Euforia Kemerdekaan Negaranya Cuma Sesaat, Referendum Timor Leste Sempat Hampir Dibubarkan Rakyatnya Sendiri karena Masalah Pangan: Lebih Baik Mati di Tempat Lain...

Sabtu, 07 November 2020 | 15:13
Pemerintah Timor Leste

Jajaran petinggi di pemerintahan Timor Leste

Gridhot.ID - Timor Leste sudah rasakan asam garam luar biasa selama masa merdekanya.

Sudah delapan belas tahun berlalu sejak Timor Leste memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sejak referendum PBB tahun 2002, Bumi Lorosae memutuskan untuk melepaskan diri dari NKRI dan menjadi negara merdeka.

Baca Juga: Terawang Kehidupan Nikita Willy Pasca Menikah, Mbak You Sebut Istri Indra Priawan Bakal Hengkang dari Dunia Hiburan: Bisa Tunduk dan Jadi Wanita Seutuhnya

Delapan belas tahun berlalu sebagai negara merdeka, rupanya Timor Leste sempat mengalami jatuh bangun dalam kondisi perekonomiannya.

Tahun 2002, Timor Leste secara resmi dinyatakan merdeka setelah referendum menyatakan banyak rakyat Timor Leste yang memilih melepaskan diri.

Namun tak berselang lama sejak saat itu, sebuah krisis hebat melanda bumi lorosae di mana rakyatnya marah dan ngamuk pada pemerintah.

Baca Juga: Terawang Kehidupan Nikita Willy Pasca Menikah, Mbak You Sebut Istri Indra Priawan Bakal Hengkang dari Dunia Hiburan: Bisa Tunduk dan Jadi Wanita Seutuhnya

Menukil Reliefweb, antara tahun 2006-2007, penduduk Timor Leste terlibat bentrokan dengn polisi dan pasukan militer bersenjata Timor Leste.

Pada saat itu situasi politik di ibu kota Dili sangat mencekam, Februari 2007, gelombang kemarahan publik terjadi secara besar-besaran.

Penduduk sipil marah besar pada pemerintah Timor Leste hingga melakukan aksi perlawanan terhadap pemerintah.

Semuanya semakin buruk, ketika Perdana Menteri Xanana Gusmao memerintahkan untuk menangkap Alfredo Reinano.

Krisis tersebut terjadi pada pertengahan 2006 hingga 2007, semua berawal dari perkara yang cukup sepele, yaitu masalah pangan.

Baca Juga: Bongkar Kehidupan Seksnya, Nassar Ngaku Pernah Berhubungan Intim dengan Wanita 78 Tahun, Eks Suami Muzdalifah: Nggak Tau Dia Nikmat Apa Nggak, Aku Sih Oke Aja

Pemeritah Timor Leste, dipandang gagal menyediakan beras bagi rakyat Timor Leste, sehingga memicu gelombang kekerasan.

Penduduk Dili yang marah berusaha menjarah 700 ton beras di gundang di ibu kota Dili.

Penangkapan Alfredo Reinado ditambah kekurangan beras, memicu babak baru kekerasan di Dili.

Baca Juga: Rogoh Kocek Hingga Rp 30 Juta untuk Sulap Rumah Gedongnya Jadi Warung Makan, Muzdalifah Auto Ngirit: Kita Nggak Perlu Keluar Biaya Sewa Ruko

Penduduk Dili dan anggota partai oposisi menuduh pemerintah menahan beras dari pasar.

Dengan rencana menggunakan distribusi beras sebagai alat untuk mengamankan kemenangan Fretilin dalam pemilihan mendatang.

Mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri, yang diturunkan jabatannya pada Juni 2006, menyatakan bahwa krisis beras adalah konspirasi yang dimaksudkan untuk melumpuhkan pemerintah yang didominasi Fretilin.

Anggota komunitas bisnis menyalahkan krisis pada kekurangan di pasar internasional.

Mereka menjelaskan bahwa Timor Leste adalah prioritas rendah bagi pemasok beras regional yang Memilih untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar baik dari Indonesia dan Filipina, di mana harga telah melonjak selama dua tahun terakhir.

Baca Juga: Janji Setia Nora Alexandra Usai Jerinx SID Dituntut 3 Tahun Penjara: Aku Tidak Akan Pergi, Hanya Kematian yang Bisa Memisahkan

Timor tidak asing dengan kerawanan pangan. Periode menjelang dimulainya musim hujan dikenal sebagai "musim lapar".

Dalam menghadapi hal ini, orang Timor mengandalkan kombinasi beras, jagung, umbi-umbian.

Pada saat itu, pemerintah memperkirakan Timor Lorosa'e membutuhkan 83.000 metrik ton beras per tahun.

Baca Juga: Bikin Gempar, Kembali Beredar Video Syur Disebut-sebut Mirip Gisella Anastasia, Nama Mantan Istri Gading Marten Jadi Trending

Berdasarkan perhitungan hanya 90 kilogram per kapita, dibandingkan dengan angka antara 133 hingga 149 kilogram per kapita yang digunakan di Indonesia.

Dari 83.000 metrik ton yang dibutuhkan, Kementerian Pertanian menghitung produksi dalam negeri hanya 40.000 metrik ton.

Angka ini sebenarnya mungkin dilebih-lebihkan. Pada awal 1990-an produksi beras di Timor Leste melampaui 55.000 metrik ton selama empat tahun berturut-turut, tetapi kemudian turun menjadi rata-rata 41.000 metrik ton per tahun.

Namun, sejak 1999, kombinasi faktor-faktor kegagalan memelihara sistem irigasi, migrasi dari daerah pedesaan ke perkotaan.

Biaya yang tinggi untuk input, dan upah yang lebih tinggi menunjukkan bahwa perkiraan saat ini sebesar 40.000 metrik ton per tahun tidak realistis.

Baca Juga: Usianya Baru 5 Tahun, Thalia Onsu Ternyata Sempat Stress hingga Harus Dipanggilkan Psikolog, Sarwendah: Dia Tiba-tiba nangis Sendiri

Sementara itu, yang mengejutkan pengakuan rakyat Timor Leste adalah, stok beras di negaranya sudah kosong selama dua minggu, hingga memicu kekerasan di Dili.

Tanpa keterbukaan yang lebih besar dari para pejabat, tidak mungkin untuk memastikan mengapa Timor Leste mengalami krisis yang parah.

Yang jelas, kekurangan beras bukanlah konspirasi yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan pemerintah atau rencana pemerintah untuk memenangkan pemilu 2007.

Baca Juga: Tahu Diri, Nia Ramadhani Sempat Tak Ma Minta Bantuan Suami Ketika Ayahnya Sakit Keras: Keluarga Ardi Kan Perusahaannya Banyak, Keluarga Gue...

Sebaliknya, semua indikasi adalah bahwa program ketahanan pangan Kementerian Pembangunan telah melibatkan kurangnya transparansi (jika bukan korupsi langsung).

Bahwa negara tidak memiliki kapasitas untuk menyalurkan beras kepada penduduk secara adil dan efisien, dan bahwa dengan mengambil beras.

Di Dili tangisan anak-anak yang kelaparan menyulut amarah, bahkan keputusasaan.

Saat kerumunan pria berkumpul di dekat National Logistics Centre, tentara Australia yang membawa senjata otomatis mendekati seorang pemuda yang tinggal di dekat situ untuk mencari informasi.

Baca Juga: Mau Fokus Rawat Anak, Teddy Serahkan Urusan Berkas Harta Gono-gini yang Diambil Putri Delina ke Pengacara: Yang Jelas Sekarang...

Ketika ditanya tentang situasinya, ayah muda tiga anak ini menjelaskan, "Seseorang mungkin pernah menjadi pahlawan selama perjuangan kemerdekaan, tetapi hari ini dia bisa menjadi pengkhianat."

Sambil menangis, dia berkata bahwa jika dia bisa meninggalkan Timor Leste akan lebih baik mati di tempat lain daripada hidup seperti ini di negaranya sendiri.

Artikel ini telah tayang di Sosok.ID dengan judul "Perkara Pangan Perjuangan Merdeka dari NKRI Nyaris Jadi Percuma, Timor Leste Hampir Bubar Diamuk Rakyat, Dianggap Gagal Sejahterakan Negara."

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Sosok.id