GridHot.ID - Nama Letjen TNI Dudung Abdurachman, tiba-tiba mencuat.
Melansir Tribunnews.com, kini ia resmi menjadi Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad).
Sebelumnya, dirinya menjabat sebagai Panglima Daerah Komando Militer Jaya/Jayakarta (Pangdam Jaya) TNI AD.
Dilansir dari SURYA.co.id, Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman memiliki pengalaman haru saat bertugas di Aceh.
Bahkan Letjen TNI Dudung menyebut pengalaman tersebut sebagai pengalaman yang luar biasa baginya.
Saat bertugas di Aceh sebagai Danrindam, Letjen TNI Dudung selalu mengajarkan anak buah tetap bertanggung jawab meski bertugas di daerah yang memiliki tingkat konflik tinggi.
Saat itu di Aceh tengah ada konflik panas dengan adanya Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Dudung selalu membekali anggotanya dengan dua setel kain kafan.
Hal itu bertujuan untuk jaga-jaga ketika yang bersangkutan meninggal dunia saat baku tembak dengan GAM.
"Itu saya bekali seperti itu sehingga ketika ternyata terjadi kontak dengan GAM dan yang bersangkutan meninggal dunia itu bisa diperlakukan dengan baik," katanya, melansir dari ANTARA.
Dudung juga minta anggotanya agar hadir mulai dari pemberian jenazah ke keluarga hingga pemakaman selesai.
"Saya bilang ke mereka dengan cara pendekatan itu Insya Allah kita bisa berhasil, dan terbukti tidak ada korban,” ujar Dudung.
Ia pun berkisah berkat kekompakan dan pendekatan humanis yang dilakukan oleh batalyon yang dipimpinnya, pada saat berpisah karena masa bertugas sudah selesai warga mengiringi kepergian prajurit TNI dengan derai air mata.
“Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya, karena hingga kita pergi itu kita ditangisi oleh masyarakat.
Itu benar-benar berkesan bagi saya,” kenang Dudung.
Baca Juga: Dinikahi Perwira TNI AD, Joy Tobing Beri Bocoran Nasibnya di Panggung Hiburan ke Depan
Ajarkan Anak Buahnya Berbagi
Meski di tengah konflik menghadapi Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Letjen TNI Dudung saat itu selalu mengajarkan anak buahnya untuk berbagi kepada masyarakat.
Menurut Letjen TNI Dudung, kala itu kondisi masyarakat Aceh sangatlah sulit karena masih adanya konflik antara GAM dengan aparat di perbatasan.
Di masa-masa sulit itu justru Dudung berinisiatif meminta anggota pasukannya untuk berbagi sedikit kepunyaannya kepada masyarakat di wilayah itu.
Meski beda paham, Letjen TNI Dudung tetap menganggap bahwa warga di sana adalah rakyat Indonesia juga.
“Saya bilang ke anak buah saya, kalian dapat beras 18 kilogram.
Saya potong satu kilogram. Karena kamu bersisa, daripada sisanya dipotong untuk membeli rokok," katanya, melansir dari ANTARA.
"Beras itu kamu kumpulkan, kemudian setiap kamu patroli kamu ketemu masyarakat yang membutuhkan, beras itu kamu kasihkan.
Karena meski beda paham, mereka tetap rakyat kita.” ujar Dudung.
Perjalanan Hidup Mayjen TNI Dudung dari Jualan Koran hingga Jadi Pangkostrad
Dikisahkan juga, sebelum menjadi perwira tinggi TNI AD seperti saat ini, Dudung kecil harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga, selepas ditinggal sang ayah ketika ia masih duduk di bangku SMP.
Seperti dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Kisah Dudung Abdurachman, Ingin Jadi Perwira TNI Setelah Kue Dagangannya Ditendang Tentara'
Ia membantu sang ibu mencari uang dengan menjual koran dan berjualan kue di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat.
"Sepeninggal bapak saya, ibu saya ini kan ya secara ekonomi.
Ya namanya janda pensiunan PNS. Akhirnya untuk menopang kehidupan saya jualan koran.
Nah selesai nganter koran, jam 8 pagi saya nganter kue klepon ke Kodam," tutur Dudung.
Karena hampir setiap hari mengantar kue, Dudung sudah dikenal oleh tentara yang berjaga di depan pintu.
Dia kerap menyelonong masuk ke dalam ruangan.
Suatu hari, ketika Dudung hendak mengantarkan kue, tentara penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung.
"Suatu hari penjaganya baru nih, dia langsung panggil 'Eh sini kamu, kamu enggak lapor-lapor dulu'," ucapnya.
Tiba-tiba tentara itu menendang kue yang dipegang Dudung hingga berhamburan ke tanah.
Sejak saat itu, timbul keinginan dalam hati Dudung untuk menjadi seorang perwira.
"Ditendang lah kue itu, ada 50 biji. Di situ saya bilang awas nanti saya jadi perwira, haha, di situ saya bangkit pengin jadi tentara. Padahal dulu cita-cita saya pengin kuliah," kata Dudung.
"Di situ lah saya berpikir ini orang jangan semena-mena sama rakyat kecil. Itu enggak boleh," tambahnya.
Kemudian Dudung berhasil masuk Akademi Militer di Bandung.
Ia menjabarkan perjalanan kariernya dari menjabat Letnan di Timur Timur, berpindah dari kota ke kota bahkan ke luar negeri hingga menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya sejak Agustus 2020 lalu.
Karier Mayjen TNI Dudung Abdurachman terus melesat menduduki jabatan-jabatan penting seperti Pangdam Jaya/Jayakarta.
Sekitar 10 bulan kemudian, Mayjen TNI Dudung Abdurachman dimutasi jadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat ( Pangkostrad).
Mayjen TNI Dudung Abdurachman juga diprediksi akan menggantikan Jenderal Andika Perkasa sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
(*)