Find Us On Social Media :

Senjata Makan Tuan, Gayanya Berikan Pukulan Sanksi Ekonomi ke Australia Soal Impor Batu Bara, Pemerintah China Justru Buat Rakyatnya Sendiri Menderita

Pembangkit listrik tenaga panas menggunakan batu bara di China.

Gridhot.ID - China baru-baru ini kembali membuat ulah dengan Australia.

Kedua hubungan negara ini kembali memanas karena saling memberikan sanksi perekonomian.

Namun demikian, konflik perekonomian kedua negara ini justru membuat sengsara rakyat mereka sendiri.

Baca Juga: Didesak Gilang Dirga untuk Komentari Lagu Rizky Billar, Ahmad Dhani: Ya Pantes Kalau Enggak Laku

Menurut 24h.com.vn, pada Jumat (18/12/20), jutaan orang China dipastikan hidup tanpa listrik, akibat kebijakan pemerintahnya sendiri.

Semua bermula dari kisrus China dengan Australia, yang berujung pada larangan impor batu bara dari Australia.

Australia adalah negara yang memenuhi batu bara suhu tinggi 57% yang diimpor ke China sejak 2019.

Baca Juga: Rahasianya Terlanjur Dibongkar Hotman Paris, Gisel Diramal Bakal Temui Kekecewaan Gara-gara Kasus Video Syur: Dia Terpuruk

Batu bara ini kemudian digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga panas yang menghasilkan listrik.

Namun, dengan berlakunya sanksi ini, menyebabkan rakyatnya sendiri menjadi korban dari pemerintah China.

Akibatnya, 80 kapal kargo batu bara senilai hingga 1,1 miliar dollar AS (Rp15 T) tidak dapat berlabuh di China.

Harga batu bara di China turun menjadi sekitar 500 yuan bulan lalu, tetapi telah meningkat lebih dari 50%, menjadi 760 yuan pada 16 Desember.

Akibatnya, jutaan penduduk China mengalami kekurangan listrik, menurut SCMP.

Baca Juga: Tania Ayu Ramai Dikaitkan dengan Artis TA yang Terciduk Prostitusi, Manajer Buka Suara: Antara Percaya dan Tidak Percaya

Sekitar 57 juta orang di provinsi Zhejiang, selatan Shanghai, di pantai timur China, hidup dalam kekurangan listrik di tengah musim dingin.

Pemerintah provinsi Zhejiang mewajibkan kantor menggunakan peralatan pemanas hanya jika suhu di bawah 3 derajat Celcius.

Restoran hanya boleh menggunakan AC untuk melayani pengunjung, bukan staf.

Baca Juga: Ikuti Jejak Rizky Febian, Putri Delina Putuskan Keluar dari Rumah Sule, Suami Nathalie Holscher Wanti-wanti Hal Ini

Khususnya di kota Wenzhou, peraturan tersebut dikeluarkan 11-20 Desember.

Pabrik kecil dan menengah diharuskan menghentikan produksi selama dua hari, 13-30 Desember.

Di provinsi Hunan, rumah bagi 67 juta orang, banyak penduduk harus berjalan ke lantai 20 karena lift berhenti berfungsi karena kekurangan listrik, menurut The Australian.

"Tidak dapat dikatakan bahwa ketegangan hubungan antara Australia dan China bukanlah penyebab situasi ini," kata seorang sumber di industri energi China.

Tepat di pusat keuangan Shanghai, tempat tinggal 24 juta orang, pemerintah kota telah memerintahkan pusat perbelanjaan dan gedung perkantoran untuk mematikan AC dan peralatan listrik yang tidak perlu.

Baca Juga: Kesabarannya Runtuh Usai Dipoligami Berkali-kali, Rohimah Buka Suara Soal Kemungkinan Rujuk dengan Kiwil: Wallahualam

Pertunjukan laser dan cahaya ikonik Shanghai, di sepanjang Sungai Huangpu, akan dihentikan selama beberapa hari ke depan.

Komisi Pembangunan Reformasi Nasional, badan perencanaan ekonomi China, mengatakan negara itu memiliki cukup batu bara untuk memenuhi permintaan selama musim dingin dan musim semi meskipun harga naik, menurut SCMP.

Menurut media China, perusahaan listrik utama China baru-baru ini mengadakan pertemuan dengan pihak berwenang.

Baca Juga: Perjuangan Tak Mengkhianati Hasil, Kayuh 17 KM Demi Ikut Seleksi, Anak Nelayan Asal Sulsel Berhasil Jadi Prajurit TNI AL Pertama di Kampungnya

Mereka sepakat untuk mencabut pembatasan impor batu bara dari luar negeri, kecuali Australia.

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan bahwa China melarang impor batu bara Australia, hanya merugikan kedua negara, dan melanggar undang-undang perdagangan bebas antara kedua negara.

Morrison mengatakan bahwa China yang membeli batubara berkualitas buruk dari negara lain akan berdampak negatif pada perubahan iklim.

Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Australia adalah negara yang harus bertanggung jawab, bukan malah menyalahkan China.

"Ini adalah tindakan yang bertujuan untuk membingungkan publik dan kami tidak menerima pernyataan Australia," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Vuong Van Ban.(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Gayanya Berikan Hukuman pada Australia dengan Berlakukan Sanksi Ini, Rakyat Chia Justru Jadi Korbannya Gara-Gara Ulah Pemerintahnya Sendiri"