Gridhot.ID - Tren konglomerat Arab Saudi yang membeli klub bola di Inggris memang sudah sering terjadi.
Pembelian klub bola ini seakan menjadi aset bagi para konglomerat tersebut.
Dikutip Gridhot dari Kompas.com, dahulu yang terkenal adalah PSG yang dibeli oleh Nasser Al-Khelaifi, pengusaha kelahiran Oman.
Klub sepakbola Eropa menjadi daya tarik bagi orang-orang kaya dunia. Beberapa miliarder ini pun berbondong-bondong membeli kepemilikan saham di klub sepakbola.
Dikutip Gridhot dari Kontan, terbaru, Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman yang telah membeli saham mayoritas sebanyak 80% klub Liga Premier Inggris, Newcastle United. Salman membeli klub tersebut melalui konsorsium yang dimilikinya, Public Investment Fund (PIF)
Sejatinya, kabar ini tak mengejutkan karena tahun lalu PIF pernah memberikan tawaran sekitar US$ 415,07 juta untuk membeli klub yang dimiliki Mike Ashley. Hanya saja, Liga Premier Inggris tidak memberikan persetujuan karena mendapat tekanan atas dugaan pembajakan siaran di Arab Saudi.
Larangan beroperasi yang melibatkan beIN Sports milik Qatar, pemegang hak siar Liga Premier di Timur Tengah, akhirnya dicabut Arab Saudi pada Rabu lalu. Langkah tersebut yang akhirnya memuluskan kesepakatan atas Newcastle ini.
Setelah Liga Premier mengkonfirmasi Newcastle telah dijual ke konsorsium yang terdiri dari PIF, PCP Capital Partners dan RB Sports & Media dengan segera, para penggemar pun mulai merayakannya di luar Stadion St James Park.
Yasir Al-Rumayyan, Gubernur PIF yang akan menjadi Ketua non-eksekutif Newcastle United mengatakan, kesepakatan itu akan berarti investasi jangka panjang untuk memanfaatkan potensi klub dan membangun warisan klub.
“Kami sangat bangga menjadi pemilik baru Newcastle United, salah satu klub paling terkenal di sepak bola Inggris. Kami berterima kasih kepada para penggemar Newcastle atas dukungan setia mereka selama bertahun-tahun dan kami bersemangat untuk bekerja sama dengan mereka,” katanya seperti dikutip dari Reuters, Jumat (8/10).
Arab Saudi memang saat ini tampaknya gencar semakin mencari aset olahraga terkenal termasuk menandatangani kontrak 10 tahun untuk menggelar F1. Memiliki klub seperti Newcastle United di lokernya adalah hal utama bagi negara kaya minyak itu.
Pengambilalihan Newcastle mengakhiri 14 tahun kepemilikan Ashley yang pengelolaannya sangat tidak populer, dengan para pendukung menuduhnya kurang investasi dan kurangnya ambisi.
Era yang tidak bahagia di St James Park dengan terakhir mendapat trofi domestik pada tahun 1955 dinilai akan berakhir setelah kesepakatan ini. Dengan kucuran dana dari pemilik baru, klub yang saat ini gagal memenangkan salah satu dari tujuh pertandingan liga musim ini diharapkan bisa keluar dari zona degradasi.
Kesepakatan ini juga membuat Newcastle masuk dalam jajaran klub terkaya di dunia. Newcastle menjadi klub Liga Premier ke-14 saat ini yang secara mayoritas dimiliki oleh pemilik asing.
Penggemar Newcastle pun berharap kesepakatan ini menandai era baru seperti yang dialami Manchester City yang telah mendominasi sepak bola Inggris sejak dibeli oleh Sheikh Mansour dari Abu Dhabi pada 2008.
Selain Manchester City, ada klub asal Prancis, Paris Saint Germain (PSG) yang juga telah membuat dampak di bawah kepemilikan Qatar. Bagaimana tidak, musim ini saja PSG telah memboyong beberapa pemain kelas dunia yang bergaji tinggi untuk bermain di klub tersebut.
Fenomena pembelian klub sepakbola sejatinya tak hanya terjadi pada klub-klub besar Eropa. Di Indonesia juga terjadi. Beberapa crazy rich Indonesia juga ramai-ramai membeli klub-klub lokal Indonesia.
Ambil contoh, Raffi Ahmad dan Rudy Salim yang memiliki klub RANS Cilegon FC, lalu ada Atta Halilintar bersama Putra Siregar yang mengakuisisi PSG Pati. Dan terakhir, ada Gilang Widya yang juga membeli Arema FC.
(*)