"Sepanjang yang kami tahu bahwa lahan yang dipakai juga lahan milik negara, dan anggarannya dari Provinsi tapi sampai sekarang hasilnya seperti ini, kata warga seperti sarang burung merpati dan malah jadi tempat mesum," tandasnya.
Mengenai temuan tersebut, Ali berencana akan memanggil Dinas terkait guna membahas permasalahan tersebut.
"Kita lihat nanti, tentu akan kami bahas lebih lanjut, seharunya para budayawan dan seniman terlibat dalam pembangunan gedung ini." kata Ali.
Secara terpisah, tokoh budayawan Subang Abah Renggo menuturkan bahwa pembangunan tersebut tidak sesuai dengan anggaran yang dikeluarkan.
"Pembangunan ini harus diusut, pasti banyak kerugian negara disini bila perlu KPK harus turun," kata Abah Renggo ketika dikonfirmasi.
Abah Renggo menduga jika dalam pembangunan gedung tersebut banyak kesalahan, mulai dari konsep hingga proses pengerjaan.
"Ini kan namanya gedung pusat budaya, namanya gedung kontruksinya didominasi bambu. Apa benar bangunan seperti ini menghabiskan Rp 6 miliar?" tanya Abah Renggo.
Abah Renggo juga mempertanyakan perihal konsep bangunan.
"Nilai estetik darimana ini? Bambu seperti ini setahun aja akan hancur, emang ada gedung setahun hancur? Saya harap semua persoalan ini segera dituntaskan," katanya.
(*)