Find Us On Social Media :

Militernya Padahal Lagi Anteng-antengnya, China Ternyata Sedang Perang dengan Korea Selatan, Bukan Gara-gara Rudal Maupun Bom Nuklir, Ternyata Sumber Masalahnya Makanan Ini

Kimchi, salah satu makanan yang mengandung bakteri baik.

Gridhot.ID - China memang sedang anteng beberapa hari terakhir.

Meski nampak tenang, ternyata China sedang berperang dengan Korea Selatan.

Hal ini disebabkan oleh makanan Kimchi yang kini membuat hubungan keduanya benar-benar memanas.

Upaya China untuk memenangkan sertifikasi internasional untuk Pao Cai, hidangan sayur acar dari Sichuan, berubah menjadi pertikaian media sosial antara warga China dan Korea Selatan. Pertikaian tersebut terkait dengan asal usul Kimchi, masakan pokok Korea Selatan yang terbuat dari kubis.

Baca Juga: Tanda Kekerasan Tak Tampak di Tubuhnya, Misteri Jasad dalam Koper di Mekkah Mulai Temui Titik Terang, Kemlu Benarkan Identitas Jenazah: Seorang WNI

Melansir Reuters, Beijing baru-baru ini memenangkan sertifikasi dari Organisasi Internasional untuk Standardisasi (ISO) untuk Pao Cai, sebuah pencapaian yang dilaporkan oleh Global Times sebagai "standar internasional untuk industri Kimchi yang dipimpin oleh China."

Media Korea Selatan dengan cepat membantah klaim seperti itu dan menuduh tetangganya mencoba menjadikan Kimchi sejenis Pao Cai buatan China.

Episode tersebut memicu kemarahan di media sosial Korea Selatan.

"Benar-benar omong kosong, sungguh pencuri yang mencuri budaya kita!" seorang netizen Korea Selatan menulis di Naver.com, portal web yang sangat populer.

Baca Juga: Kupingnya Panas Dengar Selentingan Warga Soal Sang Anak, Ibu Jennifer Dunn Tak Tanggung-tanggung Pasang Badan Bela Putrinya, Tetangga: Disamperin ke Rumah!

“Saya membaca berita media bahwa China sekarang mengatakan Kimchi adalah milik mereka, dan bahwa mereka membuat standar internasional untuk itu, Itu tidak masuk akal. Saya khawatir mereka akan mencuri Hanbok dan konten budaya lainnya, bukan hanya Kimchi,” kata Kim Seol-ha, 28 tahun di Seoul.

Beberapa media Korea Selatan bahkan menggambarkan episode tersebut sebagai "upaya China untuk mendominasi dunia," sementara beberapa komentar media sosial menandai kekhawatiran bahwa Beijing melakukan "pemaksaan ekonomi."