Disebut Menimbulkan Kemandulan, 3 Mitos Tentang Vaksin Covid-19 Ini Jangan Pernah Dipercaya, Perhatikan Baik-baik Daftarnya

Jumat, 10 September 2021 | 16:42
Tribunnews/Jeprima

Ilustrasi vaksin Covid-19 untuk peserta CPNS 2021

Gridhot.ID - Vaksin covid-19 memang memiliki beberapa efek samping.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, efek samping paling normal yang terjadi setelah tubuh mendapat vaksin covid-19 adalah demam ringan yang akan hilang dengan cepat.

Bahkan beberapa orang bisa tak merasakan efek samping.

Baca Juga: Wajah Jadulnya 25 Tahun Lalu Terungkap, Pelawak Ini Ternyata Punya Harta Rp 90 Miliar, Kini Digadang-gadang Jadi Artis Terkaya di Senayan

Memang Pemerintah hingga saat ini terus menggalakkan program vaksin Covid-19.

Dikutip Gridhot dari Kontan, tujuannya tak lain untuk membangun herd immunity atau kekebalan kelompok, sehingga bisa menekan angka penyebaran Covid-19.

Hanya saja, banyak sekali rumor atau mitos yang beredar mengenai vaksin Covid-19. Dalam laman resminya di covid19.go.id, Satgas Penanganan Covid-19 mengimbau, sebaiknya masyarakat jangan langsung percaya pada informasi yang belum jelas kebenarannya terlebih di media sosial maupun pesan berantai.

Baca Juga: Nasib Artis Cantik yang Pernikahan Mewahnya Dulu Dihadiri Wakil Presiden, Kini Cerai dan Diteror Santet, Begini Kata Roy Kiyoshi

Berikut mitos-mitos tentang vaksin Covid-19, seperti yang dikutip Kontan dari covid19.go.id:

1. Menimbulkan kemandulan

Mitos pertama adalah vaksin Covid-19 yang disuntikkan kepada penerimanya disebut akan menimbulkan risiko infertilitas atau kesuburan.

Gangguan tersebut berupa kemandulan bagi wanita.

Mengenai hal ini, ahli vaksin yang berspesialisasi dalam bidang epidemiologi pneumokokus, Dr. Katherine O'Brien menjelaskan bahwa vaksin yang diberikan tidak dapat menyebabkan kemandulan.

“Ini adalah rumor yang telah beredar tentang banyak vaksin yang berbeda dan rumor tersebut tidak benar. Tidak ada vaksin yang menyebabkan kemandulan,” kata Kate dalam sesi wawancara Episode 24 tentang Vaccine myths vs science bersama World Health Organization (WHO).

Baca Juga: Jor-joran Beri Mahar Rp 1 Miliar, Rizky Billar Diisukan Terlilit Utang Setelah Gelar Pesta Pernikahan, Suami Lesti Kejora Beberkan Fakta Sebenarnya

2. Mengubah DNA

Mitos lainnya adalah Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang merupakan materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang disebut akan berubah setelah vaksin Covid-19 masuk ke dalam tubuh.

Menanggapi hal ini, Kate yang juga ahli epidemiologi dan dokter penyakit menular mengatakan tidak mungkin vaksin dapat mengubah DNA seseorang.

“Kami sudah sering mendengar rumor ini. Kami memiliki dua vaksin sekarang yang disebut sebagai vaksin mRNA, dan tidak mungkin mRNA dapat berubah menjadi DNA sel manusia kita,” kata Kate.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa mRNA, itu instruksi tubuh untuk membuat protein.

Kebanyakan vaksin dikembangkan dengan benar-benar memberikan protein atau memberikan komponen kecil dari kuman yang dicoba untuk divaksinasi.

“Dan ini adalah pendekatan baru di mana alih-alih memberikan bagian kecil itu, kami hanya memberikan instruksi kepada tubuh kita sendiri untuk membuat bagian kecil itu dan kemudian sistem kekebalan alami kita meresponsnya,” jelas Kate.

Baca Juga: 'Ijonk Ririn Tak Berjodoh!' Ahli Tarot Ungkap Hal Mengejutkan Jika Jonathan Frizzy Kembali Nikah Beda Agama, Bakal Senasib dengan Dhena Devanka?

3. Terdapat bahan kimia yang membahayakan

Mitos lain yang cukup membuat gempar hingga membuat sebagian kalangan enggan melakukan vaksinasi adalah kabar mengenai komposisi vaksin yang didalamnya terdapat bahan kimia yang membahayakan orang yang mendapat vaksin.

Kate menegaskan, hal ini adalah mitos besar. Vaksin yang disuntikkan ke penerimanya sudah dipastikan aman.

Semua komponen yang masuk ke dalam vaksin diuji secara berat untuk memastikan bahwa semua yang ada di sana, termasuk dosis aman untuk manusia.

“Vaksin memang mengandung sejumlah elemen yang berbeda dan masing-masing telah diuji. Sebelum diberikan kepada manusia, mereka diuji pada hewan dan diuji untuk masalah apapun pada hewan. Dan baru kemudian mereka masuk ke manusia di mana kami menguji dalam uji klinis dengan puluhan ribu orang akhirnya menerima vaksin sebelum mereka diizinkan untuk digunakan di masyarakat umum,” papar Kate.

Baca Juga: Pulau Dewata Siap Sambut Kembali Kedatangan Wisatawan, Tempat-tempat Wisata Pulau Bali Mulai Dibuka Meski PPKM Berlangsung, Simak Syarat dan Aturannya untuk Berkunjung

Menyoal keamanan, sambung Kate, adalah bagian terpenting dari uji klinis tersebut.

Setiap vaksin melewati evaluasi keamanan untuk memastikan bahwa itu aman sebelum digunakan di masyarakat umum.

“Selain itu, pembuatan vaksin memiliki pengawasan kualitas yang konstan sehingga setiap bahan yang masuk ke dalam vaksin dipastikan memiliki kualitas terbaik dan aman untuk digunakan pada manusia,” ucapnya.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang