GridHot.ID - Osama bin Laden merupakan pendiri Al-Qaeda.
Setelah melakukan pengeboman World Trade Center (WTC) di Amerika Serikat, Osama bin Laden menjadi orang yang paling dibenci di dunia.
Melansir Kompas.com, Osama bin Laden meninggal pada 2 Mei 2011 di tangan pasukan khusus Amerika Serikat (AS).
Osama bin Laden tewas dalam penggrebekan pasukan khusus AS, di persembunyiannya di Abbottabad, Pakistan.
Pembunuhan Osama bin Laden itu merupakan 'pencapaian' tersendiri bagi pasukan AS yang menginfasi Afghanistan pada 2001.
Invasi tersebut terjadi setelah serangan teror pada 11 September 2001 alias serangan 9/11.
Melansir TribunStyle.com, tak banyak yang tahu tentang nasib keluarganya setelah ia tewas.
Osama bin Laden diketahui memiliki keluarga yang sangat besar. Setelah kematiannya ada sisi-sisi yang belum diketahui sebelumnya.
Sejak pengeboman 11 September tersebut, keluarga Osama mengalami perubahan yang sangat luar biasa termasuk tragedi-tragedi yang mengenaskan.
Seperti pada tahun 2015, tiga anggota keluarganya meninggal saat menaiki jet pribadi dari Inggris ke Italia.
Pesawat yang ditumpangi tersebut jatuh ke jalanan menimpa beberapa mobil di dekat Blackbushe Airport di Surrey, Inggris.
Saudara tiri Osama yang bernama Sana, adik iparnya yang bernama Zuhair, dan ibu tirinya yang bernama Rajaa Hashim, adalah tiga orang yang diberitakan meninggal setelah pesawatnya terbakar.
Bukan sesuatu yang dirahasiakan memang selalu ada yang tertarik dengan keluarga Osama.
Ia dilaporkan memiliki 50 saudara dan istri yang banyak.
Osama menikahi istri pertamanya, Najwa Ghanem di tahun 1974 saat usianya 17 tahun dan istrinya 15 tahun.
Masalah segera muncul, Najwa adalah seseorang yang hidup dengan kekayaan dan kesulitan saat harus tinggal di gubuk-gubuk batu.
Dan kemungkinan setelah serang 11 September tersebut ia melarikan diri ke Suriah.
Banyak orang tak tahu bahwa ia memiliki anak-anak dengan masalah mental.
Satu diantaranya dalah Sa'ad yang dikatakan memiliki autis.
Ia dikabarkan dikurung di sebuah estate setelah keluarganya melarikan diri dari Pakistan ke Iran pada 2002.
Menurut anggota keluarganya, Sa'ad akhirnya bisa membebaskan diri dan bergabung dengan tentara ayahnya.
Ia kemudian dijadikan sebagai penerus ayahnya sebagai pemimpin al-Qaeda, namun hal tersebut tak terjadi, karena ia terbunuh di 2009 karena serangan drone.
Sa'ad ternyata bukan satu-satunya anak Osama yang akan meneruskan takhta ayahnya.
Ada lagi anaknya bernama Hamza bin Laden, yang memang dianggap akan menggantikan peran ayahnya di al-Qaeda.
Di 2018, al-Qaeda merilis sebuah video di tempat yang tak diketahui bahwa mereka akan menjungkirkan monarki di Arab Saudi.
Hamza bin Laden duduk di depan dan pas di tengah dalam rekaman tersebut.
Tetapi, Hamza bukan orang pertama yang akan mewarisi kepemimpinan ayahnya.
Ada Omar yang melarikan diri dari Tora Bora beberapa bulan sebelum serangan 11 September.
Alasannya? Karena ia ingin memutus segala kaitannya dengan ayahnya.
Omar memang terbuka tentang kenapa ia melarikan diri.
Ia mengklaim bahwa ayahnya suka melakukan kekerasan, bahkan memaksanya untuk ikut berperang di perang saudara di Afganistan.
Di situ, Omar menjadi saksi kekerasan yang tak terperi antara sesama Muslim.
Semua anak Laden memang memiliki masa kecil yang keras.
Mereka tak diperbolehkan untuk melakukan aktivitas layaknya anak seumurnya, mereka juga dilarang untuk bermain dengan mainan atau menggunakan teknologi modern.
Osamajuga dipercaya memberikan hukuman pada anak-anaknya sejak kecil dengan cara yang sangat ekstrem seperti membawa anaknya ke gurun pasir dan tak memberikan air minum.
Osama juga mendorong anaknya untuk menjadi relawan bom bunuh diri saat sudah dewasa.
Ia ingin mencuci otak anaknya sehingga ideologi ekstremnya bisa terlaksana dengan baik oleh anak-anaknya.
Tak hanya yang lelaki, yang perempuan pun juga menghadapi kehidupan yang keras.
Begitu si anak menginjak masa puber, mereka dinikahkan dengan sekutu mereka.
Beberapa suami mereka dua atau tiga kali lipat lebih tua dari mereka.
Dan tentu saja anak-anak perempuannya tak memiliki pilihan lain.
Perlakuan tersebut akan berlaku seumur hidup mereka.
Sebelum serangan 11 September tersebut, Osama memimpin keluarganya ke pegunungan di Sudan dan memaksa mereka tidur di bebatuan tanpa akses makanan atau minuman.
Ia memberi tahu mereka bahwa perang akan datang dan mereka haus bersiap atas skenario terburuk.
Bahkan satu hari sebelum serangan tersebut, Osama menginstruksikan istri-istri dan anak-anaknya untuk melakukan perjalanan ke Najm al-Jihad, sebuah kamp militer dekat kota Jalalabad, Afganistan.
Para perempuan-perempuan itu mencoba untuk bertahan di kamp tersebut setelah mengetahui serangan tersebut.
Walau mereka selalu bersama Osama, mereka tidak tahu apa-apa tentang serangan 11 September tersebut.
Memang beberapa kali para istrinya mendengar sesuatu yang disebut "Operasi Pesawat," tapi Osama melarang mereka untuk berbicara ke siapa pun tentang misi rahasia tersebut.
Istri keenam dan termudanya, Amal, berada di sisi Osama di malam ia terbunuh.
Saat itu memang Amal sudah diperintah untuk meninggalkannya dan menuju tempat aman, tapi ia menolak dan memaksa untuk tetap berada di sisinya.
Saat penyergapan Osama, Amal ditembak di kaki dan pingsan.
Saat ia sadar, Osama telah dibunuh oleh Navy SEAL dan kepimpinannya di al-Qaeda pun berakhir.
(*)