Tanpa Adanya Tempat Bagai Neraka Ini, Pasukan Kopassus Tak Akan Bisa Jadi yang Paling Ditakuti di Dunia, Berlokasi di Cilacap, Siksaan Ini Jadi Santapan Para Prajurit Sebelum Lolos

Rabu, 02 Desember 2020 | 20:13
via TNI

Kopassus punya tempat pelatihan yang mengerikan.

Gridhot.ID - Kopassus memang jadi salah satu pasukan yang paling ditakuti di dunia.

Kemampuannya yang di luar manusia biasa membuat mereka sangat tangguh di semua medan.

Untuk mendapat baret merah Komando Pasukan Khusus, harus melalui seleksi yang sangat berat.

Wajar bila orang-orang yang lolos merupakan pasukan elite TNI AD.

Kopassus sudah kenyang asam garam di berbagai operasi militer, kemampuannya juga telah diakui dunia.

Berbagai misi dan pertempuran, mulai Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, pemberantasan PRRI/Permesta hingga pembebasan sandera pesawat Garuda Woyla di Thailand sukses dilaksanakan.

Tak sembarangan tentara yang bisa bergabung dengan korps baret merah. Mereka harus sosok pilihan yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata.

Para prajurit Kopassus kerap mendapat penugasan sulit di berbagai daerah.

Ini setelah para prajurit dinyatakan lulus melewati werving atau rangkaian tes kesehatan, fisik, akademi dan psikologi.

Dalam penugasan para prajurit mesti menghadapi ganasnya kondisi alam, bahkan anggota juga mengalami kejadian di luar nalar.

Baca Juga: Akui Kalah Tajir dari Aburizal Bakrie, Nia Ramadhani Harus Putar Otak untuk Beri Kado Ulang Tahun untuk Ayah Mertua: Yang Nggak Bisa Dibeli Pakai Uang...

Seperti dikisahkan satu di antara anggota Kopassus yang bertugas di Papua.

Dilansir dari buku Kopassus untuk Indonesia, karangan Iwan Santosa dan EA Natanegara, satu diantara prajurit Kopassus mengalami pengalaman mistis yang tak lazim.

Saat itu, sang prajurit ditempatkan sebagai komandan pos TNI di Timika.

Satu di antara pos yang waktu itu sangat rawan karena keberadaan pentolan Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik dan Thadeus Yogi.

Pasukan tersebut lalu diperintahkan untuk menggerebek markas OPM yang berjarak enam hari jalan kaki dari pos TNI di Timika.

Tim berangkat ke lokasi pada bulan Oktober yang juga bertepatan dengan musim penghujan.

Saat hari kelima, mereka bertemu sungai dengan arus yang sangat deras.

Mereka pun memutuskan untuk menyeberang dengan menggunakan tali.

Saat menyeberang tersebut ada prajurit yang berpangkat kopral masuk ke pusaran air dan hanyut.

Melihat hal ini sang komandan lalu menyelam untuk menolongnya.

Baca Juga: Terlalu Sultan, Pria Ini Santai Banting Game Konsol PS5 Keluaran Terbaru Seharga Rp 8 Juta, Netizen Auto Geram Lihat Aksi Gilanya: Buang Duit 500 Dollar untuk 29 Like, Sungguh Menyedihkan Hidupmu

Sampai suatu titik, sungai itu hilang dan menjadi air terjun.

Sang komandan kemudian menepi di tengah hutan Papua yang berada di ketinggian 4.000 meter di atas permukaan laut.

Lima orang sudah menyeberang, tiga belum menyeberang dan sang komandan hanyut bersama dengan si Kopral.

Karena terus berusaha mencari prajuritnya yang hilang sang komandan tersesat di dalam hutan belantara papua yang masih rapat.

Dia pun berusaha mencari arah untuk kembali ke Timika dengan harapan melaporkan anak buahnya yang hilang kepada atasan untuk selanjutnya mencari kembali.

Tiba hari keenam, lokasi yang dicari tak juga ditemukan.

Prajurit ini sudah berada di ambang sadar.

Semua perlengkapan, termasuk sepatunya hanyut dibawa arus sungai yang deras.

Dan di hari keenam itulah, prajurit Kopassus ini mengalami pengalaman yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat.

Ia mengaku melihat alam lain, antara sadar dan tidak, prajurit tersebut merasa masih terus berjalan.

Baca Juga: Orang Tuanya Artis Tajir Melintir, Aurel Hermansyah Tak Malu Pakai Makeup Harga Rp 8 Ribuan Sampai Bikin Nagita Slavina Kaget, Netizen: Dua Wanita Sederhana tapi Berkelas

Di hari kesebelas, dia berhasil menyeberangi sungai yang lebarnya 200 meter sebelum akhirnya tiba di Timika.

Saat itu, kondisi tubuhnya hanya tinggal tulang berbalut kulit, mata yang terus berputar liar dan telapak kaki yang bengkak akibat tertancap potongan kayu.

Yang membuat merinding, ternyata dalam mata prajurit tersebut selama tersesat di hutan, Ia merasa dirinya diikuti oleh tiga sosok tak terlihat.

Menurut penuturannya, tiga sosok tak terihat itu saat matahari sudah terbenam, satu memijati kaki, satu memijati pundak dan satu lagi berbagi rokok dengan prajurit tersebut.

Meski dalam kondisi yang memprihatinkan dokter yang memeriksa menyatakan prajurit tersebut bebas dari penyakit malaria dan cacing tambang.

Pertanyaan ini kerap terlontar, namun tidak terjawab.

Anggota Kopassus dianggap memiliki kemampuan khusus. Seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian dan antiteror.

Menjadi anggota Kopassus merupakan kebanggaan bagi setiap pasukan TNI AD. Pasalnya, untuk menjadi prajurit Kopassus bukan hal mudah.

Pasukan baret merah ini digadang-gadang sebagai satu pasukan yang terbaik di dunia.

Setidaknya, calon anggota Kopassus harus bisa lari 2,4 kilometer dengan waktu 12 menit, 40 kali push up dalam semenit, tidak takut ketinggian dan lainnya.

Baca Juga: Teka-teki Hasil Swab Habib Rizieq Bikin Penasaran, Beredar Surat Keterangan Tes Usap Sang Pemimpin FPI, MER-C Buka Suara

Bagaimana proses perekrutannya?

Untuk mendapatkan baret merah dan brevet komando kebanggaan korps tersebut, prajurit harus melewati pelatihan khusus yang nyaris melewati kemampuan batas manusia.

Tahap pertama, Tahap Basis.

Yaitu pemusatan pelatihan di Pusat Pendidikan Pelatihan Khusus, Batujajar, Bandung.

Di sini, calon prajurit komando dilatih keterampilan dasar. Seperti menembak, teknik dan taktik tempur, operasi raid, perebutan cepat, serangan unit komando, navigasi darat dan berbagai keterampilan lain.

Tahap kedua, Tahap Hutan Gunung.

Diadakan di Citatah, Bandung.

Di sini, para calon prajurit komando berlatih untuk menjadi pendaki serbu, penjejakan, anti penjejakan, survival di tengah hutan.

Dalam Pelatihan Survival, calon Prajurit komando harus bisa hidup di hutan dengan makanan alami yang tersedia di hutan.

Dengan latihan ini Prajurit Komando harus bisa membedakan tumbuhan yang beracun dan dapat dimakan, dan juga mampu berburu binatang liar untuk mempertahankan hidup.

Baca Juga: Didapuk Jadi Presiden Sementara, Benny Wenda Deklarasikan Kemerdekaan Papua Barat: Mulai 1 Desember 2020, Kami Menerapkan Konstitusi Kami Sendiri

Tahap latihan hutan gunung diakhiri dengan long march dari Situ Lembang ke Cilacap dengan membawa amunisi, tambang peluncur, senjata dan perlengkapan perorangan.

Dalam buku yang berjudul Pramono Edhie Wibowo dan Cetak Biru Indonesia ke Depan, yang diterbitkan QailQita Publishing, 2014, mantan Kepala Staf TNI AD Jenderal (Purn) Pramono Edhie Wibowo membeberkan pengalamannya saat mengikuti latihan Kopassus.

"Neraka" di Cilacap

Tahap Ketiga, Tahap Rawa Laut.

Latihan terberat sudah menanti saat sampai di Cilacap. Ini merupakan latihan tahap ketiga yang disebut latihan Tahap Rawa Laut.

Calon prajurit komando berinfliltrasi melalui rawa laut.

Di sini, materi Latihan meliputi navigasi Laut, Survival laut, Pelolosan, Renang ponco dan pendaratan menggunakan perahu karet.

Para calon prajurit komando harus mampu berenang melintasi selat dari Cilacap ke Nusakambangan.

“Latihan di Nusakambangan merupakan latihan tahap akhir, oleh karena itu ada yang menyebutnya sebagai hell week atau minggu neraka. Yang paling berat, materi latihan ‘pelolosan’ dan ‘kamp tawanan’,” kata Pramono.

Dalam latihan itu para calon prajurit komando dilepas pagi hari tanpa bekal, dan paling lambat pukul 10 malam sudah harus sampai di suatu titik tertentu.

Baca Juga: Sudah Mantap Hubungannya dengan Adit Jayusman, Ayu Ting Ting Blak-blakan Lakukan Hal Ini pada Pria yang Ajak Kenalan Lewat DM, Sang Pedangdut: Bukannya Sombong

Selama “pelolosan” si calon harus menghindari segala macam rintangan alam maupun tembakan dari musuh yang mengejar.

Dalam pelolosan itu, kalau siswa sampai tertangkap maka itu berarti neraka baginya karena dia akan diinterogasi layaknya dalam perang.

Para pelatih yang berperan sebagai musuh akan menyiksa prajurit malang itu untuk mendapatkan informasi.

Dalam kondisi seperti itu, si prajurit harus mampu mengatasi penderitaan, tidak boleh membocorkan informasi yang dimilikinya.

Untuk siswa yang tidak tertangkap bukan berarti mereka lolos dari neraka.

Pada akhirnya, mereka pun harus kembali ke kamp untuk menjalani siksaan.

Selama tiga hari siswa menjalani latihan di kamp tawanan. dalam kamp tawanan ini semua siswa akan menjalani siksaan fisik yang nyaris mendekati daya tahan manusia.

“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.

Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.

Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.

Baca Juga: Calon Pengantin Wanita di Sulawesi Utara Tewas Sehari Menjelang Akad Nikah, Sang Ayah Curiga Calon Mantu Jadi Dalang di Balik Kematian Anak Perempuannya

Begitu juga kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2000 meter.

“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus ini.

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Berlokasi di Cilacap, Inilah Tempat yang Dijuluki Neraka Bagi Kopassus, Tetapi Mereka yang Keluar dari Neraka Ini Menyandang Gelar Pasukan Elit TNI AD.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari