Negeri Kanguru Geger, Nekat Sewa Pesawat dan Terbang dari Indonesia, Satu Keluarga Positif Covid-19 Ini Bikin Geram Warga Australia

Jumat, 02 Juli 2021 | 17:42
madura.tribunnews.com

ilustrasi penumpang pesawat

GridHot.ID - Satu keluarga yang diketahui positif covid-19 terbang dari Indonesia dan mendarat di Adelaide, Australia.

Kabar tersebut pun langsung menyita perhatian warga Negeri Kanguru tersebut.

Seperti dilansir dari TribunTravel.com, di masa pandemi seperti sekarang, terdapat beberapa syarat khusus naik pesawat.

Baca Juga: Daratan Sibuk Perang dengan Covid-19, Laut Hitam Malah Memanas Gara-gara Rusia dan NATO Dibantu Militer AS Gelar Latihan Tempur Besar-besaran

Salah satu di antaranya adalah calon penumpang harus negatif Covid-19.

Hal itu dapat ditunjukkan dengan melampirkan berkas hasil rapid test antigen, RT-PCR, maupun GeNose yang menyatakan bebas Covid-19.

Namun ada pengecualian pada sebuah penerbangan menuju Australia belum lama ini.

Baca Juga: Indonesia Kualahan Tangani Covid-19, Presiden Jokowi Keluarkan Keputusan PPKM Darurat untuk Jawa-Bali 3 - 20 Juli 2021, Berikut Aturan Lengkapnya

Dilansir dari Surya.co.id, satu keluarga yang baru pulang dari Indonesia menyedot perhatian warga Australia. Pasalnya satu keluarga yang terdiri tiga orang itu positif Covid-19. Namun Pemerintah Australia mengizinkan mereka masuk.

Warga Australia ramai-ramai mengkritik pemerintahnya.

Sunny Joura misalnya, menyebut keputusan yang mengizinkan mereka masuk sebagai kemunafikan. Sunny Joura, merupakan warga Australia yang pernah tertahan lama di India dan sempat batal berangkat ke Australia setelah diketahui positif Covid-19.

Dilaporkan, otoritas kesehatan dan Pemerintah di Australia Selatan telah menyetujui keluarga yang terdiri atas 3 orang untuk menggunakan prosedur penerbangan evakuasi medis dari Indonesia, yang biayanya ditanggung sendiri keluarga.

Baca Juga: Rumah Sakit di Jakarta Kembali Keteteran Tangani Pasien Covid-19, Usai IGD dan Kamar Membludak, Kini Harga Tabung Oksigen Dibanderol Sampai 2 Juta Rupiah

Keluarga yang terdiri dari 2 orang dewasa dan seorang anak sekarang masih menjalani karantina di medi-hotel Tom's Court di pusat Kota Adelaide, seperti yang dilansir dari ABC Indonesia pada Kamis (1/7/2021).

Jenis penerbangan evakuasi medis atau "medevac" ini merupakan yang pertama tiba di Australia Selatan sejak pandemi, namun Pemerintah setempat menyatakan hal itu lazim dilakukan antar negara bagian.

Padahal sebelumnya, pasien positif Covid-19 dari negara lain ditolak haknya untuk naik penerbangan repatriasi pulang ke Australia.

Baca Juga: Baru 4 Bulan Pimpin Kota Solo, Gibran Sudah Harus Buat Keputusan Sulit Gara-gara Ganasnya Covid-19 Gelombang Dua, Ini Daftarnya

Sunny mengatakan banyak warga negara Australia keturunan India masih tertahan di India, tak bisa pulang ke Australia, setelah hasil tes positif Covid-19.

"Saya sendiri adalah warga Australia yang tertahan dan akhirnya bisa ke Australia pada 27 Mei. Sejak itu saya membantu sesama warga Australia yang masih tertahan di negara lain," ujarnya.

Bantuan yang dimaksudkan Sunny ini yaitu menjelaskan prosedur, mendapatkan hotel karantina, apa yang harus dilakukan sebelum terbang, persyaratan tes Covid-19 atau sekadar menjawab pertanyaan di jejaring sosial.

Sunny mengaku sempat tertahan di India karena mengalami hasil tes positif palsu sebelum naik pesawat repatriasi kembali ke Australia.

Baca Juga: Tsunami Covid-19 India Giliran Serang Perbatasan, Bangladesh Ambruk Sampai Harus Dilockdown Demi Kurung Varian Delta

Dia menyebut keputusan membolehkan satu keluarga yang positif Covid-19 mendarat di Adelaide itu "sangat tidak adil". "Saya kaget melihat hal itu. Sangat mengejutkan. Saya merasa ada standar ganda di sini," katanya.

"Tidak semua orang memiliki uang sebanyak yang harus dibayar orang-orang ini untuk bisa menggunakan penerbangan medevac," tambah Sunny.

"Mereka bisa terbang dan pemerintah memberi izin," ungkapnya. "Sedangkan orang lain, misalnya di India atau negara lain yang memiliki kondisi kesehatan serius dan mungkin positif, ditolak izin masuknya atau jenis repatriasi khusus apa pun," jelasnya.

Baca Juga: Minum Obat Cacing Ivermectin, Karyawan Susi Pudjiastuti Dinyatakan Sembuh dari Covid-19 Setelah Hari ke-7, Sang Mantan Menteri: Alhamdulliah...

Evakuasi medis sudah dilakukan sebelum pandemi Menteri Utama negara bagian Australia Selatan, Steven Marshall, pada Kamis (1/7/2021) mengesampingkan kecaman itu.

Menurutnya adalah hal biasa di negara bagian di pesisir timur Australia untuk menyelenggarakan penerbangan medevac atau evakuasi medis dari luar negeri karena kedekatannya dengan wilayah Asia.

"Tapi dengan yang satu ini, karena mereka berasal dari Australia Selatan, keputusannya adalah membawa mereka ke sini. Jelas tidak ada campur tangan politik," katanya kepada ABC Radio Adelaide.

"Yang saya ketahui kemungkinan besar itu penerbangan medevac yang didanai pihak asuransi," ujar Premier Steven. Pejabat medis tertinggi Australia Selatan, Profesor Nicola Spurrier mengatakan apa yang terjadi sudah sesuai dengan "standar pemulihan medevac".

Baca Juga: Perjuangannya Jalani Kemoterapi Belum Usai, Imel Putri Justru Dinyatakan Positif Covid-19, Begini Kondisi Janda Sirajuddin Sekarang

"Medevac terjadi di pesawat ukuran kecil yang dijadikan sebagai rumah sakit. Cara seperti ini sudah ada sebelum Covid-19," jelasnya.

"Biasanya bila orang bekerja di negara tetangga dekat dengan Australia dan mereka jatuh sakit, sementara sistem perawatan di negara itu tak mampu menanganinya, maka pemulihan medevac berlaku. Itu diatur antara pihak rumah sakit," ujar Profesor Nicola.

Ia menambahkan, diperlukan izin dan persetujuan dari Pemeritah Federal sebelum pasien bisa diterbangkan kembali melalui metode medevac. "Yang saya dengar, orang tersebut bekerja untuk sebuah perusahaan Australia di luar negeri. Kemudian, perusahaan itu berkewajiban untuk membantu jika Anda jatuh sakit," katanya.

Baca Juga: Di Facebook Sok Jago Tantang Satgas Covid-19, Warung Burjo Ini Langsung Dijebol Satpol PP Sampai Kursi dan Mejanya Disita, Ternyata Ini Permasalahannya

"Ini adalah prosedur standar, hal biasa yang terjadi dalam pemulihan medevac, terlepas dari pandemi atau tidak ada pandemi, hal ini telah berlangsung selama bertahun-tahun," ujar Prof Nicola Spurrier lagi.(*)

Tag

Editor : Desy Kurniasari

Sumber Surya.co.id, tribuntravel.com