Pernah Ditangkap Saat Akan Bergabung dengan ISIS, Tersangka Penembakan Massal di Wina Ternyata Pernah Sukses Kibuli Pejabat dalam Persidangan, Ini Pengakuannya yang Buatnya Dinilai Tak Mampu Lakukan Serangan

Kamis, 05 November 2020 | 19:13
tribunnews.com

Kujtim Fejzulai, tersangka aksi penembakan di Wina, Austria.

GridHot.ID - Senin (2/11/2020) malam lalu, masyarakat Kota Wina, Austria dikejutkan dengan aksi serangan.

Serangan berupa aksi penembakan itu dilapokan terjadi di 6 lokasi berbeda di Wina, Austria.

Identitas salah satu tersangka dalam aksi penembakan brutal tersebut terbongkar.

Baca Juga: Tanpa Pikir Panjang Jadikan Tubuhnya Sebagai Tameng untuk Lindungi Prajurit TNI dari Keroyokan Anggota Klub Moge, Inilah Sosok Brigadir Muhammad Hafiz Besari, Polantas Pemberani yang Berhasil Amankan Situasi

Dilansir dari dailymail.co.uk pada Rabu (4/11/2020), tersangka bernama Kujtim Fejzulai dan dia menembak 4 orang.

Dan setelah kejadian penembakan itu, Fejzulai ditembak mati.

Siapakah Kujtim Fejzulai?

Kujtim Fejzulai adalah seorang pemuda berusia 20 tahun dan punya sejarah kelam sebelumnya.

Baca Juga: Niat Tembak Kepala Aiptu Robin, Pelaku Penembak Polisi di Medan Ternyata Mantan Anggota Brimob, Dipecat Tak Hormat karena Melawan Komandannya Sendiri

Di mana Fejzulai diklaim berhasil menipu para pejabat dalam persidangan.

Pada April 2019, Fejzulai dipenjara karena dia ingin melakukan perjalanan ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Saat itu, dia merasa telah mendapatkan cukup uang melalui pekerjaan musim panasnya pada tahun 2018 untuk membeli tiket pesawat ke Kabul, tempat dia telah mengatur untuk bertemu kontak ISIS.

Baru setelah membeli tiket, Fejzulai menyadari bahwa dia membutuhkan visa untuk bepergian ke Afghanistan.

Baca Juga: Ogah Disalahkan Meski Militernya Jelas-jelas Tembak Mati Pejabat Korsel, Korut: Ini Akibat Pihak Selatan Gagal Lakukan Kontrol yang Tepat Atas Warganya

Pada 1 September 2019, Fejzulai tiba di Suriah sendirian.

"Dia menghabiskan dua hari di 'lubang tikus," kata Rudolf Mayer, pengacara pembelanya di pengadilan, dengan 'tanpa pancuran, tidak ada toilet, dan tidak ada air mengalir'.

Dia kemudian ditangkap oleh polisi setelah dua hari dan ditahan di Turki selama empat bulan sebelum diekstradisi kembali ke Austria, tempat di mana dia akan diadili.

Dalam persidangan, Fejzulai mengatakan telah disesatkan oleh 'masjid yang salah' pada tahun 2016.

Baca Juga: Terlibat Duel, Eks Personel Brimob Tembak Anggota Polisi di Tempat Pencucian Mobil, Saksi Mata: Ada Tiga Kali Suara Letusan

Walau begitu, dia tidak merasa dirugikan untuk mulai belajar Islam saat tumbuh dewasa.

Ditanya mengapa dia mencoba bergabung dengan ISIS, Fejzulai itu mengatakan kepada hakim.

"Saya ingin pergi dari rumah. Saya mengharapkan kehidupan yang lebih baik," ucap Fejzulai.

"Saya ingin memiliki apartemen saya sendiri dan penghasilan saya sendiri."

Baca Juga: Simpan Senjata Rakitan Sampai Uang Rp 69 Juta di Markasnya, KKB Rubinus Tigau Papua Berhasil Dimusnahkan TNI Polri Sekali Tugas, Pagi-Pagi Buta Adu Tembak di Kampung Warga, Begini Kronologinya

Rudolf Mayer mengatakan kepada pengadilan bahwa Fejzulai telah mencela cita-cita ISIS-nya setelah penangkapannya.

"Bagaimana saya bisa mengubah ideologi seorang pelaku bom bunuh diri? Tidak dengan denda yang tinggi. Anda harus berubah pikiran," ungkap Rudolf Mayer.

Pernyataan Fejzulai dan pengacaranya membuat dia dijatuhi hukuman dikurangi 22 bulan dan mendapat pembebasan lebih awal dari penjara pada Desember 2019 di bawah undang-undang remaja.

Baca Juga: Dua Peluru Bersarang di Perutnya, Polisi Berpangkat Aiptu Jadi Sasaran Tembak Usai Senjata Miliknya Dirampas OTK, Begini Kronologinya

Pengadilan saat itu menilai Fejzulai tidak mampu melakukan serangan, menurut sebuah laporan.

Dan kini tentu semua pernyataan mengenai Fejzulai bisa dianggap salah.

Karenanya pemuda yang lahir dan besar di Wina itu merupakan salah satu dari 90 radikal Islam Austria yang dikenal intelijen.

Karena mereka ingin melakukan perjalanan ke Suriah, seorang editor surat kabar nasional mentweet pagi ini.

Dia memiliki darah Albania dan orangtuanya berasal dari Makedonia Utara,.

Baca Juga: Markas Persembunyiannya Digerebek, 1 Anggota KKB Papua Tewas di Tangan Tim Gabungan TNI-Polri, 2 Orang Berhasil Diamankan

Polisi mengira dia tidak mampu merencanakan serangan di Wina, Klenk menambahkan.

Tapi dia tetap menembaki puluhan orang di pusat kota Wina yang membuat 4 orang tewas dan 17 lainnya luka-luka pada pukul 8 malam waktu setempat.

Berbekal senapan otomatis, pistol, dan parang, Fejzulai 'dinetralkan' pada pukul 8.09 malam setelah merampok di jalan-jalan dengan mengenakan sabuk bahan peledak palsu.

Baca Juga: Disebut Kapolda Riau Pengkhianat Bangsa, Inilah Sosok Kompol Imam Ziadi, Oknum Polisi yang NyambI Jadi Kurir Sabu 16 Kg

Sebelum kejadian, kepolisian Wina mengungkapkan bahwa Fejzulai sempat mengunggah foto di akun Instagram-nya sebelum serangan.

Dari foto itu, dia menunjukkan dua senjata yang tampaknya digunakannya.

"Tersangka dilengkapi dengan rompi peledak palsu dan dan senapan otomatis, pistol dan parang untuk melakukan serangan mengerikan terhadap warga yang tidak bersalah," kata wakil dari kepolisian Wina.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judulPengadilan Kena Tipu, Tersangka Penembakan Massal di Wina Pernah Disidang Karena Ingin Bergabung dengan ISIS, Mengaku 'Menghadiri Masjid yang Salah' dan Membuatnya Tersesat(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Intisari