GridHot.ID - Tak ada yang tahu, nasib seseorang akan berubah jika kita mau berusaha dan berdoa.
Seperti kini yang dialami oleh Achmad Zaky, pendiri e-commerce Bukalapak.
Seperti yang sudah diketahui banyak orang, Achmad Zaky lahir dan besar di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Dikutip Gridhot dari Tribunwow, Achmad Zaky tumbuh dan besar dilingkungan perkampungan biasa, tepatnya di Dukuh Manggis, Kelurahan Jati, Kecamatan Masaran, Sragen, Jawa Tengah.
Rumahnya pun terlihat sederhana, dan jauh dari kata mewah.
Kini Zaky mempunyai total harta kekayaan Rp 4,7 triliun.
Capaian itu terjadi setelah Bukalapak melakukan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran kepada publik pertama pada Agustus 2020 lalu.
Dengan begitu, Bukalapak tercatat menjadi unicorn pertama, yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Harga saham Bukalapak pun langsung melambung tinggi, yang berdampak kepada Achmad Zaky, yang memiliki 4,3 persen saham Bukalapak.
Meski kini namanya tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia, rumah masa kecil Achmad Zaky jauh dari kesan mewah.
Bahkan, rumah itu sama sekali tak mencerminkan rumah seorang crazy rich, atau pengusaha yang kaya raya.
Rumahnya pun tidak menonjol, jika dibandingkan rumah-rumah tetangganya.
Rumah itu bahkan disebut mengalami sedikit saja renovasi.
Gaya arsitekturnya masih jadul, tidak memakai arsituektir minimalis, postmodern, atau arsitektur bergaya industrial yang kini lagi ngetren.
Di samping rumahnya, terdapat sebuah masjid, untuk kegiatan beribadah masyarakat.
Rumah Achmad Zaky di Sragen
Saat ini, rumah tersebut ditinggali oleh ibu dan kakaknya.
Sedangkan, dibagian belakang rumah Achmad Zaky, didirikan sebuah tower jaringan komunikasi.
Di lingkungan itulah, dulu Achmad Zaky menghabiskan waktu anak-anak dengan bermain bersama temannya.
Ketua RT, yang juga merupakan tetangga Achmad Zaky, Mulyanto mengatakan semenjak tinggal di Jakarta, Achmad Zaky jarang pulang ke Sragen.
"Semenjak pindah, jarang pulang ke Sragen, terakhir pulang sebelum lebaran, paling setahun sekali pulangnya," kata Mulyanto kepada TribunSolo.com, Senin (9/8/2021).
Selain itu, kini keluarga Achmad Zaky juga mengelola sebuah Taman Kanak-kanak, yang berada tepat didepan rumahnya.
"Dulu Achmad Zaky TKnya di situ, sekarang sudah dikelola oleh kakaknya," ujarnya.
Sekolah tersebut, menjadi saksi bagaimana seorang Achmad Zaky tumbuh.
Untuk itu, keluarganya pun meneruskan operasional TK tersebut, dan sekarang dikelola yayasan Ibnu Rusdi yang tak lain, nama orang tua Achmad Zaky.
"Sekarang sudah direnovasi, dikelola yayasan Ibnu Rusdi sejak 8 tahun lalu," jelasnya.
Kehidupan Achmad Zaky waktu kecil sendiri jauh dari hingar bingar kemewahan.
Zaky, begitu panggilannya, tumbuh di lingkungan perkampungan biasa, di pinggir jalan Raya Ngawi-Solo, Kecamatan Masaran.
"Zaky itu kecilnya sama seperti anak-anak biasanya, sering kumpul-kumpul untuk bermain bareng, main bola di lingkungan sini," kata Mulyanto kepada TribunSolo.com, Senin (9/8/2021).
Selain itu, Zaky kecil juga dikenal sebagai anak yang suka belajar mengaji.
"Waktu kecil, Zaky juga mengajar mengaji di masjid samping rumahnya itu," singkatnya.
Kepandaian dan kecerdikan Zaky, sudah terlihat sejak kecil.
Meski begitu, tak membuatnya menutup diri dari lingkungan sekitarnya, dan malah membaur dengan semua orang di kampungnya.
Bahkan, Zaky juga tak malu untuk ikut aktif berkegiatan di karang taruna.
"Kebetulan dulu saya sebagai ketua karang tarunanya, Zaky orangnya aktif, ada orang hajatan, ya ikut membantu, jadi panitia lomba 17 agustusan," jelasnya.
Semasa masih merintis Bukalapak, Mulyanto tahu benar perjuangan Achmad Zaky.
"Zaky memang merintis Bukalapak dari nol, dulu ibunya cerita ke saya, kalau karyawan Zaky awalnya hanya 10 orang, terus tambah 20, 50 orang, sampai sekarang saya nggak tahu jumlah karyawannya berapa," jelasnya.
Meski kini, Zaky jarang pulang ke Sragen dan telah sukses, Mulyanto mengungkapkan jika Zaky masih sosok yang sama.
"Orangnya baik, masih sama seperti dulu, kalau ketemu orang ya menyapa, tidak menonjolkan, jika dia punya Bukalapak," jelasnya.
Bahkan, meski berada jauh di Jakarta, Zaky masih aktif dalam kegiatan di kampungnya.
"Kalau sekarang, ya bantu-bantu memberi hadiah 17an, kalau kita mengajukan proposal ya diterima, ya masih aktif, meski tidak secara langsung," pungkasnya.
(*)