Mengejutkan! Autopsi Jenazah Pasien Covid-19, Peneliti Dibuat Syok dengan Kondisi Jasad yang Dibongkar Lagi, Ada Apa?

Selasa, 24 November 2020 | 15:13
unsplash.com

Virus Corona

GridHot.ID - Virus corona hingga kini masih menjadi momok di dunia kesehatan.

Bahkan kini virus ini telah menjadi wabah mematikan yang menyerang hampir seluruh dunia.

Disebutkan bahwa wabah ini dianggap mirip dengan SARS dan MERS menurut peneliti China dalam studi terbarunya, yang hingga kini masih terus diteliti.

Baca Juga: Tak Hanya Infeksi Corona, Sri Mulyani Bongkar Alasan Sebenarnya Jokowi Minta Libur Akhir Tahun Dikurangi, Ekonomi Negara Bisa Terancam Jika Nekat Minta Liburan

Menurut peneliti China, mereka telah melakukan otopsi untuk mengetahui bagian dalam tubuh korban yang meninggal akibat virus corona.

Hasilnya pun mengejutkan, ilmuwan temukan hal-hal yang selama ini belum pernah kita ketahui.

Laporan yang diterbitkan oleh jurnal media Inggris, The Lancet ini berdasarkan otopsi yang dilakukan para ahli dari Pusat Medis Kelima Rumah Sakit Umum, Tentara Pembebasan Rakyat di Beijing.

Baca Juga: Wabah Corona Malah Bikin Mereka Makin Kaya, Berikut Daftar 5 Orang Paling Tajir di Dunia, Konglomeratnya Para Konglomerat Sampai Punya Kekayaan Rp 1.420 Triliun

Mereka memperoleh sampel biopsi dan otopsi, dari seorang pria berusia 50 tahun yang meninggal akhir Januari lalu akibat virus corona.

Hasilnya ilmuwan temukan situasi yang mirip dengan wabah SARS, penyakit yang pernah menyerang China Selatan tahun 2002-2003.

Pada saat itu SARS menewaskan lebih dari 800 orang dan lebih dari dua lusin negara saat itu juga merasakan dampak dari wabah tersebut.

Sementara itu wabah MERS mewabah tahun 2012, pertama kali diidentifikasi di Arab Saudi menyebabkan 860 kematian secara global.

Pria yang diotopsi di Beijing itu memiliki gejala awal pada 14 Januari kemudian meninggal dua mingggu kemudian.

Baca Juga: Hampir Setahun Berjalan, Wabah Covid-19 di Indonesia Kian Hari Makin Kompleks, Pasien Positif Corona di Indonesia Alami Gejala Baru yang Sangat Aneh

Setelah itu dia mendonasikan tubuhnya untuk bahan penelitian jika dirinya meninggal, namun akhirnya dia benar-benar tewas.

Kemudian setelah ilmuwan melakukan penelitian dengan otopsi temukan pada alveoli di kedua paru-parunya mengalami kerusakan.

Juga ditemukan cedera pada hatinya yang kemungkinan disebabkan oleh virus corona.

Baca Juga: Nyolong Start, Jerman Kini di Atas Langit Setelah Siapkan Program Vaksinasi untuk Desember 2020, Menkes: Kita Bisa Mulai Sekarang Juga!

Ada kerusakan yang kurang substansial pada jaringan jantung, menunjukkan bahwa infeksi "mungkin tidak secara langsung merusak jantung."

Peneliti mengatakan, bahwa pengobatan antiinflamasi yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak boleh secara rutin digunakan di luar uji klinis.

Wa Fu-sheng dan Zhao Jingmin dua rekan penulis itu tidak mampu menghadapi kometar lebih lanjut.

Tapi mereka mencatat dalam penelitian ini bahwa tidak ada patologi yang ditemukan, sebelum kasus virus corona.

Wabah ini telah menyebabkan sekitar 74.000 orang terinfeksi dan lebih dari 2.000 orang meninggal, sementara yang disembuhkan sekitar 16.000 orang.

Baca Juga: 2 Vaksin Corona Ini Jadi Harapan Baru Akhiri Pandemi, Ahli Ingatkan Keputusan Penerima Utamanya Harus Dikeluarkan secara Transparan, Berikut Kelompok yang Diprioritaskan dalam Vaksinasi Covid-19

Lebih dari 25 negara telah melaporkan infeksi virus corona, dan memicu kekhawatiran bahwa wabah tersebut oleh WHO digolongkan sebagai darurat global.

Sebuah studi terpisah yang diterbitkan dalam The Lancet oleh para spesialis dari University of Edinburgh pada 7 Februari berpendapat bahwa, tentang penggunaan kortikosteroid.

Suatu kelas hormon steroid banyak digunakan selama wabah SARS dan MERS dan telah dicoba pada pasien virus corona baru.

Studi pengamatan menyarankan penggunaannya untuk mengurangi peradangan dapat menyebabkan komplikasi termasuk diabetes, kematian jaringan tulang dan penundaan pengangkatan virus.

Lima ilmuwan China yang dipimpin oleh Lianhan Shang dari Universitas Pengobatan China Beijing, menerbitkan tanggapan terhadap penelitian yang mendorong penggunaaan kortikosteroid dalam kasus tertentu.

Baca Juga: Sudah Dipatok Harga dan Siap Dipasarkan, Moderna Selangkah Lebih Maju dari Calon-calon Pembuat Vaksin Corona Lainnya, Siap Rogoh Kocek Rp 350 Sampai Rp 500 Ribu untuk Membelinya

Tanggapan ini mengakui risiko penggunaan kortiskosteroid dosis tinggi pada pasien virus corona, termasuk potensi infeksi lainnya.

Tapi mungkin dibenarkan untuk pasien yang sakit kritis dengan peradangan yang signifikansinya terletak di paru-paru mereka. (Intisari)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judulFakta Baru Covid-19, Peneliti Syok Temukan Kondisi Jenazah Positif Corona yang Dibongkar Lagi(*)

Tag

Editor : Dewi Lusmawati

Sumber Tribunjateng.com