Jadi Primadona dan Panutan Muslim Milenial, Sosok Gus Baha Rupanya Bukan Kaleng-kaleng, Santri Kesayangan Mbah Moen yang Hafal 30 Juz Alquran

Senin, 01 Februari 2021 | 16:42
YouTube/ ANSOR JATENG

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha

GridHot.ID - Sosok Gus Baha atau yang bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim kini semakin dicari orang.

Bahkan kini banyak masyarakat yang kini mengidolakannya.

Diberitakan GridHot sebelumnya, Gus Baha adalah santri kesayangan almarhum ulama kharismatik, Syaikhina KH Maemoen Zubair atau Mbah Moen pengasuh Ponpes Al Anwar Sarang Rembang.

Baca Juga: Saraf di Otaknya Disebut Kacau hingga Idap Skizofrenia oleh Deddy Corbuzier dan Gus Miftah, Mbak You Berang Dikatai Halusinasi Soal Dinikahi Siluman Ular: Ngapain Saya Bohong?

Profil dan Biodata Gus Baha juga menjadi perburuan masyarakat yang ingin mengenal lebih lengkap sosok ulama ini.

Maka pantas saja saat Ibunda Gus Baha yakni Hj Yuchanidz Nursalim meninggal dunia pada Rabu (15/4/2020), ribuan bahkan jutaan netizen menyampaikan duka cita mendalam.

Ibunda Gus Baha wafat dalam usia 73 tahun dan sempat dirawat di RSUD dr Soetrasno Rembang karena sakit.

Lalu siapa sebenarnya sosok Gus Baha, ulama hafal Al Quran 30 juz yang kini menjadi primadona di YouTube?

Baca Juga: Gus Miftah Lempar Semprotan untuk Mbak You, Lantang Sebut Semua Omongan Sang Peramal Bakal Jadi Fitnah: Semuanya Haram...

Dilansir dari TribunJatim.com, warganet dan netizen bahkan mengenalnya sebagai Gus Milenial, karena penjelasan dan logika yang disampaikan terkait agama dapat diterima dan dipahami dengan mudah dan sangat baik oleh kaum milenial masa kini.

Tapi sosok Gus Baha ternyata bukan orang sembarangan. Ini terlihat dari biodata dan profil santri kesayangan Mbah Moen alias KH Maimoen Zubair ini. Ulama yang hafal Al quran 30 juz beserta arti dan maknanya ini.

Lantas siapakah sebenarnya sosok dan biodata Gus Baha sang Kiai Milenial, simak berita selengkapnya berikut.

Dilansir Surya.co.id Grup TribunJatim.com dari Wikipedia, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha adalah salah satu ulama Nahdlatul Ulama (NU) yang berasal dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah (Jateng).

Gus Baha dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang Al Quran.

Baca Juga: Hilang Kontak di Atas Perairan Kepulauan Seribu, Sriwijaya Air SJ 182 Ternyata Sudah Berumur 26 Tahun, Menhub Era Gus Dur: Pesawat Ini Termasuk Klasik

Dilansir Surya.co.id dari situs Ma'had Aly Jakarta dalam artikel berjudul: Gus Baha’; Ahli Tafsir Didikan Ulama Nusantara Gus Baha disebut sebagai ahli tafsir asli didikan ulama nusantara.

Gus Baha yang ahli tafsir, dewan ahli tafsir nasional yang berlatar belakang nonformal, dan ahli tafsir yang mondoknya hanya di nusantara.

Tribun

Gus Baha atau yang bernama lengkap KH Ahmad Bahauddin Nursalim

Pada sebuah kesempatan Prof Quraisy Syihab berkata, “Sulit ditemukan orang yang sangat memahami dan hafal detail-detail al-Quran hingga detail-detail fikih yang tersirat dalam ayat-ayat al-Quran seperti Pak Baha.”

Baca Juga: Sosok-sosok Gaib yang Mengikuti Ahok Terungkap, Selalu Membawa Senjata Layaknya Pasukan Perang, Gus Robin: Saya Tidak Boleh Mengucap Itu Apa

Gus Baha adalah putra seorang ulama ahli Al Quran, KH Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, sebuah desa di pesisir utara pulau Jawa.

Nursalim adalah murid dari KH Arwani Al-Hafizh Kudus dan KH Abdullah Salam Al-Hafizh Pati.

Dari silsilah keluarga ayah, dari buyut hingga generasi keempat kini merupakan ulama-ulama ahli Quran yang andal.

Sedangkan silsilah keluarga dari garis ibu, Gus Baha merupakan silsilah keluarga besar ulama Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyaiban atau Mbah Sambu yang pesareannya ada di area Masjid Jami Lasem, sekitar setengah jam perjalanan dari pusat Kota Rembang.

Pendidikan Gus Baha

Gus Baha kecil mulai menempuh gemblengan keilmuan dan hafalan Al-Quran di bawah asuhan ayahnya sendiri.

Di usia yang masih sangat belia, ia telah mengkhatamkan al-Quran beserta qiraah dengan lisensi yang ketat dari ayahnya.

Baca Juga: Getol Beri Iming-iming Rp 28 Triliun, Israel Sempat Punya Hubungan 'Hangat' dengan Indonesia Semasa Gus Dur Hidup hingga Dituduh Antek Yahudi, Padahal Ini Alasan di Baliknya

Memang, karakteristik bacaan dari murid-murid Mbah Arwani menerapkan keketatan dalam tajwid dan makharijul huruf.

Menginjak usia remaja, Kiai Nursalim menitipkan Gus Baha untuk mondok dan berkhidmat kepada Syaikhina KH Maimoen Zubair (Mbah Moen) di Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu, Sarang, Rembang, sekitar 10 km arah timur Narukan.

Di Al-Anwar inilah Gus Baha terlihat sangat menonjol dalam ilmu syariat seperti fikih, hadits dan tafsir.

Hal ini terbukti dari beberapa amanat prestisius keilmiahan yang diemban oleh ia selama mondok di Al Anwar, seperti Rais Fathul Muin dan Ketua Maarif di jajaran kepengurusan PP Al Anwar.

Baca Juga: Video Wawancaranya Viral, Gus Dur Ternyata Pernah Bubarkan Kementerian Sosial, Ini Alasannya

Saat mondok di sana pula Gus Baha mengkhatamkan hafalan Shahih Muslim lengkap dengan matan, rawi dan sanadnya.

Selain Shahih Muslim, Gus Baha juga mengkhatamkan hafalan kitab Fathul Muin dan kitab-kitab gramatika Arab seperti Imrithi dan Alfiah Ibnu Malik.

Menurut sebuah riwayat, dari sekian banyak hafalan, Gus Baha lah santri pertama Al Anwar yang memegang rekor hafalan terbanyak di eranya.

Bahkan tiap-tiap musyawarah yang akan ia ikuti akan serta merta ditolak oleh kawan-kawannya, sebab dianggap tidak berada pada level santri pada umumnya karena kedalaman ilmu, keluasan wawasan dan banyaknya hafalan.

Selain menonjol dengan keilmuannya, Gus Baha juga sosok santri yang dekat dengan kiainya.

Baca Juga: Stresnya Seolah Terbayar dengan Kesuksesan Mengocok Perut Soeharto, Grup Lawak Ini Sampai Lupa Ambil Honor: Saking Girangnya

Dalam berbagai kesempatan, ia sering mendampingi gurunya Syaikhina Maimoen Zubair untuk berbagai keperluan.

Mulai dari sekadar berbincang santai, hingga urusan mencari tabir, menerima tamu-tamu ulama-ulama besar yang berkunjung ke Al Anwar, dan dijuluki sebagai santri kesayangan Syaikhina Maimoen Zubair.

Pada suatu ketika Gus Baha dipanggil untuk mencarikan tabir tentang suatu persoalan oleh Syaikhina, karena saking cepatnya tabir itu ditemukan tanpa membuka dahulu referensi kitab yang dimaksud, hingga Syaikhina pun terharu, “Iyo Ha’, koe pancen cerdas tenan.” (Iya Ha, kamu memang benar-benar cerdas).

Selain itu Gus Baha juga kerap dijadikan contoh teladan oleh Syaikhina saat memberikan mawaidzah di berbagai kesempatan tentang profil santri ideal.

Baca Juga: Diberi Julukan 'Teman Israel di Dunia Islam', Semasa Hidup, Gus Dur Bikin Negara Yahudi Keheranan, Ini Penyebabnya

“Santri tenan iku yo koyo Baha iku,” (Santri yang sebenarnya itu ya seperti Baha itu) kurang lebih seperti itulah ucapan Syaikhina yang riwayatnya sampai ke penulis Ma'had Aly Jakarta.

Dalam riwayat pendidikan, semenjak kecil hingga mengasuh pesantren warisan ayahnya sekarang, Gus Baha hanya mengenyam pendidikan dari 2 pesantren, yakni pesantren ayahnya sendiri di Desa Narukan dan PP Al Anwar Karangmangu.

Ketika sang ayah menawarkan kepadanya untuk mondok di Rushaifah atau Yaman, Gus Baha lebih memilih untuk tetap di Indonesia.

Ia berkhidmat kepada almamater, Madrasah Ghozaliyah Syafiiyyah PP Al Anwar dan pesantrennya sendiri LP3IA.

Kepribadian Gus Baha

Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang, Gus Baha menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.

Baca Juga: Pinang Putri Gus Dur dengan Mahar 10 Ekor Sapi, Inilah Sosok Suami Yenny Wahid yang Jarang Disorot, Ternyata Punya Posisi Penting di Dunia Politik

Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan Gus Baha.

Diceritakan, setelah acara lamaran selesai, ia menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangannya hingga kini.

Gus Baha mengutarakan bahwa kehidupannya bukanlah model kehidupan yang mewah, melainkan sangat sederhana.

Ia berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut dengan maksud, agar ia tidak kecewa di kemudian hari.

Calon mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan “klop” alias "sami mawon kalih kulo".

Baca Juga: Diberi Julukan 'Teman Israel di Dunia Islam', Semasa Hidup, Gus Dur Bikin Negara Yahudi Keheranan, Ini Penyebabnya

Saat berangkat ke Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya, Gus Baha berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular, bus biasa kelas ekonomi.

Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan.

Hingga kini, bahkan setelah terkenal, Gus Baha masih sering naik bus saat bepergian.

Setelah menikah, Gus Baha mencoba hidup mandiri dengan keluarga barunya dan menetap di Yogyakarta sejak 2003.

Selama di Yogya, Ia menyewa rumah untuk ditempati keluarga kecilnya, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain.

Baca Juga: Celoteh Kutipan Gusdur Soal Polisi Jujur, 2 Pemuda Maluku Ini Dipolisikan, Fadli Zon: Kita Makin Jauh dari Demokrasi!

Semenjak hijrah ke Yogyakarta, banyak santri-santrinya di Karangmangu, Rembang yang merasa kehilangan induknya.

Hingga pada akhirnya mereka menyusul ke Yogya, patungan menyewa rumah di dekat rumah Gus Baha.

Tiada tujuan lain selain untuk tetap bisa mengaji kepadanya.

Ada sekitar 5 atau 7 santri alumni Al Anwar maupun MGS yang ikut ke Yogyakarta saat itu.

Ada dua santri Gus Baha yang sangat terkenal yakni Masrukhin dan Musthofa, yang sering disebut-sebut dalam ceramahnya di Youtube.

Baca Juga: Pinang Putri Gus Dur dengan Mahar 10 Ekor Sapi, Inilah Sosok Suami Yenny Wahid yang Jarang Disorot, Ternyata Punya Posisi Penting di Dunia Politik

Di Yogyakarta inilah kemudian banyak masyarakat sekitar yang akhirnya minta ikut mengaji kepada Gus Baha.

Pada tahun 2005 KH Nursalim jatuh sakit.

Gus Baha pulang sementara waktu untuk ikut merawat sang ayah bersama keempat saudaranya.

Namun siapa sangka, beberapa bulan kemudian Kiai Nursalim wafat.

Gus Baha tidak dapat lagi meneruskan perjuangannya di Yogya sebab diamanati oleh ayahnya untuk melanjutkan tongkat estafet kepengasuhan di LP3IA Narukan.

Banyak yang merasa kehilangan atas kepulangan Gus Baha ke Narukan.

Para santri sowan dan meminta kembali ke Yogya.

Baca Juga: Ngaku Pernah Dicalonkan untuk Gantikan Habibie, Amien Rais Ungkap Alasan Lempar Peluang Emasnya pada Gus Dur: Bukan Berarti Saya Enggak Mampu

Gus Baha pun bersedia namun hanya satu bulan sekali, dan itu berjalan hingga kini.

Selain mengasuh pengajian, Gus Baha juga aktif di Lembaga Tafsir Al-Quran Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.

Gus Baha juga diminta untuk mengasuh pengajian tafsir al-Quran di Bojonegoro, Jawa Timur.

Di Yogya mendapat giliran minggu terakhir, sedangkan di Bojonegoro minggu kedua setiap bulannya.

Hal tersebut dijalani secara rutin sejak 2006 hingga kini.

Gus Baha adalah Ketua Tim Lajnah Mushaf UII.

Timnya terdiri dari para profesor, doktor, dan ahli-ahli al-Quran seantero Indonesia seperti Prof Dr Quraisy Syihab, Prof Zaini Dahlan, Prof Shohib dan para anggota Dewan Tafsir Nasional lain.

Ketika ditawari gelar Doctor Honoris Causa dari UII, Gus Baha tidak berkenan.

Baca Juga: Usai Kepergian Didi Kempot, Gus Miftah Marah Besar, Geram Banyak Orang yang Permasalahkan Agama Sang Maestro: Sejak 1997 Sudah Islam!

Dalam jagat Tafsir al-Quran di Indonesia, Gus Baha termasuk pendatang baru dan satu-satunya dari jajaran Dewan Tafsir Nasional yang berlatar belakang pendidikan nonformal dan nongelar.

Meski demikian, kealiman dan penguasaan keilmuan Gus Baha sangat diakui oleh para ahli tafsir nasional.

Pada suatu kesempatan pernah diungkapkan oleh Prof Quraisy bahwa kedudukan Gus Baha di Dewan Tafsir Nasional selain sebagai Mufassir, juga sebagai mufassir fakih karena penguasaan pada ayat-ayat ahkam yang terkandung dalam al-Quran.

Setiap kali lajnah menggarap tafsir dan Mushaf al-Quran, posisi Gus Baha selalu di dua keahlian, yakni sebagai mufassir seperti anggota lajnah yang lain, juga sebagai fakihul Quran yang mempunyai tugas khusus mengurai kandungan fikih dalam ayat-ayat ahkam al-Quran. (*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber GridHot.ID, Tribunjatim.com