Timos Leste Bakal Makin Nelangsa, Australia Dikabarkan Menang Kesepakatan Pengeboran Sumur Buffalo, Begini Nasib Perekonomian Bumi Lorosae Kedepan

Sabtu, 04 September 2021 | 19:00

Ilustrasi ladang minyak bumi.

Gridhot.ID-Timor Leste kian tergiur dengan pendapatan USD 600 Juta jika pengeboran sumur Buffalo-10 berhasil dibor akhir Oktober tahun ini.

Lagi-lagi, operator dalam proyek ini adalah perusahaan Australia, Carnarvon Petroleum.

Tidak hanya Australia, Inggris lewat Advance Energy mengatakan mereka juga akan terlibat dalam pengeboran kilang minyak Buffalo di lepas pantai Timor Leste.

Dilansir dari Intisari-Online, Carnarvon dan Advance mengatakan mereka telah memilih rig pengeboran jack up untuk eksplorasi sumur Buffalo-10 dan kontak formal sekarang sedang difinalisasi.

Baca Juga: PM Jepang Yoshihide Suga Mundur, Kebijakan Besar Ini Jadi Awal Mula Kehancurannya Sampai 'Dikhianati' Partainya Sendiri

Jika semua terlaksana dengan baik maka pengeboran akan dimulai akhir Oktober dan hasilnya akan keluar awal Desember.

Melansir Energy Voice, Carnarvon Petroloeum dan Advance Energy berharap mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak yang tampaknya ditinggalkan oleh operator sebelumnya, termasuk BHP dan Nexen Petroleum di lepas pantai Timor Leste.

Jika proyek pengeboran ini berhasil dapat membuka lebih dari 30 juta barel minyak.

Baca Juga: Takut Segepok Uang dari Baim Wong Dikira Tak Halal, Badut Jalanan Ini Ogah Istrinya Beripikir Macam-macam, Suami Paula Langsung Unggah Bukti Agar Sumbangannya Bisa Diterima Tanpa Dipertanyakan

Carnarvon Petroleum Australia mengatakan Kamis 2 September 2021, bahwa alat pendongkrak pengeboran (rig pengeboran jack-up) Valaris JU-107 telah dikontrak untuk mengebor sumur Buffalo-10 setelah unit tersebut menyelesaikan kontraknya saat ini.

Anjungan tersebut saat ini beroperasi di Laut Timor, sekitar 300 km dari lokasi Buffalo, dan diperkirakan akan menyelesaikan operasi tersebut dalam waktu sekitar delapan hingga 10 minggu dari sekarang.

Setelah itu akan dimobilisasi ke lapangan Buffalo yang bersejarah, kata Carnarvon.

Baca Juga: Satu Teka-teki Kasus Pembunuhan Subang Terpecahkan, Pemilik Sepatu Putih yang Diendus Anjing Pelacak Terbongkar, Ternyata Ini Sosoknya

Melansir Tribunnews.com, operator Carnarvon Petroleum yang terdaftar di Australia, dan mitra yang terdaftar di Inggris, Advance Energy, berharap untuk mengembangkan lebih dari 30 juta barel minyak yang tampaknya tidak dimiliki oleh operator sebelumnya, termasuk BHP dan Nexen Petroleum, di lepas pantai Timor Timur, juga dikenal sebagai Timor Leste.

Ladang minyak Buffalo awalnya ditemukan pada tahun 1996 oleh BHP dan menghasilkan 20,5 juta barel minyak ringan antara tahun 1999 dan 2004.

BHP mengoperasikan lapangan tersebut selama dua tahun sebelum dijual ke Nexen.

Kedua operator gagal membuka kunci minyak yang ada di puncak geologis lapangan, yang dikenal sebagai loteng.

Baca Juga: Bukan Syahrini atau Nagita Slavina, Ternyata Sosok Wanita Ini yang Sandang Predikat Jadi Wanita Terkaya di Indonesia dengan Kekayaan Capai Rp 11 Triliun, Intip Potretnya

Meskipun beberapa pengamat industri skeptis bahwa operator sebelumnya dapat melewatkan volume minyak yang begitu besar, kepala eksekutif Advance, Leslie Peterkin, awal tahun ini menjelaskan kepada Energy Voice alasannya di balik taruhan optimis pada Buffalo.

Sebelumnya diberitakan, jika semua terlaksana dengan baik, maka pengeboran akan dimulai akhir Oktober dan hasilnya akan keluar awal Desember 2021.

Cadangan minyak yang disebut loteng tersebut adalah minyak/gas yang terletak di antara sumber tertinggi dalam reservoir dan segel reservoirnya.

Biasanya sangat sulit memproduksi minyak cadangan jenis ini.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Istri Ahmad Dhani Kumandangkan Kabar Duka, Mulan Jameela Terpukul Kehilangan Sosok Pria Penting Ini

Jika pengeboran terbukti berhasil dan mereka menemukan sekitar 30 juta barel minyak, maka Timor Leste dapat mengantongi sekitar USD 450 juta selama masa proyek lima tahun, menurut Peter Strachan, seorang analis energi independen yang berbasis di Perth.

Ini didasarkan pada harga minyak USD 75 per barel dengan biaya pengembangan dipatok USD 450 juta dan biaya operasi USD 1.050 juta.

Jika biaya pembangunan kurang dari USD 450 juta ($15/barel), maka pemerintah Timor Leste akan menerima lebih banyak.

Baca Juga: Hot News! Putra Sulung Kiwil Rela Jadi Tukang Ojek, Rohimah Ngaku Hidup Susah Usai Tak Dapat Nafkah

Jika proyek ini lolos, maka Timor Leste kembali terjebak dalam urusan pengeboran minyak bersama Australia yang sudah lama memperalat mereka demi cadangan minyaknya.

Sejak merdeka, hubungan Timor Leste dengan Australia telah ditutupi oleh satu faktor penting: minyak dan gas dalam perbatasan maritim mereka.

Hubungan memburuk tahun 2012 ketika Timor Leste menantang Perjanjian Susunan Maritim Tertentu di Laut Timor (CMATS) yang disepakati dua negara tahun 2006.

Baca Juga: Efektif Dapatkan Pacar, Denny Darko Bongkar Caranya Pikat Hati Wanita, Nekat Berpura-pura Ahli Lakukan Ini

Kesepakatan itu mengatur moratorium 50 tahun dalam negosiasi batas maritim, atau 5 tahun setelah eksploitasi ladang minyak Greater Sunrise berakhir, yang ternyata terjadi lebih cepat.

Hingga 2016, Timor Leste mengawali penggunaan proses konsiliasi UNCLOS: mediasi wajib tidak mengikat antara negara yang sedang bersengketa secara maritim.

Panel konsiliasi terdiri dari 5 hakim menemukan kesepakatan CMATS dalam menentukan batas maritim terbilang invalid.(*)

Baca Juga: Keluarganya Diteror, Al Nekat Mengendarai Truk untuk Lakukan Hal Berbahaya Ini, Berikut Sinopsis Ikatan Cinta 4 September 2021

Tag

Editor : Nicolaus

Sumber tribunnews, intisari-online