Find Us On Social Media :

Turki Perpanjang Aktivitas di Perairan Sengketa, Erdogan Disebut Memulai Peperangan di Mediterania Timur, Ancaman Para Pemimpin Uni Eropa Sudah Tak Digubris Lagi

Kapal angkatan bersenjata Yunani dan Perancis berlayar dalam formasi saat latihan militer gabungan di Laut Mediterania, gambar diperolehh Reuters Kamis (13/8/2020)

Gridhot.ID - Turki kini jadi sorotan habis-habisan.

Pasalnya aksi sang Turki malah menamah panas suasana mediterania Timur.

Dilaporkan Turki mengumumkan akan memperpanjang kegiatan penelitian kapal penelitian seismik Oruc Reis di perairan yang disengketakan di Mediterania timur hingga 14 November.

Melansir Arab News, langkah tersebut kemungkinan akan menyulut kembali ketegangan regional setelah gempa bumi berkekuatan 7,0 yang melanda Turki dan Yunani pekan lalu, yang diperkirakan akan mengarah pada periode diplomasi gempa bumi, seperti yang terjadi pada tahun 1999.

Baca Juga: Viral Gara-gara Nikahi 3 Wanita Sekaligus, Pria Ini Malah Banjir Hujatan Netizen Sampai Pernikahannya Dianggap Kebohongan Belaka: Apakah Salah?

Peringatan navigasi baru (Navtex) yang dikeluarkan oleh Turki mencakup survei laut 16 mil laut dari pulau Rhodes Yunani dan 50 mil laut dari pulau Kastellorizo.

Kementerian Luar Negeri Yunani mengutuk tindakan Turki tersebut.

“Tindakan ini menciptakan ketegangan lebih lanjut di wilayah yang rentan di mana perhatian sekarang difokuskan pada pemberian bantuan dan pada ekspresi dukungan dan solidaritas,” katanya dalam siaran pers seperti yang dikutip Arab News.

"Tindakan ini sekali lagi menunjukkan bahwa Turki terus bertindak bertentangan dengan permintaan komunitas internasional, termasuk kesimpulan dari pertemuan Oktober Dewan Eropa, yang meminta Turki untuk menghentikan tindakan ini," tambahnya.

Baca Juga: Foto Selfie Putranya di Depan Notre Dame Sempat Dikirim ke Keluarga, Ibu Penyerang Gereja di Nice Perancis Putus Asa Lihat Rekaman Penyerangan: Kami Ingin Kebenaran

Menteri Luar Negeri Yunani Nikos Dendias akan menginformasikan kepada sekutu dan mitra negara tentang perkembangan terbaru.

Para pemimpin Uni Eropa sepakat pada 2 Oktober untuk memberi Turki waktu hingga awal Desember untuk mempertimbangkan kembali langkahnya di Mediterania timur sebelum mempertimbangkan sanksi ekonomi.

Evangelos D. Kokkinos, pakar geopolitik yang berbasis di Athena, berpendapat Turki mengeluarkan Navtexnya untuk memanfaatkan ketidakmampuan Eropa untuk menjatuhkan sanksi.

“Sebagian besar negara Eropa diharapkan untuk 'mengutuk' agresi Turki, tetapi sanksi tidak mungkin dilakukan. Jadi, Turki memperluas kegiatan penelitiannya di kawasan itu adalah contoh lain dari mengabaikan hukum internasional dan kedaulatan Yunani,” katanya kepada Arab News.

Baca Juga: Anggotanya Tetap Dilaporkan Meski Permintaan Maaf Telah Terucap, Mantan Pangkostrad Ketua Rombongan Moge Aniaya TNI di Bukit Tinggi: Persoalan Kecil Bisa Jadi Besar

Mengenai ketegangan regional apa yang mungkin dipicu, Kokkinos berpikir bahwa Turki telah menyebabkan masalah serius bagi sebagian besar tetangganya, tetapi karena Yunani dan Turki adalah negara anggota NATO, strategi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan adalah memprovokasi Athena untuk memulai konflik militer, agar NATO mendukung Turki.

“Inilah mengapa ketegangan akan tetap ada dalam apa yang tampak seperti Perang Dingin Mediterania,” katanya.

Menurut Seth J. Frantzman, direktur eksekutif Pusat Pelaporan dan Analisis Timur Tengah, "pembaruan Navtex yang provokatif adalah krisis terbaru yang didorong oleh Ankara."

“Turki sudah mengumumkan Navtex pada awal Oktober. Yunani dan negara-negara Eropa mengutuk penggunaan notifikasi navigasi ini,” katanya kepada Arab News.

Baca Juga: Pantas Jadi Rebutan Jutaan Orang Tiap Tahunnya, PNS Nyatanya Punya Tunjangan dari Negara yang Bisa Buat Hidup Tenang Sampai Akhir Hayat, Berikut Rinciannya

Frantzman berpikir bahwa Turki menggunakan Navtex sebagai cara untuk menantang Yunani di laut, yang merupakan penyalahgunaan konsep Navtex.

“Turki telah melakukannya berkali-kali dalam beberapa bulan terakhir, bergeser dari satu krisis ke krisis lainnya setiap saat. Sekarang Turki sedang bergerak dari menyerang Prancis dan Armenia menjadi menyerang Yunani,” katanya.

"Itu menjadi semakin memalukan oleh gempa bumi baru-baru ini di mana Yunani dan lainnya telah menawarkan bantuan kepada Turki dan tanggapan Ankara adalah provokasi dan ancaman angkatan laut,” tambah Frantzman.

Sengketa maritim meningkat pada Agustus ketika Turki pertama kali mengirim kapal Oruc Reisnya ke perairan yang diklaim oleh Yunani dan Siprus.

Baca Juga: Sampai Dijadikan Sosok Inspiratif dan Ditiru Anak Tirinya, Ternyata Begini Perlakuan Hangat Irwan Mussry ke Maia Estianty yang Bikin Jatuh Hati, Dul Jaelani: Gimana Enggak Klepek-klepek

Ankara kemudian menarik kapal pemborannya bulan lalu untuk memberikan lebih banyak ruang untuk diplomasi menjelang pertemuan puncak 2 Oktober di Uni Eropa, di mana Siprus dan Yunani menuntut sanksi keras terhadap Turki.

Bersikeras pada haknya di wilayah Mediterania yang kaya energi, Turki mengirim kapalnya lagi pada 12 Oktober, memicu reaksi dari komunitas internasional.

Hal ini memicu kekhawatiran tentang potensi konflik militer antara kedua tetangga yang memperdebatkan sejauh mana landas kontinen mereka dan klaim tentang sumber daya hidrokarbon regional.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Erdogan mencoba memulai peperangan di Mediterania Timur.

(*)