Amerika Serikat Asal Nyelonong, Tiongkok Ngamuk dan Langsung Usir Kapal Destroyer AS dari Lautannya, Laut China Selatan Kembali Memanas di Akhir Tahun

Rabu, 23 Desember 2020 | 14:13
SCMP / US NAVY via Kompas.com

Kapal perusak USS Higgins, satu dari dua kapal militer AS yang dilaporkan terlihat berlayar di wilayah Laut China Selatan, Minggu (27/5/2018). Ilustrasi perbandingan kekuatan militer China dan AS.

Gridhot.ID - Setelah beberapa saat mendingin, Laut China Selatan kini kembali memanas.

Hal ini terjadi akibat kelakukan angkatan laut Amerika Serikat.

Dilaporkan China mengklaim militernya telah mengusir kapal perang perusak Angkatan Laut AS setelah "masuk tanpa izin" ke perairan teritorial China di dekat Kepulauan Spratly pada Selasa (22/12/2020).

Ini merupakan eskalasi terbaru ketegangan antara Washington dan Beijing di Laut China Selatan.

The Telegraph memberitakan, pernyataan Kolonel Senior Tian Junli, juru bicara Komando Selatan Pembebasan Rakyat, datang tak lama setelah Angkatan Laut AS mengumumkan USS John S McCain telah menegaskan hak dan kebebasan navigasi di laut yang disengketakan di dekat pulau, sesuai dengan hukum internasional.

Baca Juga: Anak-anaknya Pertanyakan Harta Lina yang Menghilang di Tangan Teddy, Sule: Kalau Bener ya Selamet, Kalau Salah Ya Nggak Selamet!

Insiden itu terjadi ketika Shandong, kapal induk kedua China, dilaporkan melakukan latihan di wilayah tersebut setelah berlayar melalui Selat Taiwan yang sensitif pada hari Minggu.

Pemerintah China mengklaim kedaulatan atas sebagian besar Laut China Selatan, secara langsung mempermasalahkan klaim teritorial terumbu, pulau, dan perairan oleh tetangga regionalnya yang lebih kecil. Filipina, Malaysia, Vietnam, Brunei, dan Taiwan semuanya telah mengklaim Spratly.

Tahun ini, Beijing telah menunjukkan ketegasannya atas perairan yang kaya energi, mendorong AS untuk mengecam "perilaku penindasan" di sana dan meningkatkan operasi navigasi kebebasan.

Pada Juli, Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, menyatakan bahwa Washington akan menganggap pengejaran sumber daya oleh Beijing di Laut China Selatan sebagai hal yang ilegal.

Para ahli mengatakan, peningkatan kehadiran militer dari kedua belah pihak telah meningkatkan risiko bentrokan, baik disengaja atau tidak disengaja.

Baca Juga: Ratusan Mahasiswa Australia Jadi Korban Galaknya Dosen Indonesia, 300 Murid Dihukum Keras Karena Mencotek, Pelajarannya Sampai Dijuluki Mata Kuliah Setan

Pada hari Sabtu, Angkatan Laut AS telah mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan, dengan kapal perusak berpeluru kendali USS Mustin melakukan transit ke-13 melalui jalur perairan selebar 110 yang memisahkan China dari Taiwan.

Partai Komunis China mengklaim memiliki Taiwan meskipun tidak pernah memerintah di sana dan mengancam akan menyerang jika pulau itu menolak untuk dianeksasi secara damai.

AS memiliki hubungan informal yang kuat dengan pemerintah Taiwan yang terpilih secara demokratis dan merupakan pemasok senjata terbesarnya.

Mengutip The Telegraph, sementara itu, USS John S McCain pekan lalu sedang berlatih perang anti-kapal selam dengan kapal selam bertenaga nuklir Prancis FS Emeraude dan kapal perusak helikopter Jepang JS Hyuga di Laut Filipina.

Dalam sebuah pernyataan tentang pelayaran Spratly-nya, Angkatan Laut AS mengatakan klaim maritim yang melanggar hukum dan luas oleh China telah menimbulkan ancaman serius bagi kebebasan laut, termasuk kebebasan navigasi dan penerbangan, perdagangan bebas dan perdagangan tanpa hambatan untuk negara lain di wilayah tersebut.

Baca Juga: Gara-gara Kelakuan Nekatnya Sendiri, Donald Trump Kini Belum Bisa Suntik Vaksin Corona, Ahli Bedah Bongkar Alasannya

Diperkirakan, nilai transaksi perdagangan internasional yang melewati Laut China Selatan setiap tahun mencapai US$ 5 triliun.

Hal ini semakin menambah kekhawatiran tentang kendali China atas perairannya dan meningkatkan kemungkinan bahwa China dapat menggunakan aksesnya sebagai alat pemaksaan ekonomi.

Beijing juga ingin memanfaatkan cadangan minyak dan gas besar yang diyakini berada di bawah dasar lautnya.

Awal tahun ini, China mendapat teguran keras dari Vietnam, atas dugaan survei minyak di daerah tersebut dan dengan membentuk dua unit administratif di Kepulauan Paracel dan Spratly.

China membantah melakukan kesalahan. Dalam peringatannya pada hari Selasa, PLA menuduh AS merusak perdamaian dan stabilitas kawasan.

Baca Juga: Tatap Mata Lesti Kejora, Rizky Billar Sentil Para Cenayang: Dari Pada Ngeramal Mending Ngelamar!

“Tindakan AS seperti itu telah sangat melanggar kedaulatan dan keamanan China dan sangat merusak perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan,” kata Kolonel Tian seperti dilansir The Telegraph.

Artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul Laut China Selatan memanas, kapal perang AS diusir militer China.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber kontan