Gridhot.ID - Israel belakangan ini sedang banyak diperbincangkan karena melakukan hubungan normalisasi dengan negara lain.
Bahkan Amerika pun mendukung gerakan ini.
Selama enam bulan terakhir, pemerintahan Trump telah mendorong agar negara-negara Arab dan Muslim secara terbuka mengakui Israel.
Sejauh ini negara-negara yang berhasil diyakinkan untuk normalisasi hubungan dengan Israel adalah Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, dan Sudan.
Tentu, para pemimpin Amerika dan Israel mengharapkan lebih banyak negara untuk bergabung dalam gelombang perjanjian normalisasi dengan Israel.
Israel sadar betul bahwa untuk mencapai tujuan normalisasi dengan banyak negara, dibutuhkan iming-iming yang setimpal.
Setiap pengakuan telah dibeli dengan bujukan material yang signifikan, seperti berikut:
1. UEA telah dijanjikan armada jet tempur siluman
November 2020 lalu, pemerintahan Trump akhirnya menyetujui penjualan senjata canggih AS termasuk jet tempur F-35 dan drone ke UEA.
Menurut Reuter (11/11/2020), Departemen Luar Negeri AS mengatakan paket penjualan senilai US$ 23,37 miliar (Rp328,8 triliun) itu mencakup hingga 50 pesawat F-35 Lightening II, sampai 18 MQ-9B Unmanned Aerial Systems atau drone dan paket amunisi udara-ke-udara dan udara-ke-darat.
Kesepakatan apa pun yang dibuat AS untuk menjual senjata ke Timur Tengah harus memnuhi kesepakatan puluhan tahun dengan Israel bahwa hal itu tidak boleh mengganggu "keunggulan militer kualitatif" Israel di wilayah tersebut.
Israel awalnya menolak keras penjualan jet tempur F-35, tetapi berubah sikap setelah AS menjamin superioritas militer regional Israel.
2. Maroko mendapatkan pengakuan resmi AS yang telah lama dicari atas pendudukannya di Sahara Barat.
Dengan normalisasi hubungan dengan Israel, AS mengakui kedaulatan Maroko atas Sahara Barat.
Mengutip Kompas.com, pejabat Maroko dan Israel juga menandatangani kesepakatan untuk menghubungkan sistem penerbangan dan keuangan, keringanan visa bagi pemegang paspor diplomatik, dan pengelolaan air.
Di sisi lain, Maroko juga menandatangani perjanjian lain berupa penawaran dari Korporasi Keuangan Pembangunan Internasional AS berupa investasi swasta di Maroko dan di sub-Sahara.
Nilai investasi yang ditawarkan dalam bentuk kemitraan bisnis tersebut senilai 3 miliar dollar AS (Rp 42 triliun).
3. Bahrain mendapat dukungan untuk melawan pemberontak
Bahrain sudah lama menghadapi upaya pemberontakan dari oposisi dan warganya sendiri dan belum ada tanda-tanda berakhir hingga saat ini.
Mengutip Al Jazeera, Mouin Rabbani, peneliti dari Arab Studies Institute mengatakan bahwa keputusan Bahrain melakukan normalisasi hubungan Israel pekan lalu akan memberinya jaminan untuk selalu dibantu ketika pemberontakan terjadi.
"Lewat normalisasi, Bahrain telah memastikan dirinya memiliki sekutu yang berkomitmen untuk membantunya menjaga status quo dan mencegah pemberontakan apapun," ujar Rabbani perihal keuntungan yang diterima Bahrain.
"Musuh-musuh Bahrain kebanyakan adalah warganya sendiri," tambahnya.
4. Sudan telah dihapus dari daftar negara pendukung terorisme AS.
Menyusul normalisasi hubungan dengan Israel, Sudan sudah dihapus dari daftar negara yang mendukung aksi teroris.
Melansir CNN, kedua negara mencapai kesepakatan pada Oktober agar Sudan dicabut dari daftar.
Ini berlaku efektif mulai Senin (14/12/2020).
Penyelesaian itu mengharuskan Sudan membayar 335 juta dollar AS (Rp 4,7 triliun) untuk para korban pemboman kembar pada 1998 terhadap kedutaan besar AS di Tanzania dan Kenya.
"Menteri luar negeri telah menandatangani pemberitahuan yang menyatakan penghapusan dari daftar Negara Sponsor Terorisme," tulis Kedutaan Besar AS dalam pernyataan di halaman Facebook-nya.
Israel dan Sudan juga setuju untuk memulai hubungan ekonomi dan perdagangan, dengan fokus awal pada pertanian.(*)
Artikel ini telah tayang di Intisari-Online.com dengan judul "Mulai dari Pesawat Tercanggih Hingga Dihapus dari Daftar Hitam, Ini 'Keuntungan' yang Didapat Negara-negara yang Akui Israel"