Dapat disimpulkan banyak hewan menderita namun industri media sosial dan si pengunggah konten malah meraup keuntungan.
Keaiban ini membuktikan bahwa popularitas konten di medsos sama sekali bukan jaminan bahwa yang popular pasti bermutu bagus.
Kompas.com memberitakan bahwa pendiri Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Karin Franken, mengkhawatirkan pembiaran atas penyiksaan terhadap hewan sejak kecil bisa menjadi cikal bakal tindakan sadistis di kemudian hari.
Karin menegaskan perlunya pembelajaran empati dimulai sejak dini melalui perilaku terhadap hewan sekitar.
Sebab, ketika perilaku kejam terhadap hewan dibiarkan, maka empati itu terkikis dan sang anak akan menjadi kejam terhadap sesama manusia.
Saya memiliki kekhawatiran sama dengan Karin Franken.
Memang masih begitu banyak kasus membuktikan bahwa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab masih begitu sering bukan hanya secara tidak sengaja namun bahkan secara sengaja dilanggar.