Find Us On Social Media :

Aktivis Bongkar Borok Kim Jong Un di Tengah Wabah, Korea Utara Disebut Karantina Warganya yang Terinfeksi Corona dan Dibiarkan Kelaparan Sampai Mati, Para Pembelot Bongkar Faktanya

Kim Jong Un menangis

LSM Peters mengirim pasokan medis dan lainnya sampai ke Korea Utara, dia menggambarkan situasi Covid di negara itu sangatlah serius.

Adanya laporan abai terhadap korban Covid itu dianggap cocok dengan informasi yang diterima dari mereka yang selamat dari kamp-kamp penjara Korea Utara di mana para narapidana hanya 'diberi makan dalam jumlah yang sangat minimum'.

Seorang pendeta bernama David Lee yang bekerja sama dengan pembelot Korea Utara di Seoul mengatakan bahwa virus corona disebut sebagai 'penyakit hantu' sehingga dianggap tidak ada alat uji tepat untuk bisa melacak dan menghentikan penyebaran virus.

Baca Juga: Tenggelam dari Dunia Hiburan, Mantan Bintang Sinetron 'Inikah Rasanya' Ini Ternyata Hijrah ke Singapura, Kini Alih Profesi Jadi DJ di Negara Tetangga

Sementara aktivis HAM lain di Korea Selatan yang enggan menyebut nama mengatakan bahwa pihak berwenang telah banyak membakar jenazah korban Covid-19.

"Otoritas inspeksi pusat datang dari Pyongyang dan membakar semua mayat. Penduduk sangat cemas." Klaim mengejutkan itu muncul ketika Kim Jung Un menyatakan bahwa negaranya itu 'bebas virus corona' selama pidatonya di parade militer memperingati ulang tahun ke-75 Partai Pekerja Demokrat Korea.

Pemimpin Korea Utara itu menyalahkan sanksi internasional, topan, dan virus corona sehingga membuatnya tidak bisa memenuhi janji-janji kemajuan ekonomi bagi rakyat.

Baca Juga: Bikin Heboh Warga, Petani di Siborongborong Temukan Mortir Peninggalan Perang Dunia Kedua: Cangkul Saya Tersangkut Besi Menyerupai Kayu

Dia mengatakan dia bersyukur tidak ada satu pun warga Korea Utara yang dinyatakan positif mengidap penyakit itu, sebuah pernyataan yang sebelumnya selalu dipertanyakan oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Sadis, Korea Utara dilaporkan tangani pasien Covid-19 secara kejam.

(*)