media sosial Facebook, Ladagay mencari kebutuhan untuk sang bayi. Ia menukarkan sekantong coklat M&Ms dan Nutella untuk perlengkapan bayi.

Baca Juga: Sudah Muak Ketidakadilan Tiongkok, Negara ASEAN Ini Nekat Putar Halauan Bersekutu dengan Amerika untuk Hadapi Masalah Pasifik, Pilih Khianati China Usai 4 Tahun Bersahabat Erat

"Saya benar-benar membutuhkan perlengkapan menyusui tetapi barang yang tersedia sangat terbatas. Untuk seorang ibu yang melahirkan selama musim pandemi ini, barter membantu saya menemukan penawaran yang bagus untuk bayi saya," ungkap Ladagay.

Ladagay telah menukarkan gantungan baju dengan lima kilogram beras, dan pembunuh nyamuk elektrik dengan dua liter minyak goreng. Semua kegiatan barter ini dia lakukan karena keterbatasan uang yang dimiliki.

Ia tergabung dalam grup barter yang ada di Facebook bersama ratusan ribu warga Filipina lain yang aktif dalam beberapa bulan terakhir.

Sejauh ini, Reuters menemukan lebih dari 100 grup barter, beberapa di antaranya memiliki anggota hingga 250.000 orang. Kebanyakan muncul di Luzon yang merupakan pulau utama Filipina.

Barter paling ekstrem

Salah satu barter paling ekstrem yang pernah terjadi selama masa pandemi virus corona adalah yang seorang pria berusia 36 tahun dari Provinsi Cebu lakukan.

Baca Juga: Konflik AS dan China Kian Membara, Indonesia Disebut Bakal Ikut Terseret Jika Pecah Perang di Laut China Selatan, Ini Penjelasan Pakar Militer Internasional

Pria tersebut menukarkan Mitsubishi Lancer 1993 dengan uang tunai 125.000 peso atau sekitar US$ 2.574 dengan makanan kaleng, mie, dan beberapa karung beras yang kemudian dia distribusikan kepada orang miskin.

Seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang juga berasal dari Cebu sempat menukar dua ember ayam goreng dengan unggas buruan.

Sempat dianggap ilegal oleh pemerintah

Bangkitnya kembali tradisi barter cukup membuat pemerintah Filipina kebingungan. Dikutip dari Reuters, Menteri Perdagangan Ramon Lopez memberi pernyataan yang berubah-ubah terkait tren barter yang berkembang.

Baca Juga: Bak Bangun dari Tidur Panjang, Filipina Kini Kembali Berjuang Ambil Alih Sabah dari Malaysia, Ini Alasannya

Pada Juli, ia mengatakan, sistem barter merupakan hal yang baik demi mencapai keuntungan pribadi. Tapi satu hari sebelumnya, ia menyatakan, kegiatan barter adalah praktik ilegal menghindari pajak.

Sikap tersebut menyulut amarah ribuan pengguna media sosial. Mereka mengecam pemerintah yang dianggap berupaya mengeruk pemasukan baru dari pajak bahkan di tengah kesulitan ekonomi.

Fillipina memasuki resesi pertamanya dalam hampir tiga dekade terakhir dan pengangguran melonjak ke rekor tertinggi 17,7% sebagai akibat dari pandemi. Perdagangan barter jadi alternatif banyak warga untuk tetap bisa bertahan hidup di tengah segala keterbatasan.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judulPandemi virus corona paksa warga Filipina kembali ke sistem perdagangan barter(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Kontan.co.id