Gridhot.ID - Indonesia kini sedang merayakan hari kemerdekaannya yang ke 76.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, Istana Merdeka seperti biasa menggelar upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan di tanggal 17 Agustus 2021.
Di setiap momen perayaan hari kemerdekaan, kita pasti selalu menyanyikan lagi Hari Merdeka dan 17 Agustus.
Berikut sosok Husein Mutahar atau H Mutahar pencipta lagu Hari Merdeka atau 17 Agustus.
17 Agustus tahun 45. Itulah hari kemerdekaan kita. Lirik tersebut adalah penggalan lagu 17 Agustus berjudul Hari Merdeka.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jakarta, lagu Hari Merdeka sering terdengar menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang diperingati setiap 17 Agustus.
Pencipta lagu 17 Agustus atau Hari Merdeka adalah Husein Mutahar atau yang dikenal H Mutahar.
Husein Mutahar adalah sosok yang terlibat dalam sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan.
Lahir di Semarang, Jawa Tengah, pada 5 Agustus 1916, Husein Mutahar dikenal sebagai komposer musik Indonesia, terutama di kategori lagu kebangsaan dan lagu anak-anak.
Selain Hari Merdeka, Husein Mutahar menciptakan Himne Syukur, Dirgahayu Indonesiaku, Gembira, Tepuk Tangan Silang-Silang, Mari Tepuk, Slamatlah, Jangan Putus Asa, Saat Berpisah, dan Himne Pramuka.
Husaein Mutahar yang wafat di Jakarta pada 9 Juni 2004 itu adalah penyelamat bendera Merah Putih saat Soekarno dan Hatta diasingkan Belanda.
Dikutip dari Tribun Jateng, Husein Mutahar pernah diperintahkan Presiden Soekarno untuk menyelamatkan bendera pusaka saat situasi Kota Yogyakarta, yang menjadi ibu kota Indonesia, dalam keadaan sulit.
Saat itu, pada 1948, tentara Belanda melancarkan serangan besar-besaran sebagai rangkaian dari agresi militer ke-2.
“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada diriku. Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu pribadi. Dalam keadaan apa pun, aku memerintahkan kepadamu untuk menjaga bendera ini dengan nyawamu," demikian Soekarno kepada Husein Mutahar dalam buku "Bung Karno: Penjambung Lidah Rakjat" karya Cindy Adams.
Pada agresi militer II, serangan yang dipimpin Van Mook itu melibatkan pesawat-pesawat terbang P-51 yang melintas rendah di atas Kota Yogyakarta.
Dalam waktu singkat, Yogyakarta diduduki.
Pangkalan Udara Maguwo direbut dan markas komando militer kota juga dibom.
Bung Karno dan Bung Hatta ditawan oleh Belanda. Keduanya dibuang ke Berastagi, Sumatera Utara, sebelum dibuang ke Pulau Bangka.
Dikutip dari buku Berkibarlah Benderaku: Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka yang ditulis oleh Bondan Winarno, Mutahar langsung menjalankan perintah Bung Karno. Ia langsung menerima perintah Presiden di masa genting itu.
"Bendera ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," demikian kata Soekarno.
Mutahar lantas memikirkan cara membawa bendera pusaka tersebut.
Selanjutnya, disebutkan bahwa Husein Mutahar dibantu oleh seseorang bernama Pernadinata, untuk membuka jahitan bendera menjadi dua.
Dengan demikian, bendera Merah Putih terlihat sebagai dua kain berwarna merah dan putih.
Pasca Agresi Militer II Belanda, 6 Juli 1949, Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Yogyakarta setelah diasingkan Belanda.
Sebulan kemudian, 17 Agustus 1949, bendera pusaka dikibarkan kembali di Gedung Agung Yogyakarta untuk memperingati hari ulang tahun ke-4 RI.
Atas jasanya menjaga bendera pusaka, Mutahar mendapatkan anugerah Bintang Mahaputera pada 1961.
Selain menciptakan lagu 17 Agustus, Husein juga merupakan tokoh iutama pendiri gerakan Pramuka Indonesia.
Ia juga berjasa sebagai tokoh pencetus ide Paskibraka.
(*)