Gridhot.ID - Kondisi Afghanistan kian tak terkendali.
Dikutip Gridhot dari Kontan sebelumnya, Amerika Serikat diketahui masih berusaha mengevakuasi orang-orangnya dari tanah yang sekarang dikuasai Taliban tersebut.
Namun di tengah segala kekacauan, Amerika Serikat justru melakukan tindakan tak terduga.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, pemerintah AS mengakui mereka menyerahkan daftar orang Afghanistan yang sudah membantu mereka ke Taliban.
Dilaporkan Politico, Washington memberikan daftar warga AS, pemegang kartu hijau, hingga sekutu lokal ke milisi.
Sebabnya, pemilik nama yang tertera di daftar bisa diizinkan masuk oleh milisi ke Bandara Internasional Hamid Karzai Kabul.
Penyerahan itu terjadi meski Taliban dikenal kerap mengeksekusi orang Afghanistan yang membantu AS beserta sekutunya.
"Gampangnya, mereka menyerahkan orang Afghanistan menjadi target pembunuhan," kata sumber internal Washington kepada Politico.
Dalam konferensi pers Kamis (26/8/2021), Presiden Joe Biden mengakui militer melakukan kontak dengan Taliban.
"Misalnya, mereka mengatakan bus ini datang dengan jumlah sekian orang di dalamnya, terdiri dari daftar sebagai berikut," kata dia.
Diwartakan New York Post Jumat (27/8/2021), untuk beberapa kasus milisi yang menguasai Afghanistan sejak 15 Agustus itu membiarkannya.
"Tetapi saya tidak bisa memberi tahu kalian kalau ada daftar nama. Mungkin ada, tetapi saya tak tahu jelasnya," ucap Biden.
Presiden berusia 78 tahun itu berkilah situasinya seperti ada rombongan datang, dan milisi membiarkannya setelah melihat daftarnya.
Pengakuan tersebut terjadi beberapa hari setelah milisi membentuk eksekutor, yang mendatangi rumah ke rumah. Mereka memburu individu yang dianggap sebagai kolaborator Barat.
Puluhan ribu orang yang membantu mereka pun terancam bahaya.
Politico melaporkan, kesalahan besar yang dibuat Gedung Putih terjadi ketika pertemuan rahasia digelar awal pekan ini.
Sumber itu menuturkan, rapat tertutup tersebut berlangsung panas karena pejabat yang menyerahkan "daftar buruan" itu membela dirinya.
Menurut si pejabat, daftar itu satu-satunya upaya mereka untuk mencegah bentrokan antara pasukan AS dan Taliban di bandara.
Pemerintahan Biden menggantungkan keberadaan milisi untuk memberikan perlindungan di luar perimeter bandara.
Jenderal Frank McKenzie dari Komando Sentral (CENTCOM) dan Laksamana Madya Peter Vasely, komandan pasukan AS di Afghanistan, menyebut Taliban sebagai "mitra kami".
"Mereka terpaksa melakukannya karena situasi yang dibuat sendiri oleh Gedung Putih, dengan membiarkan Taliban menguasai luar bandara," ungkap sumber itu.
(*)