Mengerikan, Korea Utara Dihantam Krisis Pangan, Pemerintahan Kim Jong Un Suruh Rakyat Ngirit Makan Sampai Tahun 2025, Negara Tetangga Paksa Sang Diktator Lakukan Ini

Rabu, 03 November 2021 | 13:13
Independent.co.uk

prajurit Kim Jong Un

Gridhot.ID - Korea Utara memang selalu menjadi sorotan dunia.

Dikutip Gridhot dari Intisari, kepemimpinan Kim Jong Un membuat negara tersebut dihantui hukuman mengerikan bagi para rakyat yang tak patuh pada pemerintahan.

Negara yang sangat tertutup tersebut memang seakan menolak berbagai pengaruh asing.

Namun di tahun 2021 ini sepertinya Korea Utara mau tidak mau harus rela bersekutu dengan negara lain.

Baca Juga: SBY Didiagnosis Mengidap Kanker Prostat, Ini Faktor-faktor yang Bisa Jadi Penyebabnya, Salah Satunya Pola Makan

Seperti yang diketahui, Korea Utara telah lama menderita kerawanan pangan.

Dikutip Grihdot dari Kontan, kondisi tersebut kini lebih diperburuk oleh bencana alam, sanksi internasional, dan COVID-19.

Meski negara berpenduduk sekitar 26 juta orang itu belum melaporkan satu pun kasus virus corona, namun pemerintah setempat melakukan penguncian dengan membatasi pergerakan barang ke perbatasannya.

Melansir Yahoo News yang mengutip Next Shark, ketika situasinya semakin parah, Korea Utara dilaporkan dipaksa untuk membuka diri. Badan-badan PBB mengatakan negara itu baru-baru ini mengizinkan pengiriman bantuan. Di sisi lain, mengutip Reuters, perdagangan dengan China masih menunjukkan peningkatan yang lambat.

Namun, Korea Utara kini berada dalam situasi darurat. Informasi yang berasal dari badan intelijen Korea Selatan menunjukkan, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memerintahkan setiap butir beras untuk diamankan sambil menyerukan upaya penuh diarahkan pada pertanian.

Baca Juga: Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Hanna Kirana Pesinetron Suara Hati Istri Meninggal Dunia karena Gagal Jantung, Akan Dimakamkan Pagi Ini

Di tengah krisis, warga Korea Utara dilaporkan diminta untuk “mengencangkan ikat pinggang mereka” hingga setidaknya tahun 2025. Beberapa pihak meyakini hal itu adalah panggilan untuk mati kelaparan.

“Ketika pihak berwenang memberi tahu mereka bahwa mereka perlu menghemat dan mengonsumsi lebih sedikit makanan hingga tahun 2025, mereka tidak dapat berbuat apa-apa selain merasa sangat putus asa,” seorang penduduk dari kota Sinuiju, yang berbatasan dengan Dandong China, mengatakan kepada RFA.

“Beberapa penduduk mengatakan bahwa situasinya saat ini sangat serius sehingga mereka tidak tahu apakah mereka dapat bertahan hidup di musim dingin yang akan datang. Mereka mengatakan pemerintah menyuruh mereka menanggung kesulitan sampai tahun 2025 sama dengan menyuruh kita mati kelaparan,” tambahnya.

Krisis dilaporkan telah menyebabkan ketidakpercayaan dan kebencian yang merajalela terhadap pihak berwenang.

Baca Juga: Baru Saja Jadi Ayah, Ali Syakieb Malah Resign dari Project Sinetron yang Dibintanginya, Suami Margin Wieheerm Ungkap Alasannya

Sumber kedua mengatakan para pejabat meremehkan masalah dengan mengangkat tingkat keparahan COVID-19 di negara lain, tetapi orang-orang tidak mempercayainya.

"Tidak peduli seberapa sulit situasinya, di mana di Bumi ada orang yang mengalami kesulitan lebih dari kita?" sumber tersebut mengutip pernyataan seorang warga Korea Utara.

Korea Utara dilaporkan telah mempromosikan agar warganya mengonsumsi angsa hitam (black swan) untuk membantu meringankan krisis.

Rodong Sinmun, media milik pemerintah, menggambarkan black swan sebagai daging yang “lezat” dan mengandung khasiat untuk kesehatan.

Baca Juga: Kelewat Hemat Meski Kantongi Kartu Kredit Unlimited dan Uang Belanja Rp 40 Juta Tiap Bulannya, Sarwendah Disebut Lebih Pilih Beli Hal Ini Ketimbang Barang Mewah, Ruben Onsu: Bisa 2 Koper

Pusat peternakan black swan baru-baru ini dibuka di Peternakan Bebek Kwangpho di daerah Jongphyong di pantai timur Korea Utara. Masih harus dilihat bagaimana rencana pemerintah untuk mendistribusikan daging angsa atau apakah peternakan angsa lainnya sedang dibangun di seluruh negeri.

(*)

Tag

Editor : Angriawan Cahyo Pawenang

Sumber intisari, kontan