Gridhot.ID - Pandemi Covid-19 di Indonesia bahkan dunia ini seakan tak ada ujungnya.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com sebelumnya, Indonesia memang sudah mulai mengendalikan kasus infeksi dan memperbanyak jumlah vaksinasi.
Namun nyatanya wabah covid-19 nampak masih butuh waktu panjang untuk dimusnahkan.
Dikutip Gridhot dari Tribun Jakarta, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, memprediksi pandemi Covid-19 akan berakhir lima tahun lagi.
"Jadi, kita harus belajar hidup dengan mereka (Covid-19)," kata Budi, sapaannya, dalam kegiatan vaksinasi Covid-19 yang diselenggarakan Kompas Gramedia, di gedung Bentara Budaya Jakarta, Kamis (23/9/2021).
Menurutnya, pandemi Covid-19 di Indonesia tidak dapat selesai dalam waktu yang cepat.
"Paling pendek setahu saya lima tahun, tapi ada yang puluhan tahun," ucap dia.
Sementara itu, pemerintah pun kini tengah mewaspadai virus Covid-19 varian Alpha agar tak masuk di Indonesia.Menanggapi hal ini, Wakil Presiden Maruf, meminta pihak terkait agar memperketat pintu masuk dari luar negeri.
"Jalur udara, laut, dan darat juga diperketat," kata Maruf, pada kesempatan yang sama.
"Adanya varian baru, Indonesia tidak mau kecolongan lagi. Jangan sampai ada peningkatan lagi," lanjutnya.
Maruf menegaskan, pemerintah Indonesia tidak ingin terjadi peningkatan Covid-19 lagi seperti beberapa waktu lalu.
Pendamping Presiden Joko Widodo ini juga meminta agar vaksinasi Covid-19 dipercepat sehingga membentuk herd immunity.
"Saya kira itu, ya. Target vaksinasi itu diserahkan agar mencapai herd immunity," ucapnya.
Melansir laman Tribunnews.com, terdapat studi baru menunjukkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19 kemungkinan menyebar lebih minim ke udara dibanding versi mutasi varian lain.
Para peneliti menemukan pasien yang terinfeksi Covid-19 varian Alpha, mengeluarkan virus 43 hingga 100 kali lebih banyak ke udara dibandingkan orang yang terinfeksi virus corona versi asli (SARS-Cov-2), yang kali pertama ditemukan di Wuhan, China.
Alpha merupakan strain dominan yang beredar saat penelitian ini dilakukan.
Penyebab banyaknya penyebaran virus dilakukan varian Alpha ke udara, karena pasien yang terinfeksi Alpha telah meningkatkan jumlah virus pada usap hidung dan air liurnya.
Masih melansir Tribunnews.com yang mengutip laporan Clinical Infectious Diseases, jumlah virus yang diembuskan 18 kali lebih banyak dibandingkan yang dapat dijelaskan oleh viral load lebih tinggi.
Dikutip TribunJakarta.com dari laman Tribunnews.com yang melansir dari laman Channel News Asia, Kamis (23/9/2021), para peneliti menemukan penggunaan masker yang longgar oleh pasien dapat terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan.
Bahkan, laporan tersebut menyatakan dapat mengurangi jumlah partikel yang mengandung virus di udara sekira 50 persen.
Seperti yang disampaikan rekan penulis Don Milton dari University of Maryland School of Public Health dalam sebuah pernyataan.
"Kita tahu varian Delta yang beredar saat ini lebih menular dibandingkan varian Alpha," ucap dia, melansir laman Tribunnews.com.
"Namun, penelitian kami menunjukkan variannya terus menjadi lebih baik dalam perjalanan penyebarannya melalui udara. Jadi kami harus menyediakan ventilasi yang lebih baik dan memakai masker yang ketat. Selain upaya vaksinasi tentunya, ini untuk membantu menghentikan penyebaran virus," ucap Milton.
(*)