Gridhot.ID - Soto memang sebuah makanan yang paling mudah ditemui di berbagai kota di Indonesia.
Dikutip Gridhot dari halaman wikipedianya, Soto sendiri merupakan makanan sederhana yang terbuat dari kaldu daging ayam ataupun sapi. Bahan-bahan yang mudah didapat juga membuat makanan tersebut sangat terjangkau harganya.
Salah satunya datang dari soto di Karanganyar yang satu ini.
Jika kita hanya memiliki uang Rp 1.000, pasti bingung apakah dapat untuk membeli makanan atau tidak.
Namun tenang, dengan uang seribu rupiah, ternyata bisa mengisi perut kosong.
Apalagi jika memang saat kantong kering kerontang.
Ya, di sudut Kabupaten Karanganyar, ada seorang ibu berjualan makanan tak lazim.
Kenapa? karena membanderol makanannya berupa soto hanya Rp 1.000 per porsi.
Dikutip Gridhot dari Tribun Solo, lokasinya di belakang Pabrik Gula Tasikmadu atau tepatnya berada di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Dusun Nglande, Desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu.
Pemilik warung soto tersebut, Dwiningsih (45) menceritakan kisahnya membangun warung tersebut.
Dia memulai sejak tahun 2012. Sampai saat ini sudah 9 tahun dia berjualan dan tidak pernah menurunkan harga.
Awalnya, warung tersebut dia rintis bersama rekan - rekan pengajiannya.
"Awalnya saya dan teman-teman membuka warung soto tapi harganya murah," katanya kepada TribunSolo.com, pada Kamis (4/3/2021).
Ternyata, perkembangan warung tersebut semakin baik dari waktu ke waktu.
Dwi juga bisa mengajak rekannya untuk bekerja bersama.
"Teman-teman yang belum punya pekerjaan saya ajak bergabung," ujarnya.
Dwi menegaskan, soal kualias dan rasa, walaupun harganya murah namun tidak murahan.
Minyak goreng, daging ayam, sampai bahan soto lainnya dipilih dengan cermat.
"Untuk beli ayam saja saya ambil dari teman kelompok pengajian," ungkapnya.
"Supaya saya tahu bahwa itu disembelih dengan cara yang halal," terangnya.
Cara kerja menjaga kualitas tersebut tidak pernah dia longgarkan.
"Saya malu kalau jual barang murahan, cukup harganya yang murah, kualitasnya jangan," kisahnya.
Dia mengatakan, dalam sehari bisa menghabiskan 50 kilogram beras dari pukul 06.00 WIB hingga 22.00 WIB.
"Kalau hari biasa bisa seribu mangkok sehari, namun karena pandemi berkurang cukup banyak," terangnya.
Sampai saat ini dia belum memiliki rencana untuk menaikan harga.
Buka Lapangan Kerja
Bahkan berbekal Rp 5 ribu, sudah bisa mendapatkan satu mangkuk soto, 4 buah gorengan dan segelas es teh.
Dwi menjelaskan, bahwa usahanya telah dirintis sejak tahun 2012 lalu.
"Sudah saya mulai sejak tahun 2012, dan Alhamdulillah tidak pernah naik hingga sekarang," katanya.
Dirinya sengaja memberi harga murah agar warga sekitarnya memiliki varian pilihan jajanan dengan harga rendah namun tetap berkualitas.
"Kalau soto harga Rp 4-5 ribu mungkin masih banyak, tapi kalau seribu mungkin saat ini saya sendirian," ujarnya.
Seperti yang Dwi jelaskan, semangkuk soto miliknya memang tak terasa murahan.
Kaldu daging sapi pada kuah soto masih terasa kuat.
Suwiran ayamnya juga masih cukup banyak, ditambah gorengan yang dihadirkan selalu diperbaharui sehingga akan tetap tersedia kehangatan untuk teman makan soto.
"Saya sengaja jaga kualitas, buat minyak goreng saja saya beli yang kemasan bukan jerigen," ungkapnya.
Meski harga murah, Dwi tak pernah merasa rugi yang terpenting dirinya bisa membantu warga sekitar dengan memberi lapangan kerja dan jajanan murah.
"Kita nyari berkah," ujarnya.
(*)