Find Us On Social Media :

Dapat Untung Besar-besaran dari Wabah Corona, China Nyatanya Masih Sengsara, Kesombongannya Isolasi Politik Buat Tiongkok Harus Berjuang Tangani Utang Besarnya Sendirian

Suasana China

Gridhot.ID - Wabah corona sempat membuat China jatuh sejatuh-jatuhnya.

Namun mereka berhasil bangkit setelah berjuang sendirian menangani wabah tersebut.

Bahkan kini China sudah mulai bangkit perlahan.

Meningkatnya perdagangan China terjadai sangat pesat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Ini juga yang menyebabkan kegentingan dengan AS meningkat dan menjadi Perang Dingin baru.

Agustus 2020, kira-kira 58.9 miliar Dolar AS telah diraih oleh China, kalahkan angka yang diprediksi oleh ekonom yaitu sebesar 50.5 miliar Dolar AS.

Peningkatan hasil perdagangan China ungguli hasil perdagangan AS, sebesar 62,3 miliar Dolar AS dan akan meningkat mencapai 500 miliar Dolar akhir tahun mendatang.

Baca Juga: Duet Maut Erick Thohir dan Retno Marsudi Hasilkan Komitmen Pembelian 100 Juta Vaksin Corona Astrazaneca untuk Indonesia, Stok Tahun 2021 Dijamin Aman, Duo Menteri Sebut Awal Tahun Sudah Dapat Kiriman

Pertumbuhan ekspor China merupakan pertumbuhan tercepat dalam 1,5 tahun, tercatat di laporan Reuters.

Lebih unggul lagi, epidemi akhirnya hilang dari China dan negara tersebut selamat dari penyakit mematikan tersebut.

Keamanan tersebut menjamin lebih besarnya kontrol yang dilaksanakan, bahkan, negara tersebut telah mengontrol secara virtual hidup pribadi semua rakyatnya.

Jadi, negara akan tahu apapun mengenai Anda: siapa yang Anda temui, untuk berapa lama dan melakukan apa saja.

Tidak ada privasi, pergi keluar masuk gedung, bar, bioskop, naik kereta atau bus, seseorang harus tunjukkan ID di ponsel mereka.

Serta, ada jaringan lengkap untuk mengenali wajah seseorang.

Apapun yang bisa dipakai untuk melacak Anda dari penularan akan dipakai oleh China.

Baca Juga: Lempar Barang Belanjaan Rp 100 Juta ke Tanah, Nikita Mirzani Tak Peduli Disebut Sombong: Duit Gak Dibawa Mati

Disebutkan bahwa hal itu tidak akan digunakan untuk motif lain, tapi bisa saja digunakan untuk hal lain.

Beijing telah terapkan kontrak sosial, mirip dengan yang ada di negara tetangganya, yang pemerintah siapkan keamanan kesehatan, ditukar dengan privasi pribadi.

Kebebasan pribadi dapat dijamin asalkan tidak ada "kepentingan" politik individual

Hal ini menyediakan platform sosial yang efektif untuk pemulihan ekonomi.

Meskipun sudah diingatkan dari awal, AS pada dasarnya tidak menangani Covid-19 dengan cukup baik.

Epidemi merupakan penyakit sosial dan China memulihkannya dengan cara yang membuat negara Barat keberatan.

Namun dari perspektif China, AS belum sepenuhnya pulih dan dari pandemi dan masih belum jelas bagaimana pandemi akan pulih di Amerika dan negara Barat lainnya.

Baca Juga: Lesti Kejora Datang Menjenguknya Tengah Malam, Rizky Billar: Aku Senang Banget...

Sementara itu, AS menyalahkan China atas Covid-19, mengklaim itu merupakan penyakit mengerikan dari China. Namun banyak politikus yang mengabaikan betapa serius penyakit itu dan tidak lakukan tindakan pencegahan.

Oleh sebab itu, muncul pertanyaan apakah Covid buruk atau tidak.

Ini mungkin akan menjadi momen 'Sputnik' dari Amerika dan dunia, terlepas dari siapa yang akan menjadi presiden AS selanjutnya.

Secara praktis dan strategi, China canggih dan bereaksi lebih cepat daripada birokrasi Soviet yang rumit.

Padahal, beberapa orang non-China berasumsi Covid bisa menjadi momen Chernobyl bagi China, yaitu ketika kejatuhan tahun 1986 dari pembangkit nuklir Chernobyl memotong Uni Soviet di lututnya.

Namun sebaliknya, yang terjadi justru China buktikan bahwa negara-negara Barat lambat dan tidak efisien.

Ada alasan mengapa China melakukan semuanya sendirian, China terisolasi, tanpa jaringan sekutu atau rekan.

Baca Juga: Digugat Cerai Nita Thalia Setelah 20 Tahun Menikah, Suami: Sebetulnya Tiada Ada Masalah, Teh Nita-nya Sudah Enggak Cocok Sama Saya

Sehingga, kemenangannya juga merupakan benih dari masalah besar, karena bagaimana Anda bisa memenangkan konfrontasi dengan AS dan sekutunya ketika China sebenarnya dikarantina?

Untuk sampai ke Beijing, seseorang secara de fakto membutuhkan lebih dari setengah bulan antara perjalanan tidak langsung dan karantina ditambah persyaratan lainnya.

Selain itu, opini di negara-negara Barat dengan cepat berbalik melawan China, dan Beijing kesulitan mengalami masalah tersebut.

Mungkin, China bahkan tidak sadar bahaya besar tidak langsungnya.

Secara praktis, hanya sedikit yang bisa berkunjung dan sedikit yang bisa keluar dari negara tersebut.

China sedang membangun tembok di sekelilingnya, membangun industri manufaktur dan bergerak ke seluruh dunia.

Hal ini jelas tidak berkelanjutan dalam jangka panjang dan mungkin memiliki kekurangan segera setelah risiko Covid-19 memudar di seluruh dunia.

Baca Juga: Sebut UU Cipta Kerja Sangat Untungkan Buruh, Hotman Paris: Di Sini Ada Pasal yang Menyebutkan..

Hal ini meresahkan, karena situasi domestik Tiongkok masih tidak stabil.

Setelah tahun 2007, China tidak menyediakan jaring pengaman yang dapat meningkatkan konsumsi, menaikkan paja, dan membuat seluruh sistem lebih sehat.

Dengan itu, Tiongkok menghindari biaya politik untuk bergerak menuju demokrasi.

Sebaliknya, China meningkatkan infrastruktur dan real estat serta membiayainya melalui beragam utang lokal yang tidak akan muncul dalam pembukuan nasional.

Hal itu tidak meningkatkan risiko meminta lebih banyak pajak dan dengan demikian memberikan lebih banyak demokrasi sebagai cara bagi pembayar pajak untuk mengontrol bagaimana pajak dibelanjakan.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Terancam Isolasi Politik Setelah Bikin Seluruh Dunia Terisolasi, China Terjebak Utang yang Tiga Kali Lebih Besar dari PDB Mereka, Surplus Perdagangan Bersiap Jadi Bumerang!

(*)