Find Us On Social Media :

Amerika Serikat Asal Nyelonong, Tiongkok Ngamuk dan Langsung Usir Kapal Destroyer AS dari Lautannya, Laut China Selatan Kembali Memanas di Akhir Tahun

Kapal perusak USS Higgins, satu dari dua kapal militer AS yang dilaporkan terlihat berlayar di wilayah Laut China Selatan, Minggu (27/5/2018). Ilustrasi perbandingan kekuatan militer China dan AS.

Gridhot.ID - Setelah beberapa saat mendingin, Laut China Selatan kini kembali memanas.

Hal ini terjadi akibat kelakukan angkatan laut Amerika Serikat.

Dilaporkan China mengklaim militernya telah mengusir kapal perang perusak Angkatan Laut AS setelah "masuk tanpa izin" ke perairan teritorial China di dekat Kepulauan Spratly pada Selasa (22/12/2020).

Ini merupakan eskalasi terbaru ketegangan antara Washington dan Beijing di Laut China Selatan.

The Telegraph memberitakan, pernyataan Kolonel Senior Tian Junli, juru bicara Komando Selatan Pembebasan Rakyat, datang tak lama setelah Angkatan Laut AS mengumumkan USS John S McCain telah menegaskan hak dan kebebasan navigasi di laut yang disengketakan di dekat pulau, sesuai dengan hukum internasional.

Baca Juga: Anak-anaknya Pertanyakan Harta Lina yang Menghilang di Tangan Teddy, Sule: Kalau Bener ya Selamet, Kalau Salah Ya Nggak Selamet!

Insiden itu terjadi ketika Shandong, kapal induk kedua China, dilaporkan melakukan latihan di wilayah tersebut setelah berlayar melalui Selat Taiwan yang sensitif pada hari Minggu.

Pemerintah China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, secara langsung mempermasalahkan klaim teritorial terumbu, pulau, dan perairan oleh tetangga regionalnya yang lebih kecil. Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Taiwan semuanya telah mengklaim Spratly.

Tahun ini, Beijing telah menunjukkan ketegasannya atas perairan yang kaya energi, mendorong AS untuk mengecam "perilaku penindasan" di sana dan meningkatkan operasi navigasi kebebasan.

Pada Juli, Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, menyatakan bahwa Washington akan menganggap pengejaran sumber daya oleh Beijing di Laut China Selatan sebagai hal yang ilegal.

Para ahli mengatakan, peningkatan kehadiran militer dari kedua belah pihak telah meningkatkan risiko bentrokan, baik disengaja atau tidak disengaja.

Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Australia Jadi Korban Galaknya Dosen Indonesia, 300 Murid Dihukum Keras Karena Mencotek, Pelajarannya Sampai Dijuluki Mata Kuliah Setan