Gridhot.ID - Hubungan Bobby Nasution dengan Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara kini memang sedang panas dingin.
Dikutip Gridhot dari Kompas TV sebelumnya, hal ini bermula dari adanya perbedaan pendapat saat mengurus penanganan covid-19.
Edy sebelumnya menuturkan, karena lokasi karantina berada di Medan, maka sudah tentu pihaknya melibatkan unsur-unsur Kota Medan.
"Karena ini berada di Kota Medan, (tentu) juga ada unsur-unsur dari Kota Medan. Semua ada termasuk wartawan ada di dalam situ. Jangan bilang tidak tahu," ujar Edy.
Lebih lanjut, Edy mengatakan, jika memang Bobby masih tidak tahu soal lokasi karantina, sebaiknya ia mencari tahu sendiri. Bila perlu, kata Edy, tanyakan langsung pada Tuhan.
"Kalau tidak tahu, cari tahu. Kalau tidak tahu, tanya Tuhan Yang Maha Tahu," tutur Edy.
Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Medan Bobby Nasution akhirnya mengeluarkan balasan terkait protes Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi.
Dilansir gridhot dari TribunWow.com, hal itu diketahui dari tayangan di kanal YouTube Tribun Medan, Kamis (6/5/2021).
Sebelumnya Bobby Nasution memprotes Edy Rahmayadi terkait penempatan pasien isolasi selama masa larangan mudik Lebaran sehingga timbul polemik.
Edy lalu menyebut penanganan Covid-19 merupakan kerja tim, jika Bobby tidak mengetahui hal itu, ia langsung diminta bertanya kepada Tuhan.
Menanggapi hal itu, Bobby menjelaskan hal ini merupakan tugasnya sebagai bagian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Medan.
"Kami Pemerintah Kota Medan harus menginformasikan kepada seluruh masyarakat Kota Medan bagaimana kondisi perkembangan Covid-19," jelas Bobby Nasution.
Ia menyinggung sempat ada ketidakjelasan informasi tentang tempat karantina untuk warga dari luar yang hendak masuk ke Kota Medan dan sekitarnya.
Bobby menilai tidak baik jika semuanya ditempatkan di Medan, padahal warga tersebut berasal dari tempat lain di sekitarnya.
"Kemarin dikatakan sempat ada potensi penyebaran Covid. Salah satunya yang menjadi potensi itu tempat karantina," singgung menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini.
"Alangkah lebih baiknya tempat karantina yang dilakukan di hotel di Kota Medan, kalau kira-kira masyarakatnya bukan dari Kota Medan, seperti apa?" tanya dia.
"Yang bisa dijangkau, dikembalikan (ke kota asalnya). Misal Deli Serdang, Binjai, seperti itu," kata Bobby memberi saran.
Selain itu, Bobby mengaku belum mendapat teknis karantina yang dimaksud Edy Rahmayadi.
"Kalau tetap di Medan, kita diinformasikan hotel-hotel mana saja. Karena hotel yang dipakai untuk karantina, masyarakat belum tahu. Tiba-tiba ada yang tinggal di situ," katanya.
"Makanya kemarin kami menanyakan bagaimana karantinanya?" tanya Bobby.
Ia menyebut mendapat informasi bahwa sudah tidak ada yang karantina di hotel, tetapi kenyataannya masih ada saa dicek.
Dikhawatirkan, kata Bobby, akan ada pembauran dengan warga sekitar lokasi karantina saat sahur atau buka puasa.
Ia menegaskan tidak ingin menentang kebijakan Edy.
"Kita bukan mau apa-apa. Kalau memang itu masih, izinkan juga personil kami untuk membantu," jelas Bobby.
"Karena apa, ini keluarga WNI yang datang ke hotel, akhirnya dihalangi ketemu keluarganya. 'Kan enggak mungkin, kalau ada 100 WNI semuanya masing-masing keluarganya 2 saja kali 100, sudah 200, ini gimana?" singgung dia.
"Ini tugas kami untuk ikut membantu menjaga prokes, begitu saja," tegasnya.
(*)