Gridhot.ID - Situasi Afghanistan hingga saat ini masih terus mengerikan.
Dikutip Gridhot dari Kompas TV, presiden Amerika Serikat, Joe Biden sampai harus mengirimkan 1000 pasukan tambahan ke negara tersebut demi keamanan yang maksimal.
Hal ini diakibatkan Taliban mulai bergerak agresif hingga berusaha menguasai kota-kota penting.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jabar, Taliban, organisasi militer yang sempat diperangi Amerika Serikat, saat ini menguasai lebih dari setengah ibu kota provinsi.
Bahkan, sempat dikabarkan bahwa organisasi tersebut mendekati ibu kota, Kabul.
Para militan Taliban juga disebut-sebut menyerbu rumah mewah milik mantan Wakil Presiden Afghanistan dan juga petinggi militer, Jenderal Rashid Dostum.
Jenderal Rashid Dostum, sekutu penting Amerika Serikat selama 20 tahun saat AS melancarkan kampanye memerangi Taliban yang dianggap kelompok teroris.
Sputnik News terbitan Minggu (15/8/2021), mengabarkan bahwa pada Sabtu waktu setempat, para militan sedang menikmati rumah Jenderal Rashid Dostum. Videonya sempat beredar.
Sang jenderal sendiri saat rumahnya dijarah dikabarkan sudah mengamankan dirinya ke tempat aman.Di video, para militan Taliban mengecek seisi rumah yang dipenuhi barang mewah.
Rumah mantan wakil presiden Afghanistan itu berada di Mazar El Sharif, kota terbesar ke empat di Afghanistan yang sudah dikuasai Taliban.
Kemunculan video ini pun diikuti oleh 'klaim belum terverifikasi' tentang teroris yang memerangi pasukan pemerintah di pinggiran Kabul, ibu kota Afghanistan.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berjanji untuk mencegah 'ketidakstabilan lebih lanjut' di negaranya dalam menghadapi serangan Taliban yang sedang berlangsung saat ini.
"Sebagai Presiden Anda, fokus saya adalah mencegah terjadinya kekerasan dan penyanderaan orang-orang saya," kata Ashraf Ghani, saat berpidato untuk negaranya pada hari Sabtu kemarin.
Ia menyebut prioritas utama pemerintah saat ini yakni memobilisasi kembali pasukan keamanan dan pertahanan Afghanistan.
"Pemerintah telah memulai konsultasi ekstensif tentang situasi di Afghanistan, baik di dalam maupun luar negeri, dan hasilnya akan segera disampaikan kepada publik," tegas Presiden Afghanistan.
Siapa Taliban
Didirkan pada 1994 oleh Mullah Mohammad Omar bersama para pengikutnya untuk menentang korupsi. Taliban secara harfiah berarti "mahasiswa" dalam bahasa Pashto, mengacu pada anggota pendirinya yang seorang mahasiswa.
Kelompok ini awalnya menarik anggota dari Pejuang Mujahidin yang mendorong pasukan Uni Soviet dari Afghanistan pada 1980-an. Karena menguat, Taliban menguasai sebagian besar negara pada 1996 hingga memerintah selama lima tahun.
Pada 2001, Amerika Serikat diserang saat peristiwa 9/11 di New York dan Washington yang menewaskan 3000 orang.
Amerika Serikat meyakini bahwa al-Qaeda, dan pemimpinnya Osama Bin Laden, sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan itu. Setelah peristiwa itu, Osama bin Laden bersembunyi di Afghanistan di bawah perlindungan Taliban.
AS meminta Taliban meminta menyerahkan Osama bin Laden namun ditolak. Akhirnya, AS melakukan intervensi militer.
AS dengan cepat menyingkirkan Taliban dan bersumpah untuk mendukung demokrasi dan menghilangkan ancaman kelompok teroris. Para militan Taliban menyelinap pergi dan kemudian berkumpul kembali.
Pada tahun 2014, pada akhir tahun paling berdarah sejak 2001, pasukan internasional NATO mengakhiri misi tempur mereka, menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara Afghanistan.
Baca Juga: Ditanya Soal Ciuman dengan Rossa, Afgan Singgung Soal Rahasia, Ini Curahan Hatinya Soal Oca
Hal itu menjadikan momentum bagi Taliban untuk merebut lebih banyak wilayah. Pembicaraan damai antara AS dan Taliban dimulai secara sementara.
Pemerintah Afghanistan hampir tidak terlibat, dan kesepakatan tentang penarikan muncul pada Februari 2020 di Qatar.
Kesepakatan AS-Taliban tidak menghentikan serangan Taliban. Mereka mengalihkan fokus mereka ke pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil, dan menargetkan pembunuhan. Area kendali mereka pun berkembang.
Pada tahun 2014, pada akhir tahun paling berdarah sejak 2001, pasukan internasional NATO mengakhiri misi tempur mereka, menyerahkan tanggung jawab keamanan kepada tentara Afghanistan.
Hal itu menjadikan momentum bagi Taliban untuk merebut lebih banyak wilayah. Pembicaraan damai antara AS dan Taliban dimulai secara sementara.
Pemerintah Afghanistan hampir tidak terlibat, dan kesepakatan tentang penarikan muncul pada Februari 2020 di Qatar. Kesepakatan AS-Taliban tidak menghentikan serangan Taliban.
Mereka mengalihkan fokus mereka ke pasukan keamanan Afghanistan dan warga sipil, dan menargetkan pembunuhan. Area kendali mereka pun berkembang.
Lalu Apa yang Terjadi saat Ini?
Menurut sebuah analisis yang diterbitkan di The Washington Post, taktik Taliban menunjukkan tujuan mereka untuk merebut perbatasan dan wilayah yang diperebutkan selama pemerintahan sebelumnya.
"Mengambil kendali atas daerah-daerah ini mungkin memungkinkan Taliban untuk menekan lawan-lawan politiknya sambil menghasilkan pendapatan puluhan juta sebelum akhir tahun," kata laporan itu.
Sekaligus menunjukkan kelompok itu mengambil kendali kembali dari pemerintah Afghanistan terpilih dalam beberapa hari mendatang.
(*)