Kekuasaannya Bagai Bawa Derita, Taliban Disebut Lecehkan dan Intimidasi Staf PBB yang Bertugas, Ini Pengakuan Utusan Khusus

Sabtu, 11 September 2021 | 05:13
REUTERS/Abdul Khaliq Achakza

People standing on a vehicle hold Taliban flags as people gather near the Friendship Gate crossing point in the Pakistan-Afghanistan border town of Chaman, Pakistan July 14, 2021. Picture taken July 14, 2021. REUTERS/Abdul Khaliq Achakzai

Gridhot.ID - Kondisi Afghanistan memang masih mencekam.

Dikutip Gridhot dari Kompas.com, sebelumnya diketahui Taliban telah berkuasa setelah mereka berhasil menggulingkan pemerintahan Afghanistan hanya dalam waktu 10 hari.

Kini warga luar yang masih bertugas di Afghanistan hidup diliputi ketakutan.

Baca Juga: Putus Sekolah Sejak Kelas 2 SMP, Celine Evangelista Bongkar Fakta Dirinya Tak Pernah SMA, Ini Alasannya

Dikutip Gridhot dari Kontan, kantor Perwakilan PBB di Afghanistan melaporkan, banyak stafnya yang mendapat pelecehan dan intimidasi sejak Taliban mengambil alih negara tersebut.

Utusan Khusus PBB untuk Afghanistan Deborah Lyons pada Kamis (9/9) mengatakan, tindakan tersebut banyak terjadi di kantor perwakilan mereka.

"Kami semakin khawatir dengan banyaknya insiden pelecehan dan intimidasi terhadap staf nasional kami. Kami akan terus melakukan segala kemungkinan untuk mendukung staf kami dan menjaga mereka dari bahaya," kata Lyons saat berbicara di hadapan Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Baru Hirup Udara Segar Usai Tsunami Covid-19, India Kembali Ketar-ketir Kedatangan Wabah Virus Baru, Bawa Efek Lebih Mematikan dari Corona

Sejak Taliban berkuasa, PBB telah mencatat sejumlah aksi intimidasi terhadap pegawai-pegawai mereka, termasuk penjarahan dan penganiayaan fisik.

Kejadian tersebut bahkan telah tercatat sejak 10 Agustus, sebelum Taliban mulai berkuasa.

Atas tindakan kasar ini, Lyons mengakui, saat ini PBB tidak bisa melakukan pekerjaannya untuk rakyat Afghanistan dengan baik. Para pegawainya juga terus diliputi ketakutan dan tidak bisa bekerja dengan bebas.

"PBB tidak dapat melakukan pekerjaannya, pekerjaan yang sangat penting bagi rakyat Afghanistan, jika menjadi sasaran intimidasi, mereka khawatir dengan nyawanya dan tidak bisa bergerak dengan bebas," ungkap Lyons.

Baca Juga: Punya Utang Rp 597 Juta, Intip Daftar Lengkap Harta Kekayaan Jokowi Selama Wabah Covid-19 Menyerang, Motor Cuma Satu Harganya Rp 2,5 Juta

Laporan dari PBB tersebut jelas merusak kepercayaan internasional terhadap Taliban yang telah berjanji untuk menghormati hak-hak rakyat Afghanistan.

Kecaman juga diungkapkan oleh diplomat senior AS, Jeffrey De Laurentis. Kepada Dewan Keamanan PBB, Laurentis mengatakan, tindakan Taliban jelas tidak bisa diterima. Beragam laporan yang diterima pun harus segera ditindak.

"Amerika Serikat telah mendengar laporan bahwa beberapa staf wanita PBB dan staf wanita mitra bantuan AS telah dilarang masuk ke kantor atau diminta masuk ke tempat kerja mereka dengan pendamping pria," kata Laurentis.

Baca Juga: Makin Kurus, Kim Jong Un Buat Dunia Terkejut Tiba-tiba Muncul dengan Kondisi yang Sangat Berbeda dari Biasanya, Diet atau Sakit-sakitan?

Laurentis berharap, PBB bisa bertindak dengan cepat agar semua staf PBB bisa melakukan pekerjaan mereka tanpa beban yang tidak semestinya dan tanpa diskriminasi mengenai siapa mereka.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber Kompas.com, kontan