Gridhot.ID- Organisasi Papua Merdeka (OPM) kembali membuat ulahdi Distrik Sugapa, Intan Jaya, Papua.
Melansir ANTARA, kontak sejata itu menewaskan seorang prajurit dari Yonif 400/BR yang tergabung dalam satuan tugas pengamanan daerah rawan (satgas pamrahwan) bernama Prada Ginanjar.
Prada Ginanjar meninggal akibat luka tembak di bagian perut.
Jenazah Prada Ginanjar kemudian dievakuasi ke Timika dengan menggunakan helikopter yang sebelumnya membawa Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Ignatius Yogo Triyono dan rombongan ke Sugapa.
Terkait hal itu, sebagaimana dikutip dari Kompas TV, Tentara Pembebasan NasionalOrganisasi Papua Merdeka(TPN-OPM) mengaku bertanggung jawab atas insidenkontak tembakdi Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Senin (15/2/2021) pagi tadi yang menyebabkan gugurnyasatu personelTNIAD, Prada Ginanjar.
Hal ini sebagaimana disampaikan Juru bicara Tentara Pembebasan NasionalOrganisasi Papua Merdeka(TPN-OPM), Sebby Sambom saat dihubungi Kompas.
Menindaklanjuti aksi para anggota OPM tersebut, TNI menggunakan droneatau pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh dengan remote control untuk memantau pergerakan mereka.
Menariknya, ketika melihat drone milik TNI, para anggota OPM tersebut lari terbirit-birit.
Apa yang dilakukanpara anggota OPM itu wajar. Sebab, TNI memang dikenal kuat. Apalagi dengan bantuan drone.
Namun jika OPM bertemu dengan drone ini, jangankan lari. Mereka bisa langsung bisa 'menghilang'.
Baca Juga: Potong Kelamin Sendiri Hingga Putus, Pria Cianjur Ditolak Berobat di Rumah Sakit, Ini Alasannya
Sebab inilah drone paling mematikan yang pernah ada. Namanyadrone MQ-9 Reaper.
Dilansir daribusinessinsider.com pada Jumat (19/2/2021), droneMQ-9 Reaper sukses melakukan uji coba 'pembunuhan' pertamanya dalam simulasi terkontrol.
Uji cobapada akhir tahun lalu menunjukkan kepada Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) bahwa droneMQ-9 Reaper memiliki kemampuan untuk melakukan pertempuran udara ke udara.
Seperti saudara tempur berawaknya seperti F-15 Eagle atau F-22 Raptor, menurut Kolonel Julian Cheater, komandan Sayap 432 di Pangkalan Angkatan Udara Creech, Nevada.
"Sesuatu yang menakjubkan. Dia dapatmeluncurkan rudal udara-ke-udara terhadap target manuver yang menghasilkan tembakan langsung," kata Cheater.
Menurut Cheater, jika kondisi drone itu begitu baik, maka Angkatan Udara AS dapat menggunakannya dalam perang melawan Rusia atau China.
DroneMQ-9 Reaper memiliki muatan 3.750 pound dan membawa kombinasi rudal AGM-114 Hellfire dan GBU-12 Paveway II dan GBU-38 Joint Direct Attack Munitions.
"Muatan senjata MQ-9 tetap fleksibel," kata Cheater.
DroneMQ-9 Reaper juga lebih besar dan lebih mematikan mulai memperluas rangkaian misinya, terutama di daerah-daerah seperti Afghanistan.
Tercatatmisi droneMQ-9 Reaper meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan dengan MQ-1.
Reaper melakukan 950 serangan, menembakkan sekitar 1.500 senjata, antara Januari 2015 dan Agustus 2017, menurut statistik Komando Pusat Angkatan Udara yang diberikan kepada Military.com.
Sementara MQ-1 hanya melakukan 35 serangan, menggunakan sekitar 30 senjata, dalam jangka waktu yang sama.
"Kami mengkhususkan diri pada pengaturan perkotaan," kata Cheater.
"Itu adalah kemampuan penting yang dimiliki sangat sedikit pesawat dan awak pesawat."
Angkatan Udara AS juga baru-baru ini memindahkan kontingen MQ-9 ke Pangkalan Udara Larisa di Yunani untuk misi intelijen, pengawasan dan pengintaian di seluruh Afrika, menurut Defense News.
Terakhir,Cheater memastikan bahwa droneMQ-9 Reaper akan menjadi senjata masa depan AS.
Di mana tujuannya untuk mengumpulkan data dari seluruh dunia.(*)