Bakal Pecahkan Suhu Terpanas Selama 7 Tahun Terakhir, NASA Prediksi Tahun 2021 Bumi Akan Jadi Lebih Panas, Berikut Fenomena-fenomena Alam yang Diduga Jadi Penyebabnya!

Sabtu, 16 Januari 2021 | 19:42
YouTube NASA

Ilustrasi rata-rata kenaikan suhu tahun 2020.

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID- Tahun 2020 menjadi tahun dengan suhu rata-rata terpanas, mengulang hal serupa yang terjadi pada 2016 silam, seperti dilaporkan berdasarkan analisis NASA.

Ilmuwan padaGoddard Institute for Space Studies(GISS)NASA menyebut, pada tahun 2020, suhu di bumi secara global meningkat 1,02 derajat Celsius dibanding rata-rata pada rentang 1951-1980.

Catatan tersebut hanya berselisih sedikit dengan tahun 2016.

Baca Juga: Usai Drone Bawah Lautnya Kepergok Nelayan Indonesia, China Kini Blak-blakan Kirim Kapal Survei Melintas Bebas di 3 Pengamanan Laut Nusantara, Bakamla Ambil Sikap Siaga

“Tujuh tahun terakhir merupakan tujuh tahun terpanas dalam catatan, menggambarkan tren pemanasan yang tengah berlangsung dan dramatis,” ujar Direktur GISS Gavin Schmidt, dilansir dari laman resmi NASA, Jumat (15/1/2021).

“Apakah rekor satu tahun atau tidak, itu tidak terlalu penting—yang terpenting adalah tren jangka panjangnya. Dengan tren ini, dan seiring dengan meningkatnya dampak manusia terhadap iklim, mau tak mau kita memprediksi rekor tersebut akan terus dipecahkan,” imbuhnya.

Sementara tren pemanasan jangka panjang berlanjut, berbagai peristiwa dan faktor berkontribusi pada suhu rata-rata tahun tertentu.

Baca Juga: Waspada! Hampir Sama dengan Insiden di Palu, BMKG Prediksi Gempa Susulan di Sulawesi Barat Bisa Picu Tsunami, Segini Perkiraan Kekuatannya

Dua peristiwa terpisah mengubah jumlah sinar matahari yang mencapai permukaan bumi.

Yang pertama, kebakaran hutan di Australia selama paruh pertama tahun ini membakar 46 juta hektar tanah, melepaskan asap dan partikel lainnya setinggi lebih dari 18 mil di atmosfer, menghalangi sinar matahari dan kemungkinan sedikit mendinginkan atmosfer.

Di sisi lain, lockdown global terkait pandemi virus corona yang sedang berlangsung (COVID-19) mampu mengurangi polusi udara partikulat di banyak area, memungkinkan lebih banyak sinar matahari mencapai permukaan dan menghasilkan efek pemanasan yang kecil tetapi berpotensi signifikan.

Penghentian ini juga tampaknya telah mengurangi jumlah emisi karbon dioksida (CO2) tahun lalu, tetapi konsentrasi CO2 secara keseluruhan terus meningkat, dan karena pemanasan berkaitan dengan emisi kumulatif, jumlah keseluruhan dari pemanasan yang dapat dihindari akan terminimalisir.

Baca Juga: Tolak Disuntik Vaksin Corona Bakal Dipenjara 1 Tahun, Kemenkes Janjikan Negara Dijamin Tanggung Jawab Jika Ada Efek Samping Serius Setelah Penyuntikan

Kenaikan suhu diketahui dapat menyebabkan fenomena seperti hilangnya massa lapisan es dan es laut, kenaikan permukaan laut, gelombang panas yang lebih lama dan lebih intens, serta pergeseran habitat tumbuhan dan hewan.

Karenanya, memahami tren iklim jangka panjang seperti itu, menurut GISS sangat penting untuk keselamatan dan kualitas hidup manusia, memungkinkan manusia untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan dengan cara seperti menanam tanaman yang berbeda, mengelola sumber daya air kita dan mempersiapkan diri untuk menghadapi cuaca ekstrim.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber Kompas.com, NASA