Gridhot.ID - Kudeta militer di Myanmar sepertinya sudah makin tak terkendali.
Dikutip Gridhot dari Kontan sebelumnya, militer Myanmar melakukan kudeta besar sejak 1 Februari lalu.
Sejak saat itu protes besar dari masyarakat sudah sampai memakan korban.
Yang terbaru adalah saat Militer Myanmar merayakan Hari Angkatan Bersenjata dengan parade dan pidato pada Sabtu (27/3/2021).
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, perayaan tersebut dilakukan di tengah protes tanpa henti yang dilancarkan penduduk Myanmar sejak kudeta pada bulan lalu.
Protes terjadi di sebagian besar negara, termasuk kota metropolitan Yangon, wilayah Mandalay utara, dan kota Bago di selatan.
Personel militer dan polisi dikatakan telah menggunakan peluru tajam dan menembak untuk membunuh.
Media lokal melaporkan, setidaknya 50 orang pedemo Myanmar ditembak mati oleh aparat keamanan pada saat parade militer di ibu kota Naypyidaw.
Di antara korban yang tewas tersebut salah satunya adalah Chit Bo Nyein, yang merupakan pemain sepak bola Myanmar. Chit Bo Nyein adalah kapten tim berusia 21 tahun dari klub Hantharwady United U-21.
Ia ditembak mati oleh militer Myanmar pada Sabtu, (27/3/2021) pagi di Yangon, ketika sedang membantu di kedai teh keluarganya.
Mempermalukan diri sendiri Duta Besar Inggris, Dan Chugg mengatakan di Twitter bahwa pasukan keamanan telah mempermalukan diri mereka sendiri dengan menembak warga sipil yang tidak bersenjata.
"Pada saat krisis ekonomi, Covid-19, dan situasi kemanusiaan yang memburuk, parade militer hari ini dan pembunuhan di luar hukum berbicara banyak untuk prioritas junta militer," tulis Chugg.
Baru-baru ini sebuah peringatan terselubung muncul dalam saluran berita di channel MRTV pada Jumat, 26 Maret 2021 malam.
Pesan tersebut telah mengeluarkan peringatan terselubung bahwa warga sipil harus belajar dari kematian orang lain.
"Anda bisa dalam bahaya ditembak di kepala dan punggung," bunyi pesan tersebut. Menurut Asisten Asosiasi Tahanan Politik (AAPP), setidaknya 328 orang tewas dan lebih dari 3.000 orang telah ditangkap dalam protes sejak kudeta 1 Februari lalu.
Akan tetapi ribuan penduduk Myanmar tidak gentar. Mereka tetap melakukan aksi demo rutin, meskipun jumlah korban dan ancaman terus meningkat.
Pemilu baru di Myanmar
Melansir Nikkei Asia, parade militer tersebut ditayangkan di saluran televisi yang dikendalikan oleh junta militer.
Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin menghadiri acara tersebut.
Pada Jumat (26/3/2021), Formin bertemu dengan Jenderal Min Aung Hlaing. Dalam pidatonya, Jenderal Min Aung Hlaing menegaskan kembali janjinya untuk mengadakan pemilu baru di Myanmar.
Jenderal Min Aung Hlaing mengklaim, tentara terpaksa merebut kekuasaan pada 1 Februari karena dia menuduh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) telah mencurangi pemilu.
Dia menambahkan, beberapa pemimpin partai telah dinyatakan bersalah melakukan korupsi dan tindakan hukum telah diambil terhadap mereka.
Sementara itu sebuah grup aktivis menghitung total pedemo Myanmar ditembak mati militer mencapai hampir 380 sampai hari ini.
(*)