Find Us On Social Media :

Pantas Amerika Hapus Daftar Hitam Prabowo Subianto, AS Ternyata Diam-diam Pepet Menteri Pertahanan, Ini Tujuan Asli Negeri Paman Sam

Prabowo Subianto

Gridhot.ID - Prabowo Subianto sempat masuk daftar hitam Amerika Serikat (AS). 

Prabowo Subianto mendapat sanksi dilarang masuk ke Amerika pada pertengahan tahun 2000.

Ia bahkan dilarang untuk menghadiri wisuda putranya di salah satu universitas di Boston.

Baca Juga: Dicoret dari Daftar Hitam, Prabowo Subianto Kini Bisa Masuk Amerika Setelah 20 Tahun Dicekal, Menhan Akan Segera Lakukan Kunjungan ke Negeri Paman Sam

Pemerintah AS saat itu sedang menjauhkan diri dari tokoh-tokoh yang dekat dengan Soeharto.

Prabowo pun diduga memiliki rekam jejak pelanggaran HAM, namun ia membantah.

Hampir setahun Prabowo menjabat sebagai Menteri Pertahanan, Amerika mencabut sanksi tersebut.

Baca Juga: Ancang-ancang Lawan Serangan China, Indonesia Incar Jet Tempur Eurofighter Typhoon, Niat Borong 48 Pesawat dengan Biaya per Unit Rp 890 Miliar

Belakangan sebuah kabar dari media luar negeri menyebutkan bahwa Prabowo didekati Amerika.

 

Usai boikot dicabut, menurut 24h.com.vn, Prabowo akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi dengan Amerika.

Sebagai jebolan militer dan orang yang memiliki pengaruh kuat, konon Prabowo adalah sosok yang dinantikan China dan Rusia.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Indonesia, negara tersebut dianggap AS sebagai "sekutu strategis" di kawasan Indo-Pasifik.

Baca Juga: Dibandingkan Prabowo Subianto, PKS Akan Jagokan Rizieq Shihab dan Ustaz Abdul Somad di Pilpres 2024, Ini Alasannya

Indonesia juga memahami "pentingnya AS" dalam memastikan kawasan yang damai dan stabil.

Pencabutan sanksi Prabowo dianggap sebagai upaya Amerika untuk menangani militer berpengaruh dan pertumbuhan ekonomi China di wilayah tersebut.

Ronodipuro, juru bicara Prabowo, mengatakan Menhan akan "membahas masalah militer dan kerja sama antara kedua negara" dalam pertemuan dengan Mark Esper.

"AS selalu memainkan peran penting dalam memperoleh dan meningkatkan persenjataan pertahanan strategis Indonesia. Dalam kondisi saat ini, hubungan kedua negara akan terus ditingkatkan," ujar Ronodipuro.

Tidak jelas apakah kunjungan Prabowo ke AS akan dilakukan sebelum atau sesudah pemilihan presiden.

Baca Juga: Sebelum Coast Guard China Jelajahi Laut Natuna, Menhan Negeri Tirai Bambu Ternyata Temui Prabowo Subianto, Begini Isi Obrolannya

"Menghapus sanksi saat ini memang aneh, tapi tetap saja kabar baik bagi Pak Prabowo. Pencabutan sanksi AS terlihat jelas untuk kepentingan hubungan bilateral dalam konteks pengaruh China yang semakin meningkat di kawasan," kata Zachary Abuza, profesor di National War College (AS).

Tidak ada negara yang ingin memilih sisi antara China atau AS saat ini.

Bahkan di tengah kekhawatiran tentang agresi China di Laut China Selatan, negara-negara di kawasan itu menjaga hubungan netral antara AS dan Beijing.

"China berperan penting dalam membantu Indonesia memulihkan ekonominya di tengah wabah Covid-19," kata Abuza.

"AS tidak ingin Indonesia melangkah terlalu jauh ke China," kata Alex Arifianto analis di Nanyang Technological University.

Baca Juga: Korea Selatan Sebut Indonesia Nunggak Bayar Proyek Jet Tempur Rp 6,2 Triliun, Begini Tanggapan Jubir Prabowo Subianto, Menhan Bakal Negoisasi Ulang?

Pemerintahan Trump dikatakan belum berinteraksi dengan sekutu di Asia Tenggara seperti halnya di bawah mantan Presiden Obama.

Mengingat ambisi China di Laut China Selatan, baik AS maupun Indonesia telah menunjukkan ketidakpuasan dan dapat bekerja sama.

"Prabowo cenderung lebih condong ke Amerika daripada China. Kunjungan Prabowo ke AS merupakan hal yang positif bagi hubungan pertahanan AS dengan Indonesia dan peluang kerja sama dan pengadaan senjata," kata Arifianto.

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul: "Setelah Dibebaskan Dari  Diboikot Amerika Selama 20 Tahun, Menhan Indonesia Prabowo Mendadak Didekati Amerika, Siapa Sangka Inilah Tujuan Asli AS Dekati Prabowo." 

(*)