Find Us On Social Media :

Enteng Beli Gedung Mewah di Jerman Seharga Rp 6 Triliun, Sukanto Tanoto Ternyata Bukan Konglomerat Sembarangan, Sang Raja Sawit Indonesia yang Jadi Incaran Parlemen Uni Eropa

Sukanto Tanoto disebut menguasai lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) di kawasan calon ibu kota baru RI di Kalimantan Timur. Simak profilnya.

Gridhot.ID - Nama Sukanto Tanoto beserta putranya Andre Tanoto tiba-tiba menjadi sorotan.

Keluarga konglomerat tersebut kini sedang disoroti Jerman.

Pasalnya ini terkait aksi keduanya dalam pembelian gedung mewah di negeri tersebut.

Andre Tanoto disebut membeli satu dari tiga gedung mewah rancangan arsitek kondang Frank O. Gehry di kota pusat perekonomian Düsseldorf, ibu kota negara bagian Nordrhein Westafalen.

Dikutip Gridhot dari Salon.com, Frank O.Gehry sendiri merupakan arsitek terkemuka yang berhasil memenangkan penghargaan Pritzker dan terkenal dengan ukitan unik di bangunan buatannya.

Baca Juga: Tampil Cantik dengan Busana Cheongsam, Perut Membuncit Puput Nastiti Devi Bikin Salah Fokus, Warganet: Lagi Isi Ya Mbak, Hamil Lagi?

Tapi gedung seharga 50 juta euro itu belum seberapa dibanding bekas istana Raja Ludwig di München, yang dibeli Tanoto Sukanto, tidak lama sesudahnya, di Kota München.

Gedung empat lantai itu, yang sekarang menjadi kantor pusat perusahaan asuransi Allianz di kawasan prestisius Ludwigstrasse, menurut dokumen OpenLux dibeli seharga 350 juta euro atau sekitar Rp 6 triliun.

Lalu Siapakah Sosok Sukanto Tanoto?

Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar dan berdasarkan laman resmi tanotofoundation.org, Sukanto Tanoto adalah pendiri dan ketua RGE, grup perusahaan manufaktur berbasis sumber daya global dengan kantor perusahaan di Singapura, Hong Kong, Jakarta, Beijing, dan Nanjing.

Tanoto memulai bisnis pertamanya lebih dari 50 tahun yang lalu, memasok suku cadang ke industri minyak dan konstruksi.

Baca Juga: Tampil Cantik dengan Busana Cheongsam, Perut Membuncit Puput Nastiti Devi Bikin Salah Fokus, Warganet: Lagi Isi Ya Mbak, Hamil Lagi?

Ia kemudian memasuki bisnis kayu lapis pada 1967.

Tanoto terus memperbesar bisnisnya dengan merambah industri berbasis sumber daya lainnya seperti kelapa sawit, kehutanan, bubur kertas dan kertas, dan pembangkit listrik.

Hari ini, RGE adalah grup global dengan aset melebihi US $ 20 miliar dengan tenaga kerja 60 ribu orang dan operasi manufaktur di Cina, Indonesia, dan Brasil serta kantor penjualan di seluruh dunia.

Bisnis ini meliputi empat bidang operasional utama: pulp dan kertas (APRIL-Asia Pacific Resources International Holding Ltd dan Asia Symbol), minyak kelapa sawit (Asian Agri dan Apikal), rayon dan pulp khusus (Sateri International dan APR), dan energi (Pacific Oil & Gas).

Pada 1981, Tanoto dan keluarganya mendirikan lemabaga amal, Tanoto Foundation, untuk membantu mengurangi kemiskinan dan memajukan prestasi manusia.

Baca Juga: Dikenal Gampang Cabut Nyawa Siapa Saja yang Tak Sejalan Dengannya, Kim Jong Un Kini Kepergok Ngamuk Keluar Urat Saat Rapat Kabinet, Ada Apa?

Tanoto adalah anggota Dewan Internasional INSEAD, Dewan Pengawas Wharton, Dewan Eksekutif Wharton untuk Asia, dan berbagai badan pendidikan, komunitas, dan industri lainnya.

Dia adalah penerima penghargaan Medali Wharton School, yang mengakui individu atas kontribusinya pada perluasan ekonomi global dan bagi peningkatan kehidupan di seluruh dunia.

Beli Properti di Jerman Lewat Cayman Island

Berhembusnya kabar mengenai Tanoto ini bermula dari kolaborasi jurnalis internasional dalam proyek OpenLux, yang menyisir data-data yang ada di perbankan Luxembourg, yang dicurigai menjadi bagian dari operasi pengemplangan pajak para miliarder dunia.

Hal serupa pernah dilakukan kolaborasi jurnalis yang mengungkap skandal Panama Papers.

Baca Juga: Kabar Baik Bagi Pekerja Publik, Pemerintah Kejar Target Vaksin Covid-19, Jokowi Bakal Vaksinasi Masyarakat dengan Interaksi Tinggi Mulai Pekan Depan

Dari dokumen-dokumen Open Lux, terungkaplah kepemilikan gelap gedung-gedung Sukanto Tanoto dan anaknya Andre di Jerman.

Anggota Parlemen Uni Eropa dari fraksi Partai Hijau, Sven Giegold mengungkapkan, keluarga Sukanto Tanoto secara diam-diam melakukan pembelian terselubung itu lewat beberapa perusahaan cangkang di Cayman Islands, Singapura, dan Luxembourg.

Dia menegaskan, pembelian terselubung biasanya dilakukan untuk pengemplangan pajak atau pencucian uang dan sangat merugikan Jerman, Luxembourg, dan Indonesia.

Otoritas di Jerman tidak mengetahui, konglomerat sawit asal Indonesia itu yang membeli properti-properti tersebut.

Organisasi lingkungan Greenpeace menyebut Sukanto Tanoto sebagai "perusak hutan terbesar dunia" dan menuduh praktek bisnis minyak sawitnya terlibat berbagai pelanggaran hak asasi manusia dan berbagai praktik penghindaran pajak.

Baca Juga: Kabar Baik Bagi Pekerja Publik, Pemerintah Kejar Target Vaksin Covid-19, Jokowi Bakal Vaksinasi Masyarakat dengan Interaksi Tinggi Mulai Pekan Depan

Sven Giegold mengatakan, praktek pengemplangan pajak merugikan tidak hanya Jerman dan Uni Eropa, melainkan juga Indonesia. Di Jerman, kerugiannya mencapai lebih 20 miliar euro.

(*)