"Saya berjabat tangan dengan Xanana dan saya harus berpura-pura bahwa saya tidak terlalu tertarik padanya," kata Sword pada 2002.
Fasih berbahasa Indonesia setelah dibesarkan di Bendigo dan Melbourne dan menyelesaikan gelar di Melbourne University, Sword bekerja sebagai guru dan juru kampanye hak asasi manusia di Jakarta.
Ketika itu dia mulai menyampaikan pesan dari Xanana di depan polisi dan tentara Indonesia.
Dia menggambarkan Gusmao, seorang pemimpin yang cerdik dalam perjuangan kemerdekaan Timor Timur.
Telah menjalani tujuh tahun dari hukuman penjara 20 tahun sebelum dibebaskan pada tahun 1999 setelah orang Timor Leste memilih untuk melepaskan diri dari Indonesia.
Beberapa orang terkejut ketika Sword, lalu menjadi sekretarisnya dan jatuh cinta dengan mantan pemimpin gerilyawan yang karismatik itu.
Mereka menikah pada tahun 2000 dan putra pertama mereka, Alexandre, lahir setelah itu.
Sword pindah ke Timor Leste sebagai rumahnya dan menjadi dikagumi secara luas di antara orang Timor Leste saat dia berkomitmen untuk pekerjaan menjadi ibu negara.