Gridhot.ID - Indonesia memang jadi salah satu negara yang memiliki kekuatan militer luar biasa bahkan di luar nalar.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Indonesia bahkan menduduki posisi 16 sebagai negara dengan militer terkuat di dunia.
Bahkan pencapaian ini juga menyebutkna Indonesia jadi yang pertama dari Asia Tenggara masuk dalam daftar tersebut dengan peringkat yang memuaskan.
Kini di era perang modern Indonesia tak mau ketinggalan sama sekali.
Dikutip Gridhot dari Kontan, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Fajar Prasetyo mengungkapkan, Indonesia dalam waktu dekat akan mendatangkan sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista) modern.
"Mulai tahun ini hingga tahun 2024, kita akan segera merealisasikan akuisisi berbagai alutsista modern secara bertahap," ujar KSAU dalam sambutan pada Rapat Pimpinan (Rapim) TNI AU 2021 di Markas Besar TNI AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/2).
Sejumlah alutsista yang segera mendarat di Indonesia meliputi jet tempur F-15 EX buatan Boeing Amerika Serikat dan Dassault Rafale bikinan Dassault Aviation Prancis.
Kemudian, pesawat multi-role tanker transport, pesawat angkut C-130J, serta pesawat tanpa awak atau unmanned combat AERIAL vehicle (UCAV) dengan kemampuan medium altitude long endurance (MALE).
Dikutip dari Anadolu Agency merujuk dokumen Rapim TNI 2021 beberapa waktu lalu, Indonesia rencananya akan memboyong 36 unit Rafale dan 8 unit F-15 EX. Harapannya, 6 unit F-15 EX sudah tiba di Tanah Air sebelum 2022.
KSAU menyebutkan, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto telah berupaya melaksanakan diplomasi pertahanan dengan sejumlah negara sahabat.
Diplomasi ini guna mempercepat proses pembangunan kekuatan TNI, salah satunya belanja alutsista mutakhir.
Selain membangun kekuatan TNI dalam menjaga kedaualatan negara, menurut KSAU, pengadaan alutsista juga sebagai salah satu bentuk diplomasi pertahanan yang bernilai strategis terhadap konstelasi politik global.
Walaupun begitu, Fajar mengakui, upaya pengadaan alutsista sempat mengalami sejumlah perubahan karena kondisi global dan kemampuan negara.
"Meskipun kita memiliki pedoman Postur, Renstra, maupun MEF, dalam pelaksanaannya sangat bergantung sekali pada berbagai faktor dan kondisi yang terus berubah secara dinamis," imbuh dia.
(*)