Dunia Masih Kalang Kabut Hadapi Pandemi Covid-19, Virus Baru Bernama 'Nipah' Muncul dari China, Diduga Tingkat Kematiannya Mencapai 75 Persen

Sabtu, 30 Januari 2021 | 19:42
pixnio

Virus nipah (ilustrasi)

Laporan reporter Gridhot.ID, Nicolaus Ade

Gridhot.ID - Dunia masih kalang kabut dengan merebaknya virus Covid-19.

Bahkan hingga kini masih menjadi momok bagi masyarakat dunia.

Belum juga usai pandemi Covid-19, kini muncul lagi virus Nipah yang semakin menggegerkan dunia.

Baca Juga: Dilantik Langsung Oleh Jokowi, Letda Bagas Heran Dulu Ayahnya Sempat Tak Diizinkan Masuk Istana Negara Saat Acara Pelantikan, Dikira Ajudan, Saat Tahu Pangkatnya Langsung Dikawal

Menurut laporan The Guardian, sebuah hasil studi menyebutkan jika tidak ada perusahaan farmasi dunia yang siap akan adanya pandemi berikutnya.

Dikutip dari Antaranews, wabah Nipah tersebut terjadi di negara China yang diduga tingkat kematiannya mencapai 75 persen yang berpotensi menjadi pandemi besar berikutnya setelah covid-19 ini.

"Virus Nipah adalah penyakit menular lain yang muncul dan menimbulkan kekhawatiran besar.

Baca Juga: Jadi Pedangdut Terkaya di Usia 21 Tahun, Lesty Kejora Buat Asistennya Syok Saat Pamerkan Saldo ATM, Pacar Rizky Billar: Jangan...

Nipah bisa meledak kapan saja. Pandemi berikutnya bisa jadi infeksi yang resistan terhadap obat," kata Jayasree K. Iyer, direktur eksekutif Access to Medicine Foundation.

WHO sendiri telah mengidentifikasi jika virus Nipah ini masuk dalam daftar penyakit menular dari 16 penyakit risiko kesehatan terbesar masyarakat.

Disebut-sebut kelelawar buah adalah inang alami virus tersebut yang memiliki angka kematian cukup besar sekitar 40-75 persen.

Salah satu alasan mengapa virus Nipah ini sangat menyeramkan adalah dimana masa inkubasi penyakit bisa mencapai 45 hari dalam satu kasus saja.

Baca Juga: Pamer Lagi, China Kembali Sombongkan GJ-11 Buatannya, Drone Tempur Siluman Mematikan yang Bisa Gentayangan di Langit Musuh dan Tembakkan Rudal Tanpa Ketahuan Radar

Rupanya tak hanya menginfeksi manusia, tetapi virus baru ini juga dapat menginfeksi berbagai macam hewan, yang membuat penyebarannya menjadi semakin tinggi.

Penularan virus ini sendiri juga bisa melalui kontak langsung ataupun dengan mengonsumsi makanan-makanan yang terkontaminasi.

Baca Juga: Jumlah Rakyat Kota Riyadh Bakal Ditambah Secara Besar-besaran, Ambisi Besar Putra Mahkota Arab Saudi Terbongkar, Mohammed Bin Salman Punya Sesuatu yang Direncanakan

Gejala terinfeksi virus Nipah

Seseorang yang terinfeksi virus Nipah tersebut akan mengalami gejala pernapasan, seperti batuk, sakit bagian tenggorokan, kelelahan, ensefalitis dan pembengkakan otak yang dapat mengakibatkan kejang hingga kematian.

Ternyata Bangladesh dan India adalah negara yang pernah dilanda virus Nipah pada masa lalu.

Melansir Antaranews, di Bangladeh dari 11 wabah virus Nipah sudah tercatat 196 orang terinfeksi dengan 150 jiwa diantaranya meninggal dari tahun 2001 hingga 2011.

Kelelawar buah merupakan salah satu faktor penyebaran virus Nipah ini, bahkan saat di bawah tekanan kelelawar bisa melepaskan virus lebih banyak.

Menurut Trace Goldstein, direktur laboraturium One Health Institute, kelelawar memiliki peranan ekologis yang sangat penting, mustahil jika ingin membasminya, karena itu akan merugikan manusia.

Baca Juga: Keburu Diciduk Sebelum Nikmati Duit Haram, Sindikat Pengedar Uang Asing Palsu Ini Gagal Edarkan 100.000 Dolar Amerika, Polisi: Cukup Menarik, Seorang Guru

"Itu akan membuat manusia lebih rentan. Dengan membunuh hewan, anda meningkatkan risiko, karena anda meningkatkan jumlah hewan yang menyebarkan virus," kata Trace.

Maka dari itu, banyak peneliti dunia yang setuju jika virus Nipah ini sangat berbahaya dan mengancam.(*)

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber antaranews.com, guardian