Berlagak Ngerasa Kerepotan Dibombardir Militer AS Suruhan Trump, Padahal China Justru Ambil Banyak Untung Terlebih Jika Trump Kembali Terpilih Presiden, Ternyata Ini Alasannya

Selasa, 03 November 2020 | 17:13
kompas.com

Donald Trump dan Joe Biden.

Gridhot.ID- Selama kepimpinan Donald Trump, hubungan AS dan China semakin memburuk dan terus memanas.

Trump berulang kali membuat China geram selama masa jabatan pertamanya sebagai Presiden Amerika Serikat ( AS).

Tetapi, bisa jadi Beijing ingin dia tetap menduduki kursi nomor satu Gedung Putih.

Baca Juga: Siap Lawan Jokowi, Buruh Resmi Ajukan Judicial Review UU Cipta Kerja ke MK, Pasal-pasal Ini Bakal Jadi Fokus Utama Penolakan

Di bawah panji "America First", Trump menggambarkan China sebagai ancaman terbesar bagi AS dan demokrasi global.

Dia melancarkan perang dagang besar-besaran yang merugikan China miliaran dollar, mengobok-obok perusahaan teknologi China, dan melimpahkan semua kesalahan tentang pandemi virus corona ke Beijing.

Akan tetapi sebagaimana diwartakan AFP pada Selasa (20/10/2020), kemenangan kedua Trump di pilpres AS bisa jadi keuntungan China yang ingin memperkuat statusnya sebagai negara adidaya dunia.

Baca Juga: Minta Dijaga Setelah Dihamili Pacarnya yang Tak Bertanggung Jawab, Mantan Istri Chef Juna Ternyata Bukan Wanita Sembarangan, Kerja di Rumah Sakit Kanker Terbaik Dunia dengan Jabatan Super Penting

Kepemimpinan China dapat memiliki "kesempatan untuk meningkatkan posisi globalnya sebagai juara globalisasi, multilateralisme, dan kerja sama internasional," kata Zhu Zhiqun profesor politik dan hubungan internasional Universitas Bucknell, AS, kepada AFP.

Trump menarik AS dari kesepakatan komersial Asia-Pasifik, perjanjian iklim, memberlakukan tarif miliaran untuk barang-barang China, dan menarik Amerika dari WHO saat pandemi virus corona.

Di mana Trump menarik AS mundur, di situlah Xi Jinping membawa China melangkah maju.

Xi mencitrakan negaranya sebagai raksasa perdagangan bebas dan memimpin perlawanan terhadap perubahan iklim, juga berjanji membagikan vaksin Covid-19 ke negara-negara berkembang.

"Masa jabatan kedua Trump bisa memberi China lebih banyak waktu untuk bangkit sebagai kekuatan besar di dunia," ujar Zhu.

Baca Juga: Bikin Dunia Ketar-ketir di Tengah Isu Perang Dunia Ketiga, China Tiba-tiba Suruh Semua Rakyatnya Timbun Persediaan Darurat, Ahli Militer Bongkar Fakta Sebenarnya

Senada dengan Zhu, Philippe Le Corre pakar China di Harvard Kennedy School AS sepakat berlanjutnya kebijakan America First dari Trump akan menguntungkan Beijing dalam jangka panjang.

"(Itu) sebagian memutus Washington dari para sekutu tradisionalnya," ungkapnya dan menyebut akan memberi China ruang untuk bermanuver.

"Anda bisa membuat Amerika jadi eksentrik dan dibenci dunia," tulis Hu Xijin pemimpin redaksi Global Times dalam sebuah twit peringatan yang ditujukan ke Trump.

Baca Juga: Baru Rasakan Ketenaran, Ade Londok Odading Ironman Dikabarkan Ditipu Manajernya Sendiri Hingga Uangnya Dibawa Lari Sampai Ibunya Gagal Umroh, Sang Komedian Angkat Bicara Bongkar Faktanya

"Anda membantu mempromosikan persatuan di China," lanjutnya.

Di media sosial China, Trump juga disindir sebagai "Jianguo" yang berarti "membantu membangun China".

Masalah Biden

Trump memang telah merugikan "Negeri Panda" di sektor ekonomi dan politik, seperti kata analis politik Hua Po yang berbasis di Beijing, "China sangat merugi dalam rencana perdagangan dan teknologinya."

Pada Januari AS dan China menandatangani gencatan senjata di perang dagang, yang mewajibkan Beijing tambah mengimpor produk Amerika senilai 200 miliar dollar AS selama 2 tahun, meliputi mobil, mesin, minyak, hingga produk pertanian.

Washington juga bersitegang dengan perusahaan-perusahaan teknologi China yang disebutnya mengancam keamanan nasional, seperti TikTok dan Huawei contohnya.

Baca Juga: Sebut Perang Dunia Ketiga Sudah Berlangsung Tanpa Kita Sadari, Pejabat AS Ungkap Satu Tujuan Besar yang Diincar Musuh: Kita Semua Umpan

Ketegangan juga meluas ke sektor pertahanan dan HAM, lewat persoalan Taiwan, Hong Kong, dan perlakuan terhadap minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.

Akan tetapi China mungkin bakal lebih terpojok kalau capres AS dari Partai Demokrat, Joe Biden, menang melawan Trump.

Beijing khawatir jika Biden memperbarui kebijakan AS di bidang HAM, lalu menekan China pada masalah Uighur, Tibet, dan kebebasan di Hong Kong.

Baca Juga: Meletusnya Perang Dunia Ketiga Semakin Nyata Terlihat, Rencana Xi Jinping Bangun Pertahanan Militer Masa Depan Jadi Pemicunya, Tentara China Kini Dipaksa Siapkan Mental untuk Berperang

"Biden kemungkinan akan lebih keras daripada Trump dalam masalah hak asasi manusia di Xinjiang dan Tibet," lanjut Zhu dari Universitas Bucknell.

Sementara itu di sektor teknologi dan perdagangan yang merupakan titik utama ketegangan AS-China, belum diketahui apa yang akan dilakukan Biden.

"Biden akan mewarisi tarif impor, dan saya ragu dia akan menaikkannya secara sepihak," kata Bonnie Glaser, Direktur Proyek Tenaga China di Pusat Kajian Strategis dan Internasional.

"Beijing mungkin harus memenuhi tuntutan AS lainnya jika ingin tarif impor dicabut."

Begitu pun di sektor teknologi, China harus berjuang keras untuk meyakinkan produk dari negara mereka aman.

Baca Juga: Ada yang Fokus Merekam, Orang-orang di Jalanan Diam Saja Lihat Wanita Meregang Nyawa Dipukuli Suaminya Pakai Kursi, Begini Keterangan Polisi

Washington memandang Huawei sebagai ancaman keamanan serius.

Perusahaan telekomunikasi itu saat ini adalah pemimpin global dalam internet 5G.

"Secara politis hampir tidak mungkin bagi Biden untuk mencabut kebijakan ini. Huawei sudah dimasukkan AS sebagai ancaman keamanan bahkan sebelum kepresidenan Trump," urai Fallon.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "China Bakal Untung kalau Trump Menang Pilpres AS Lagi, Ini Sebabnya..."

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com